SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI, JAGAD RAYA DAN TATA SURYA
A. Teori terbentuknya muka bumi
Adapun berbagai teori terbentuknya kulit bumi
yang dikemukakan para ahli antara lain:
1.
Teori Kontraksi oleh Descrates
Teori
ini menyatakan bumi semakin lama semakin susut dan mengkerut yang disebabkan
oleh terjadinya proses pendinginan, sehingga di bagian permukaannya terbentuk
relief berupa gunung, lembah, dan dataran.
Dikemukakan oleh James Dana di As tahun
1847 dan Elie Baumant di Eropa tahun 1852. Mereka berpendapat
bahwa kerak bumi mengalami pengerutan karena terjadinya pendinginan di bagian
dalam bumi akibat konduksi panas. Pengerutan-pengerutan itu mengakibatkan bumi
menjadi tidak rata. Keadaan itu dianggap sama seperti buah apel, yaitu jika
bagian dalamnya mengering kulitnya akan mengerut.
2.
Teori Dua Benua oleh Edward Zuees
Teori ini menyatakan bahwa awalnya bumi terdiri atas
dua benua yang sangat besar, yaitu Laurasia dan
Gondwana yang bergerak kea rah equator, sehingga terpecah-pecah menjadi
benua-benua yang lebih kecil. Laurasia terpecah menjadi Asia, Eropa, dan
Amerika Utara. Gondwana pecah menjadi Afrika, Australia, dan Amerika Selatan.
Dikemukakan oleh Eduard Zuess dalam
bukunya The Face of Earth tahun 1884 dan Frank B. Taylor
tahun 1910. Mereka mengemukakan pendapatnya yang berisi bahwa pada mulanya
terdapat dua benua di kedua kutub bumi. Benua-benua tersebut diberi nama Laurentina
(Laurasia) dan Gondwana. Kedua benua itu kemudian bergerak secara
perlahan kearah ekuator sehingga terpecah-pecah membentuk benua-benua seperti
sekarang. Gondwana terpecah menjadi benua Amerika Selatan, Afrika dan
Australia. Sedangkan Laurasia mementuk benua-benua yang lainnya.
3.
Teori Pengapungan Benua oleh Alfred Wegener
Teori ini menyatakan bahwa di bumi
hanya ada satu benua super besar yaitu Pangea.
Kemudian benua ini terpecah-pecah dan terus bergerak ke arah equator. Teori ini
dapat dibuktikan adanya persamaan yang mencolok antara garis kontur pantai
timur Benua Amerika Utara dan Selatan dengan garis kontur pantai barat Eropa
dan Afrika, serta adanya kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
Teori
Apungan Benua (Continental Drift)
Dikemukakan oleh
Alfred Wegener(1910). Wegener
berpendapat bahwa 225 juta tahun yang lalu di Bumi hanya terdapat satu
benua yaitu Pangea. Dengan adanya tenaga tektonik bumi, pangea terpisah menjadi
dua benua, Laurasia di utara dan Gondwana di selatan. Dua benua tersebut
dipisahkan oleh suatu lautan besar yaitu Tethys. Kedua benua tersebut terus
bergerak sehingga membentuk benua-benua seperti sekarang. Teori apungan benua
didukung oleh bukti sebagai berikut:
a. Pantai
di bagian timur Amerika Selatan dan pantai barat Afrika terlihat memiliki
potongan yang
cocok satu sama lain.
b. Batuan yang
terdapat di Amerika Selatan dan di Afrika memiliki jenis dan umur batuan yang
sama.
c. Struktur
batuan induk di tepi lautan Atlantik di Afrika, Amerika Utara, dan Eropa
memiliki
5.
Teori Konveksi
Teori
ini menyatakan bahwa di alam bumi ini masih dalam keadaan panas dan berpijar
terjadi arus konveksi ke arah lapisan kulit bumi yang berada di atasnya.
Dikemukakan oleh Harry H.Hess tahun 1962.
Hess mengemukakan pendapatnya tentang aliran konveksi yang sampai
ke permukaan bumi di Mid Oceanic Ridge (Punggung Laut). Di puncak Mid
Oceanic Ridge tersebut lava mengalir terus dari dalam kemudian tersebar ke
kedua sisinya dan membeku membentuk kerak bumi baru.
6.
Teori Lempeng Tektonik
Kulit
bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng yang berada di atas lapisan
astenosfer. Lempeng ini terdiri dari atas lempeng benua dan lempeng samudera. Lempeng-lempeng
ini bergerak dan mendesak satu sama lain. Bertemunya antara dua benua lempeng
disebut tumbukan (subduction),
sedangkan daerah yang menjadi tempat tumbukan lempeng-lempeng disebut subduction zone.
Teori
Lempeng Tektonik (Plate Tectonic)
Muncul
pada tahun 1960-an yang merupakan lanjutan dari teori apungan benua. Dalam
teori ini dijelaskan bahwa permukaan bumi terbentuk oleh kerak benua dan kerak
samudera serta lapisan batuan teratas dari mantel bumi. Semua lapisan ini
disebut lithosfer. Dibawah lapisan oini terdapat lapisan batuan cair yang
disebut astenosfer. Suhu dan tekanan astenosfer sangat tinggi sehingga batuan
pada lapisan ini dapat bergerak seperti cairan. Pergerakan astenosfer ini
mengakibatkan lapisan diatasnya, lithosfer, ikut bergerak. Adanya
pergerakan-pergerakan lithosfer ini mengakibatkan terbentuknya permukaan bumi
seperti sekarang.
Teori Lempeng Tektonik
Dikemukakan oleh ahli geofisika Inggris Mc.
Kenzle dan Robert Parker. Berdasarkan
teori ini, kulit bumi atau litosfer terdiri atas beberapa lempeng tektonik yang
berada di atas lapisan astenosfer, Lempeng-lempeng tektonik pembentuk kulit
bumi selalu bergerak karena pengaruh arus konveksi yang terjadi pada lapisan
astenosfer yang berada di bawah lempeng tektonik kulit bumi. Litosfer sebagai
lapisan paling luar dari badan bumi, bagaikan kulit ari pada kulit manusia dan
merupakan lapisan kerak bumi yang tipis. Prinsip teori tektonik lempeng adalah kulit
bumi terdiri atas lempeng-lempeng yang kaku dengan bentuk tidak beraturan.
Dinamakan lempeng karena bagian litosfer mempunyai ukuran yang besar di kedua
dimensi horizontal (panjang dan lebar), tetapi berukuran kecil pada arah
vertikal (ketebalan).
B. Lapisan-lapisan Bumi
Apabila
bumi yang beradius 6.376 km dibelah maka dapat terlihat bagian-bagian tubuh
bumi sebagai berikut :
1. Litosfer
(kulit bumi) yang terdiri dari:
☻ Kulit bumi terluar atau
kerak bumi (lapisan sial), tebalnya antara 30-70 km dengan massa
jenis 2,7.
☻ Selubung
bumi dalam (lapisan sima). Tebalnya 1.200 km.
2. Lapisan asthemisphere
(mantel). Tebalnya 1.700 km bersifat lemah dan panas.
3. Barisfer (inti bumi).
Terdiri dari dua lapisan yaitu:
☻ Inti
bumi luar, berupa lapisan encer bersuhu tinggi.
☻ Inti
bumi dalam, struktur batuannya padat dan sangat keras dan menjadi pusat
konsentrasi
unsur besi.
Permukaan bumi terbagi atas lempeng besar dan
lempeng kecil, dengan ketebalan antara 70-100 km. lempeng-lempeng ini
senantiasa masih berkembang, luruh, dan bergerak karena berada di atas lapisan
astenosfer yang cair dan amat panas.
Tujuh di antara lempeng-lempeng di permukaan
bumi dikategorikan sebagai lempeng besar/ utama, yaitu:
1. Lempeng Afrika
2. Lempeng Amerika Utara
3. Lempeng Amerika
Selatan
4. Lempeng Pasifik
5. Lempeng Eurasia
6. Lempeng Indo-Australia
7. Lempeng Antartika
9 lempeng kecil
meliputi :
a.
Lempeng Nazca
b.
Lempeng Cocos
c.
Lempeng Filipina
d.
Lempeng Karibia
e.
Lempeng Arab
f.
Lempeng Juan de fuc
g.
Lempeng Rivera
h.
Lempeng Gorda
i.
Lempeng Scotia
Indonesia merupakan daerah yang sering terjadi
gempa karena letaknya tepat pada pertemuan dua deretan pegunungan muda. Juga
pertemua tiga lempeng litosfe, yaitu lempeng Indo-Australia sebelah barat dan
selatan, lempeng Eurasia sebelah utara dan lempeng Samudra Pasifik di sebelah
timur sehingga daratan labil.
Pergerakan lempeng yang berbeda, maka
terjadilah tiga jenis batas pertemuan antara lempeng-lempeng itu, yaitu saling
menjauh, saling bertumbukan dan saling berpapasan. Secara lengkap pergerakan lempeng-lempeng tektonik sebagai berikut:
1. Divergen
Yaitu
gerakan saling menjauh antar lempeng. Zone berupa jalur tempat berpisahnya
lempeng-lempeng tektonik disebut zone divergen. Fenomena yang terjadi sebagai
berikut :
☻) Perenggangan lempeng
yang disertai pertumbukan kedua tepinya.
☻) Pembentukan tanggul
dasar samudera (mid oceanic ridge) di sepanjang
tempat perenggangan
lempeng.
☻) Aktivitas mekanisme
laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal dan
hamparan
lelehan lava encer.
☻) Aktivitas gempa di
dasar laut dan sekitarnya.
2. Konvergensi
Yaitu gerakan saling
bertumbukan antar lempeng elektronik. Tumbukan antar lempeng dapat berupa
tumbukan antara lempeng dengan benua atau antara lempeng benua dengan lempeng
dasar samudera, zone, atau tempat terjadinya tumbukan antara lempeng benua
dengan benua disebut zone konvergen. Zone jalur tumbukan antar lempeng benua
dengan lempeng dasar samudera, disebut zone suleduksi atau zone tunjam. Contoh
tumbukan antara lempeng benua Amerika dengan lempeng dasar Samudera Pasifik
menghasilkan terbentuknya Pegunungan Rocky dan Pegunungan Andes. Fenomena yang
terjadi sebagai berikut :
1) Terdapat
aktivitas vulkanisme, intrusi, dan ekstrusi.
2) Merupakan
daerah hiposentrum gempa dangkal dan dalam.
3) Lempeng dasar
samudera menghujam ke bawah lempeng benua.
4) Terbentuknya
palung laut di tempat tumbukan itu.
5) Pembengkakan
tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan.
6) Penghancuran
lempeng akibat pergesekan lempeng.
7) Timbunan
sedimen campuran atau mélange.
3. Sesar
Mendatar (transform)
Yaitu gerakan saling
bergesekan (berlawanan arah) antar lempeng tektonik. Contoh, gesekan antara
lempeng Samudera Pasifik dengan lempeng Amerika Utara yang menghasilkan Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang
lebih 1.200 km. Zone berupa jalur tempat bergesekan lempeng-lempeng tektonik
disebut zone sesar mendatar (zone transform). Bentukan alam yang dihasilkan
adalah patahan.
Lapisan Kulit Bumi
1. Litosfer
(Kulit Bumi) yang terdiri atas :
a. Kulit bumi luar/kerak bumi (sial)
yang tebalnya 30-70 km
b. Kulit bumi dalam (Sima) yang tebalnya
1.200 km
2.
Asthenosphere (Mantel) dengan ketebalan 1.700 km
3. Barisfer
(Inti Bumi) yang terdiri atas :
a. Inti bumi luar (outer core)
dengan tebal 2.208 km
b. Inti bumi dalam (inner core) dengan
tebal 1.248 km
Akresi
adalah naiknya suhu bumi akibat tumbukan benda-benda angkasa atau meteor yang
menghujani bumi.
Kompresi adalah semakin memadatnya bumi karena adanya gaya gravitasi.
Disintegrasi adalah semakin memadatnya bumi karena adanya gaya gravitasi.
Jalur-jalur gunung
api di dunia sebagai akibat dari gerakan-gerakan lempeng yaitu :
1. Sistem Sunda
atau Rangkaian Sirkum Mediterania
Sistem ini dimulai
dari arakan Yoma di Myanmar, smpai ke Kepulauan Banda di Maluku. Panjangnya ±
7000 km. terdiri dari 5 busur pegunungan yaitu :
a. Busur
Arakan Yoma, berpusat di Shan (Myanmar).
b. Busur Andaman
Nicobar, berpusat di Mergui.
c. Busur
Sumatra Jawa, berpusat di Anambas.
d. Busur
Kepulauan Nusa Tenggara, berpusat di Flores.
e. Busur Banda,
berpusat di Banda.
2. Sistem Busur
Tepi Asia atau Rangkaian Sirkum Pasifik
Sistem ini dimulai
dari Kamasyatku melalui Jepang, Filiphina, Kalimantan dan Sulawesi. Di
Filiphina, busur bercabang yaitu :
a. Cabang
pertama dari Pulau Luzon melalui Pulau Palawan ke Kalimantan Utara.
b. Cabang kedua
dari Pulau Luzon melalui Pulau Samar ke Mindanau dan Kepulauan Sulu ke
Kalimantan
Utara
c. Cabang
ketiga dari Pulau Samar ke Mindanau, Sangihe ke Sulawesi.
3. Sistem sirkum
Australia
Sistem ini dimulai
dari Selandia Baru melalui Kaledonia Baru ke Papua, bagian utara dari sistem
pegunungan ini bercabang dua yakni :
a. Dari
ekor Pulau Papua melalui bagian tengah sampai ke pegunungan Charleosis di
sebelah barat.
b. Dari Kepulauan
Bismark melalui peguunungan tepi utara Papua sampai ke kepala burung menuju
ke
Halmahera.
C. Pergerakan Bumi
Bumi bergerak mengitari matahari dalam waktu 365 hari 6
jam, 9 menit dan 10 detik, serta menempuh jarak sejauh 958 juta km. Waktu yang
diperlukan bumi untuk sekali mengitari matahari disebut satu tahun bumi. Bumi
juga berputar pada porosnya sama dengan 23 jam, 56 menit dan 6 detik yang
disebut sebagai satu hari bumi.
1. Rotasi bumi
Rotasi bumi adalah
perputaran bumi pada sumbunya. Untuk satu putaran penuh, bumi memerlukan 24
jam. Jadi tiap jam sebuah titik di bumi bergeser sejauh 15o. Arah
rotasi dari barat ke timur atau berotasi dengan arah negatif.
Akibat rotasi bumi:
1) Peredaran
semu harian dari benda-benda langit.
2) Peristiwa
siang dan malam serta perbedaan waktu.
3) Pembelokan
arah angin pasat.
4) Pembelokan
arah arus laut.
5) Perbedaan
percepatan gravitasi di permukaan bumi.
Rotasi Bumi adalah perputaran Bumi pada porosnya. Satu putaran
memerlukan waktu 23 jam 56 menit (dibulatkan 24 jam). Rotasi Bumi terjadi dari
barat ke timur dengan kecepatan rotasi yang tidak sama, di equator bergerak
dngan cepat namun semakin ke kutub semakin lambat. Rotasi Bumi menyebabkan:
a. Pergantian siang dan malam
b. Peredaran semu benda-benda
langit
c. Perbedaab waktu
d. Bentuk Bumi agak tumpul (pepat
Bumi)
e. Penyimpangan arah angin.
2. Revolusi bumi
Bumi
beredar mengitari matahari pada suatu bidang orbit yang disebut ekliptika.
Orbitnya hamper seperti lingkaran (360o) dengan periode 365 hari, 6
jam, 9 menit dan 10 detik, ini disebut satu tahun sidetik, yaitu periode yang
dihitung saat bumi bergerak mulai dari titik yang lurus dengan sebuah bintang
dan berakhir tepat pada titik itu lagi. Sudut yang dibentuk oleh ekliptika
dengan bidang orbit planet disebut sudut inklinasi.
Akibat revolusi bumi:
1) Gerak
semu matahari tahunan
2) Perubahan
lamanya waktu siang dan malam
3) Pergantian
musim
4) Perubahan
paralaks suatu bintang
5) Gerak
semu bintang tetap di bola langit
Revolusi Bumi adalah peredaran Bumi mengelilingi Matahari yang
memerlukan waktu selama satu tahun (365 1/3 hari). Sesuai dengan hukum Kepler,
lintasan peredaran Bumi mengelilingi Matahari berbentuk elips dan bidang
lintasannya dinamakan ekliptika. Para ilmuwan telah membuktikan bahwa Bumi
melakukan revolusi dengan kecepatan cahaya dan paralaks bintang. Gejala alam
akibat revolusi:
a. Pergantian musim
b. Peredaran semu tahunan
Matahari
c. Paralaks bintang
d. Perbedaan panjang siang dan
malam.
D. Tata
surya
Tata surya atau solar system merupakan susunan dimana
matahari sebagai pusat peredaran dengan planet-planet, bulan, komet, dan
meteor-meteor sebagai anggotanya.
☻ Teori Terjadinya
Tata Surya
1) Teori Kabut Kant-Laplace
Tata
surya terbentuk dari gas yang berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik
menarik antar gas hingga membentuk kumpulan kabut yang sangat besar ini
berputar semakin cepat, sehingga materi kabut bagian katulistiwa terlempar
memisah dan memadat (karena pendinginan). Fragmen yang terlempar kemudian
menjadi planet-planet dalam tata surya. Bagian inti kabut tetap berbentuk gas
pijar yang disebut matahari.
Teori Kabut (Nebula)
Teori ini mengemukakan bahwa mula-mula ada kabut gas
dan debu (nebula) yang sebagian besar terdiri atas hidrogen dan sedikit helium.
Pada bagian tengahnya terjadi penggumpalan dan pemadatan gas membentuk bola gas
yang besar. Bola gas tersebut terus berputar dan menempat pada bagian tengah
kutub serta meelekat pada bagian tengah equatornya. Kemudian sebagian gas
menjauh dari gumpalan inti dan membentuk gelang-gelang memadat dan menjadi
cikal bakal planet, sedang intinya menjadi matahari. Tokoh pendukung teori ini
diantaranya adalah Immanuel Kant dan Piere Simon.
Teori Kant – Laplace
Sejak jaman sebelum Masehi, para ahli telah
banyak berfikir dan melakukan analisis terhadap gejala-gejala alam. Mulai abad
ke 18 para ahli telah memikirkan proses terjadinya Bumi. Salah satunya adalah
teori kabut (nebula) yang dikemukakan oleh Immanuel Kant
(1755) dan Piere de Laplace (1796)? Mereka terkenal dengan Teori Kabut
Kant-Laplace. Dalam teori ini dikemukakan bahwa di jagat raya terdapat gas yang
kemudian berkumpul menjadi kabut (nebula). Gaya tarik-menarik antar gas ini
membentuk kumpulan kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. Dalam
proses perputaran yang sangat cepat ini, materi kabut bagian khatulistiwa
terlempar memisah dan memadat (karena pendinginan). Bagian yang terlempar
inilah yang kemudian menjadi planet-planet dalam tata surya.
2) Teori Planetesimal (Chamberlin dan Moulton)
Planetesimal
merupakan benda padat kecil mengelilingi suatu inti yang bersifat gas. Sebuah
bintang besar melintas mendekati matahari dengan cepat, sehingga terjadi daya
tarik yang besar dari bintang menyebabkan pasang di bagian gas panas matahari
karena daya tarik matahari yang besar, massa gas dan bergerak mengelilingi
matahari.
Teori Planetesimal
Teori ini mengemukakan bahwa dalam kabut terdapat
material padat yang berhamburan dan dinamakan “Planetesimal”. Benda padat
inilah yang kemudian saling tarik-menarik diantara sesamanya. Karena gaya tarik
masing-masing, lama-kelamaan terbentuklah gumpalan besar yang dinamakan planet.
Tokoh yang mendukung teori ini diantaranya adalah Moulton dan Chamberlain.
3 tahap pembentukan Bumi yaitu :
1.
Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen dan belum
mengalami perlapisan atau perbedaan unsur.
2.
Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali
dengan terjadinya diferensiasi. Material besi yang berat jenisnya lebih besar
akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih ringan akan bergerak ke
permukaan.
3.
Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam,
inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak bumi.
Teori Planetesimal
Pada awal abad ke-20, Forest
Ray Moulton seorang ahli astronomi Amerika
bersama rekannya T.C Chamberlain, seorang
ahli geologi, mengemukakan teori Planetisimal Hypothesis, yang mengatakan
matahari terdiri dari massa gas bermassa besar sekali, pada suatu saat didekati
oleh sebuah bintang lain yang melintas dengan kecepatan tinggi di dekat
matahari. Pada waktu bintang melintas di dekat matahari dan jarak keduanya
relatif dekat, maka sebagian massa gas matahari ada yang tertarik ke luar
akibat adanya gravitasi dari bintang yang melintas tersebut. Sebagian dari
massa gas yang tertarik ke luar ada yang pada lintasan bintang dan sebagian
lagi ada yang berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah
bintang melintas berlalu, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi
dingin dan terbentuklah cincin yang lama kelamaan menjadi padat dan di sebut
planetisimal. Beberapa planetisimal yang terbentuk akan saling tarik – menarik
bergabung menjadi satu dan pada akhirnya membentuk planet, termasuk bumi.
3) Teori
Pasang Surut (Jeans dan Jeffreys)
Terbentuknya tata
surya disebabkan oleh tenaga dari luar, yaitu karena adanya bintang atau
matahari lain yang jalannya terlalu dekat dengan matahari kita, sehingga massa
matahari kita mengalami guncangan dari keseimbangan semula. Sebagian dari
bahannya terlempar dan setelah mengalami proses pendinginan menjadi
planet-planet.
Teori Pasang
Surut
Teori ini menyatakan bahwa pada zaman dahulu dekat
dengan matahari, lewat sebuah bintang yang besar. Karena gaya tarik bintang
tersebut, sebagian dari massa matahari membentuk tonjolan ke arah bitang itu.
Kemudian bersamaan dengan menjauhnya bintang itu, tonjolan dari massa matahari
itu ikut tertarik membentuk cerutu. Kemudian terlepas dari matahari. Massa gas
yang terbentuk kemudian terputus-putus membentuk tetasan raksasa dengan ukuran
yang berbeda-beda. Tetesan gas tersebut lama-kelamaaan membentuk sebuah planet.
Tokoh yang mendukung teori ini diantaranya adalah Buffon serta Sir
James Jeans dan Harrold Jeffery.
Teori Pasang Surut Gas
(Tidal)
Teori ini dikemukakan oleh James Jeans dan
Harold
Jeffreys pada tahun 1918, yakni bahwa sebuah bintang besar mendekati
matahari dalam jarak pendek, sehingga menyebabkan terjadinya pasang surut pada
tubuh matahari, saat matahari itu masih berada dalam keadaan gas. Terjadinya
pasang surut air laut yang kita kenal di Bumi, ukuranya sangat kecil.
Penyebabnya adalah kecilnya massa bulan dan jauhnya jarak bulan ke Bumi (60
kali radius orbit Bumi). Tetapi, jika sebuah bintang yang bermassa hampir sama
besar dengan matahari mendekat, maka akan terbentuk semacam gunung-gunung
gelombang raksasa pada tubuh matahari, yang disebabkan oleh gaya tarik bintang
tadi. Gunung-gunung tersebut akan mencapai tinggi yang luar biasa dan membentuk
semacam lidah pijar yang besar sekali, menjulur dari massa matahari dan
merentang ke arah bintang besar itu.
Dalam
lidah yang panas ini terjadi perapatan gas-gas dan akhirnya kolom-kolom ini
akan pecah, lalu berpisah menjadi benda-benda tersendiri, yaitu planet-planet.
Bintang besar yang menyebabkan penarikan pada bagian-bagian tubuh matahari
tadi, melanjutkan perjalanan di jagat raya, sehingga lambat laun akan hilang
pengaruhnya terhadap-planet yang berbentuk tadi. Planet-planet itu akan
berputar mengelilingi matahari dan mengalami proses pendinginan. Proses
pendinginan ini berjalan dengan lambat pada planet-planet besar, seperti
Yupiter dan Saturnus, sedangkan pada planet-planet kecil seperti Bumi kita,
pendinginan berjalan relatif lebih cepat.
Sementara pendinginan
berlangsung, planet-planet itu masih mengelilingi matahari pada orbit berbentuk
elips, sehingga besar kemungkinan pada suatu ketika meraka akan mendekati
matahari dalam jarak yang pendek. Akibat kekuatan penarikan matahari, maka akan
terjadi pasang surut pada tubuh-tubuh planet yang baru lahir itu. Matahari akan
menarik kolom-kolom materi dari planet-planet, sehingga lahirlah bulan-bulan
(satelit-satelit) yang berputar mengelilingi planet-planet. Peranan yang
dipegang matahari dalam membentuk bulan-bulan ini pada prinsipnya sama dengan
peranan bintang besar dalam membentuk planet-planet, seperti telah dibicarakan
di atas.
4) Teori
Bintang Kembar (Twin Star)
Dikemukakan
oleh R.A Lyttleton: matahari berasal dari suatu bintang kembar dimana kedua
bintang itu mengelilingi suatu pusat gravitasi. Sebuah bintang mendekati salah
satu matahari ini.
Teori Bintang Kembar
Teori ini menyatakan bahwa galaksi kita berisi banyak
kombinasi bintang kembar. Oleh karena itu, Littleton juga
menganggap bahwa matahari memiliki sebuah bintang sebagai kembarannya. Kemudian
bintang kembaran matahari meledak menjadi unsur-unsur gas dan terperangkap oleh
gravitasi matahari. Awan gas kemudian mendingin membentuk planet-planet dan
satelit-satelitnya yang mengelilingi matahari dan membentuk Tata Surya. Adapun
proses pembentukan planet dan satelit sama dengan teori pasang surut. Tokoh
pendukung teori ini diantaranya adalah R.A Lyttleton.
Teori Bintang Kembar
Teori ini
dikemukakan oleh seorang ahli Astronomi R.A
Lyttleton. Menurut teori ini, galaksi berasal dari kombinasi bintang
kembar. Salah satu bintang meledak sehingga banyak material yang terlempar. Karena
bintang yang tidak meledak mempunyai gaya gravitasi yang masih kuat, maka
sebaran pecahan ledakan bintang tersebut mengelilingi bintang yang tidak
meledak. Bintang yang tidak meledak itu adalah matahari, sedangkan pecahan
bintang yang lain adalah planet-planet yang mengelilinginya.
5) Teori
Proto Planet (Awan Debu)
Oleh Gerald P.Kuiper: tata surya terbentuk dari
gumpalan gas dan debu. Salah satu gumpalan awan tersebut mengalami pemampatan.
Pada proses pemampatan tersebut partikel-partikel debu tertarik ke bagian pusat
awan, membentuk gumpalan bola dan mulai berpilin. Gumpalan gas tersebut
membentuk cakram. Partikel-partikel di bagian tengah cakram saling menekan,
sehingga menimbulkan panas dan pijar yang disebut matahari.
6. Teori Big Bang
Terbentuknya
bumi berawal dari puluhan milyar tahun yang lalu. Pada awalnya terdapat
gumpalan kabut raksasa yang berputar pada porosnya. Putaran tersebut
memungkinkan bagian-bagian kecil dan ringan terlempar ke luar dan bagian besar
berkumpul di pusat, membentuk cakram raksasa. Suatu saat, gumpalan kabut
raksasa itu meledak dengan dahsyat di luar angkasa yang kemudian membentuk
galaksi dan nebula-nebula. Selama jangka waktu lebih kurang 4,6 milyar tahun,
nebula-nebula tersebut membeku dan membentuk suatu galaksi yang disebut dengan
nama Galaksi Bima Sakti, kemudian membentuk sistem tata surya. Sementara itu,
bagian ringan yang terlempar ke luar tadi mengalami kondensasi sehingga
membentuk gumpalan-gumpalan yang mendingin dan memadat. Kemudian,
gumpalan-gumpalan itu membentuk planet-planet, termasuk planet bumi.
Dalam
perkembangannya, planet bumi terus mengalami proses secara bertahap hingga
terbentuk seperti sekarang ini. Ada tiga tahap dalam proses pembentukan bumi,
yaitu:
1. Awalnya, bumi masih merupakan planet homogen
dan belum mengalami perlapisan atau
perbedaan
unsur.
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi
2. Pembentukan perlapisan struktur bumi yang diawali dengan terjadinya diferensiasi. Material besi
yang
berat jenisnya lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang berat jenisnya lebih
ringan akan
bergerak
ke permukaan.
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak
3. Bumi terbagi menjadi lima lapisan, yaitu inti dalam, inti luar, mantel dalam, mantel luar, dan kerak
bumi
Perbedaan
Teori Kabut
Kant-Laplace
|
Naulton-Chamberlin
|
Jeans-Jeffreys
|
1. Bentuknya bola
|
1. Bentuknya spiral
|
1. Bentuknya cerutu
|
2. Suhu panas
|
2. Suhu dingin
|
2. Suhu panas
|
3. Terdiri dari gas
|
3. Terdiri dari benda padat
|
3. Terdiri dari gas
|
☻ Benda-benda Langit
Ilmu yang mempelajari tentang
benda-benda langit adalah astronomi. Benda langit terdiri atas semua yang
berada di langit merupakan anggota dalam sistem tata surya. Berikut ini uraian
mengenai benda-benda langit, yaitu :
1) Matahari
Matahari
terbentuk dari awan gas hydrogen dan debu yang memuai menjadi sebuah bola gas
raksasa yang sangat pijar. Matahari merupakan sebuah bintang dan sebagai pusat
dari sistem tata surya. Suhu pada intinya 25 jutaoC, sedangkan pada
permukaan sekitar 6.000oC.
Bagian-bagian matahari sebagai berikut:
a. Inti
Terjadi reaksi temonuklir mengubah hydrogen
menjadi helium.
b. Fotosfer
Berbentuk seperti
piringan emas. Pada bagian ini terdapat:
a)
Sunspot (bintik matahari): daerah gelap di lapisan fotosfer.
b)
Fakula: daerah sekitar bintik matahari yang tampak di lapisan fotosfer
c)
Granula: kenampakan gelombang-gelombang kecil konveksi di lapisan fotosfer.
c. Kromosfer
Adalah pancaran cahaya yang mengelilingi
fotosfer.
d. Korona
Adalah
lapisan yang paling luar dan mengelilingi kromosfer.
e. Prominens (Prominences)
Adalah
ledakan-ledakan yang tampak pada sisi matahari.
f. Flare
Adalah bagian dari matahari yang mempunyai
cahaya yang sangat terang.
2) Planet
Planet
tidak memiliki cahaya tetapi memantulkan sinar atau cahaya matahari.
Ciri-ciri planet:
a.
Planet tidak mempunyai cahaya sendiri.
b. Planet
tak berkelap-kelip.
c.
Lintasan planet merupakan bidang berbentuk elips.
d. Planet
beredar mengelilingi matahari dengan arah yang sama.
Planet dalam tata surya kita dapat
diklasifikasikan dalam beberapa kategori diantaranya :
☻ Berdasarkan
kedudukannya terhadap bumi
a) Planet
inferior: planet-planet yang terletak diantara orbit bumi dan matahari. Contoh:
Merkurius dan Venus
b) Planet
superior: planet-planet yang terletak di luar orbit bumi. Contoh: Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus.
☻ Berdasarkan
jarak ke matahari:
a) Planet
dalam (inner planet): planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih
pendek dari jarak rata-rata bumi
matahari. Contoh: Merkurius dan Venus.
b) Planet
luar (outer planet): planet-planet yang jarak rata-ratanya ke matahari lebih
panjang
dibandingkan
dengan jarak rata-rata bumi-matahari.
Contoh: Saturnus, Uranus, dan
Neptunus.
☻. Berdasarkan ukuran:
1) Planet Jovian/ besar,
contoh: Yupiter, Saturnus, Uranus,Neptunus
2) Planet
Terestrial/ kebumian/ kecil, contoh: Merkurius, Venus, Mars.
Beberapa karakteristik planet di dalam tata
surya kita diantaranya adalah :
a. Merkurius
Merkurius
termasuk planet dalam, jarak dengan matahari paling dekat, yaitu sekitar 58
juta km, dengan diameter pada equatornya 4.878 km. Suhu di permukaan pada siang
hari 350oC dan pada malam hari -170oC.
Tidak memiliki
atmosfer, suhu panas, permukaannya kasar dan berkawah. Planet ini tidak
mempunyai bulan atau satelit maupun cincin/ ring.
b. Venus
Venus
sering disebut bintang kejora atau sahara, jarak dengan matahari 108 juta km,
dengan garis tengah equatornya 12.104 km suhu permukaannya sangat panas 480oC.
mempunyai atmosfer yang mengandung CO2, tidak mempunyai satelit dan
cincin.
c. Bumi
Bumi adalah planet
tempat manusia hidup. Sebagian besar permukaan bumi diselimuti air sehingga
planet ini dikenal sebagai planet biru. Jarak bumi matahari 150.000.000 km.
revolusi bumi 365 hari 6 jam 9 menit 10 detik, yang disebut “satu tahun
sidetik”. Rotasi bumi 24 jam. Mempunyai satelit.
d. Mars
Planet
mars disebut planet Anggur. Jaraknya dengan matahari 228 juta km, diameter
6.795 km. dilihat dari Bumi Mars tampak merah. Periode revolusi 687 km, rotasi
24 jam 37 menit. Mempunyai atmosfer yang mengandung CO2, planet Mars mempunyai
2 satelit yaitu Phobos dan Deimos.
e. Jupiter
Jupiter
merupakan planet terbesar dengan massa 318 kali massa bumi. Rotasi planet
adalah 9,8 jam, sedangkan periode revolusi 11,86 th. Atmosfer di Jupiter
mengandung gas hydrogen, helium, metana, ammonia. Suhu dipermukaan -140oC
hingga 21 oC. planet Yupiter mempunyai 14 satelit diantaranya Co,
Europa, Canyamede, dan Calisto.
f. Saturnus
Saturnus adalah
planet yang memiliki cincin atau ring. Cincin Saturnus tipis sekali,
ketebalannya 10m-100m yang tersusun atas butir-butir es yang sangat halus.
Saturnus
mempunyai kecepatan yang rendah karena sebagian besar zat penyusunnya adalah
gas dan cairan. Masa revolusi Saturnus 30 tahun bumi. Rotasi planet sekitar
10,20 jam dan memiliki 10 satelit yang mengorbit di luar cincinnya.
g. Uranus
Planet ini ditemukan
oleh Willian Hechell (1781). Jarak Uranus-matahari 2.887 km. Revolusi Uranus
84,01 tahun dengan rotasi selama 16 jam 10 menit. Suhu dipermukaan Uranus
adalah -210oC. Atmosfer Uranus tersusun atas metana, hydrogen, dan
helium. Uranus memliki 5 satelit, yaitu Oberon, Titania, Umbriel, Ariel, dan
Miranda dan mempunyai 9 cincin.
h. Neptunus
Planet
ini ditemukan oleh Leverrier (1846). Neptunus bergaris tengah 48.500, jika
dilihat melalui teleskop memantulkan warna hijau kebiruan. Planet Neptunus
berotasi selama 18 jam 26 menit, dengan revolusi 164,8 tahun. Jarak
Neptunus-matahari 4.509 juta km. Suhu dipermukaan sebesar -220oC. Lapisan
atmosfernya terdiri atas gas hydrogen, helium, dan metana, memiliki 2 anak
satelit yaitu Triton dan Nerreid.
i. Asteroid
Asteroid berada diantara planet Mars dan
Yupiter sering juga disebut planet minor.
j. Komet
Komet
seluruhnya terbentuk dari gas (karbondioksida, metana, dan air) dan debu yang
membeku. Komet bergerak pada orbitnya kadang-kadang mendekati matahari maupun
mendekat planet-planet dan orbitnya berbentuk elips yang sangat panjang. Arus
debu dan gas yang dihasilkan membentuk suatu atmosfer yang besar tetapi sangat
tipis di sekeliling komet yang disebut Coma. Contoh: Komet Halley muncul 76
tahun sekali, Komet West, Komet Eneke muncul 3 tahun sekali.
k. Meteorid (shooting star)
Meteorid
merupakan benda-benda langit yang bergerak memasuki atmosfer karena gaya tarik
bumi. Meteorid yang memasuki atmosfer bumi disebut meteor.
E. Jagat Raya
Jagat raya adalah sebuah ruang tempat segenap benda
langit berada, termasuk bumi tempat manusia hidup. Pandangan manusia mengenai
jagat raya adalah sebagai berikut :
1.
Pandangan Antroposentris menyatakan bahwa manusia sebagai pusat segalanya
dialam semesta ini.
2.
Pandangan Geosentris menyatakan bahwa bumi sebagai pusat jagat raya.
3.
Pandangan Heliosentris menyatakan bahwa pusat jagat raya adalah matahari.
4.
Pandangan Galaktosentris menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi
Secara umum sifat Jagat Raya (alam semesta) adalah :
1.
Tak terbatas
2.
Memuai
3.
Berdimensi 4
4.
Luas berdiameter 4 milyar
Tentang terbentuknya jagad raya ada beberapa teori yang
mendasari diantaranya yaitu :
1. Teori
Ledakan Besar ( Big Bang ),
teori ini
menyatakan bahwa alam semesta berasal dari keadaan panas dan padat yang
mengalami ledakan dahsyat dan kemudian mengembang dengan sangat cepat menjauhi
pusat ledakan.
Teori Ledakan Besar
Dikemukakan oleh Stephen Hawking. Teori
ini menyatakan bahwa dahulu galaksi-galaksi pernah saling berdekatan. Dengan
demikian, mungkin semua galaksi dalaam jagat raya berasal dari massa tunggal.
Dalam keadaan massa tunggal, jagat raya memiliki suhu dan energi yang sangat
besar. Untuk itu, hanya ledakan besarlah yang dapat menghancurkan massa tunggal
menjadi serpihan-serpihan senagai awal jagat raya.
Teori Ledakan Besar (George Gamow)
Alam semesta bermula
dari ledakan dahsyat (Big Bang) dan
galaksi meluas tanpa batas seperti bola raksasa yang sangat padat. Bola raksasa
ini terdiri dari neutron dan tenaga pancaran yang disebut ‘ylem (diucapkan
‘ailem’). Sekitar 18 milyar tahun yang lalu ylem meledak dengan dahsyat. Bola
mengembang sehingga berkurang kepadatannya dan temperaturnya turun dari
milyaran derajat hingga jutaan derajat. Pada temperatur sekitar 60 juta derajat
semua neutron berubah menjadi proton dan elektron. Bersamaan temperatur yang
menurun, terbentuklah semua unsur yang ada di alam sekarang ini. Pada suhu
sekitar 300 derajat, semua unsur berubah menjadi gas yang menjadi awal dari
sebuah galaksi.
2. Teori
Jagat Raya Mengembang
teori ini menyatakan bahwa galaksi-galaksi
bergerak saling menjauhi.
Teori Jagat Raya Mengembang
Dikemukakan oleh Hubble. Teori ini
menyatakan bahwa dahulu galaksi-galaksi pernah saling berdekatan dan kemudian
galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi. Yang berarti jagat raya mengembang
menjadi lebih luas.
3. Teori
Keadaan Tetap ( Teori Steady State
)
teori ini menyatakan bahwa Alam Semesta tidak
ada awalnya dan tidak akan berakhir. Alam semesta selalu terlihat tetap seperti
sekarang.
Teori Keadaan Tetap
Dikemukakan oleh Fred Hoyle. Teori ini menyatakan bahwa
materi baru (hidrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruang kosong yang
timbul dari pengembangan jagat raya. Dalam hal ini, jagat raya tetap dan akan
selalu tampak sama.
Teori Keadaan Tetap (Fred Hoyle, Herman Bondi, dan Thomas
Gold)
Alam
semesta tidak berawal dan berakhir karena alam semesta selalu memuai dengan
laju tetap dan materi baru terus menerus tercipta. Akibatnya dalam ruang
tertentu selalu dipadati oleh materi yang berjumlah tetap. Agar alam semesta
selalu dalam keadaan tetap, perlu diciptakan bahan baru secara berkesinambungan
yang menimbulkan tekanan dan memaksa semesta memuai secara terus menerus. Bahan
baru tersebut selanjutnya memadat menjadi galaksi untuk mengisi kekosongan yang
timbul karena pemuaian.
2. Teori
Ledakan Besar (George Gamow)
Alam semesta bermula
dari ledakan dahsyat (Big Bang) dan
galaksi meluas tanpa batas seperti bola raksasa yang sangat padat. Bola raksasa
ini terdiri dari neutron dan tenaga pancaran yang disebut ‘ylem (diucapkan
‘ailem’). Sekitar 18 milyar tahun yang lalu ylem meledak dengan dahsyat. Bola
mengembang sehingga berkurang kepadatannya dan temperaturnya turun dari
milyaran derajat hingga jutaan derajat. Pada temperatur sekitar 60 juta derajat
semua neutron berubah menjadi proton dan elektron. Bersamaan temperatur yang
menurun, terbentuklah semua unsur yang ada di alam sekarang ini. Pada suhu
sekitar 300 derajat, semua unsur berubah menjadi gas yang menjadi awal dari
sebuah galaksi.
Satuan
Jarak di Jagat Raya raya kita adalah tak terbatas akan tetapi ada beberapa
satuan untuk menentukan jarak misalnya antara satu galaksi dengan galaksi yang
terdekat. Satuan tersebut diantaranya adalah
Untuk menentukan jarak benda-benda langit di jagat raya menggunakan
satuan sebagai berikut :
a. Satuan Astronomi ( SA
), adalah satuan jarak rata-rata bumi ke matahari ( ± 150.000.000 km )
b. Tahun Cahaya, adalah jarak
yang ditempuh cahaya selama satu tahun. ( 3.406 x 1015 km )
c. Paralalks Second (
Parsec = Pc ), satu satuan paralales second adalah ukuran untuk jarak yang
lebih
besar di
jagat raya.
Pandangan-pandangan
manusia tentang jagat raya terdiri dari :
1. Pandangan Antroposentris
Pandangan ini menyatakan bahwa manusia sebagai
pusat segalanya di alam ini.
2. Pandangan Geosentris
Dikemukakan oleh Socrates, Aristoteles, Anaximader
dan Phytagoras. Pandangan ini menyatakan bahwa bumi adalah pusat
semesta alam. Semua benda langit mengelilingi bumi dan semua kekuatan alam terpusat
di bumi.
3. Pandangan Heliosentris
Dikemukakan oleh Bruno Galileo, Johanes Kepler
dan Isaac Newton. Pandangan ini menyatakan bahwa pusat jagat raya
adalah matahari. Ini berarti pergeseran pandangan yang dianggap revolusioner
pada waktu itu, yang menggantikan kedudukan bumi sebagai akibat makin majunya
alat peneliti dan sifat ilmuan yang kritis.
4. Pandangan Galaktosentris
Pandangan ini
menyatakan bahwa pusat alam semesta adalah galaksi. Pandangan ini merupakan
hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Satuan jarak
Bumi-Matahari meliputi :
Satuan
Astronomi (SA) atau Astronomical Unit (AU)
Satu satuan astronomi adalah satu kali jarak rata-rata bumi ke matahari
(± 150.000.000 km).
1 SA = 15 X 107 km
Biasanya hanya digunakan untuk menghitung jarak benda-benda langit yang terdapat dalam sistem tata surya.
Satu satuan astronomi adalah satu kali jarak rata-rata bumi ke matahari
(± 150.000.000 km).
1 SA = 15 X 107 km
Biasanya hanya digunakan untuk menghitung jarak benda-benda langit yang terdapat dalam sistem tata surya.
Tahun
Cahaya (TC)
Satu satuan tahun cahaya ialah jarak yang ditempuh cahaya selama satu tahun.
1 TC = 3406 X 1015 km
Dapat digunakan untuk mengukur jarak antar bintang.
Satu satuan tahun cahaya ialah jarak yang ditempuh cahaya selama satu tahun.
1 TC = 3406 X 1015 km
Dapat digunakan untuk mengukur jarak antar bintang.
Paralaks Second (Parsec = Pc)
Paralaks (detik busur) adalah pergeseran sebuah benda yang sangat jauh bila dilihat oleh pengamat yang tempatnya bergeser terhadap benda, dan bukan karena benda tersebut bergeser.
1 Parsec = 3, 26 tahun cahaya = 206.265 SA
Paralaks (detik busur) adalah pergeseran sebuah benda yang sangat jauh bila dilihat oleh pengamat yang tempatnya bergeser terhadap benda, dan bukan karena benda tersebut bergeser.
1 Parsec = 3, 26 tahun cahaya = 206.265 SA
F. Galaksi
Galaksi adalah sistim perbintangan yang maha luas yang
didalamnya terdapat jutaan bahkan miliyaran bintang, serta benda-benda langit
lainnya yang beredar mengelilinya pusat secara teratur.
1. Teori terbentuknya Galaksi
☻ Teori
Top-Down
menurut teori ini galaksi
terbentuk dari awan gas yang besar dan padat kemudian pecah-pecah, pecahnya
tersebut berubah menjadi galaksi melalui proses kontraksi awan gas. Kontraksi
awan gas terjadi karena adanya pengaruh gravitasi akhirnya menghasilakan
bintang-bintang.
☻ Teori Botton-Up
menurut teori ini galaksi
terbentuk dari bagian-bagian kecil menjadi besar karena gaya gravitasi,
daerah-daerah ini bersatu dan berbentuk susunan yang lebih besar dan akhirnya
membentuk galaksi.
2.
Ciri-ciri
Galaksi
Galaksi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
1)
Semua galaksi memiliki inti dari sistim galaksi
2)
Sebuah sistim yang terdapat pada galaksi melakukan rotasi
3)
Galaksi memiliki bentuk tertentu
4)
Jarak antara galaksi yang satu dengan yang lainnya jutaan tahun cahaya.
5)
Galaksi-galaksi hanya terlihat diluar jalur galaksi bimasakti.
3.
Macam-macam
Galaksi
Dari jutaan galaksi yang terdapat
di jagat raya hanya ada dua galaksi yang dapat dilihat dengan mata telanjang,
yaitu galaksi Bima sakti dan Magellan
Galaksi lainnya dapat diamati
dengan menggunakan teleskop. Galaksi-galaksi
tersebut antara lain yaitu :
1) Galaksi
Bimasakti (Milky Way)
a) Bentuk
spiral
b) Tampak
seperti kepingan cakram dengan poros sebagai inti sistim
c) Garis
tengahnya 100.000 tahun cahaya
d) Matahari
sebagai salah satu bintang yang terdapat dalam Galaksi Bima sakti
e) Bima
sakti menunjukkan gerak rotasi pada intinya.
2) Galaksi Magellan
galaksi
ini terletak di bawah rasi Doroda dan Tuean yang kelihatan seperti kabut.
3) Galaksi
Andromeda (M.31)
a) Pusat
galaksi tidak terurai menjadi bintang-bintang yang terpisah.
b) Gugus
buktinya empat kali lebih redup dari pada gugus bulat Bima sakti.
c) Inti
pusatgalaksi sangat terang dan berwarna putih
d) Galaksi
ini mempunyai tujuh buah lengan
e) Berbentuk
spiral
4) Galaksi Roda Biru
(M.33)
a) Berbentuk
spiral
b) Berputar
seperti gasing daerah trianggulun
c) Galaksi
Ursa Mayor
d) Galaksi
Jauh
4.
Bentuk-bentuk
Galaksi
Menurut Edwin Hubble (1925) mengklasifikasikan galaksi
berdasarkan bentuknya yaitu :
a)
Bentuk spiral (S), contoh : galaksi Bima sakti, Galaksi Andro Meda
b)
Bentuk Elips (E): M 87,
c)
Bentuk tak beraturan
5.
Anggota-anggota dalam suatu galaksi
☻ Bintang , bintang merupakan
benda langit yang mempunyai cahaya sendiri akibat reaksi inti di
dalamnya.
☻ Spektrum Bintang , spektrum
bintang terbentuk oleh perbedaan temperature bintang dengan
symbol-simbol
O,B,A,F,G,K dan M
☻ Rasi Bintang, kelompok
bintang ini dinamakan konstelasi bintang atau rasi bintang. Ada 88
buah
rasi bintang, 56 buah terdapat dibelahan langit selatan dan 32 buah bintang
terdapat di
belahan
langit utara.
Rasi-rasi
bintang penting
a) Rasi Ursa Mayor (Rasi
Biduk/rasi Beruang Besar), digunakan sejak dulu untuk menetukan
arah
utara. Terdapat di belahan langit
utara.
b) Rasi Ursa Minor (Rasi
Beruang Kecil), terdapat di belahan langit utara
c) Rasi Crux (Rasi
Gubug Penceng/Rasi Pari), terdapat di belahan langit selatan. Digunakan
untuk menentukan arah selatan.
d) Rasi Drion (Lintang Waluku/Bintang
Belaktik), digunakan untuk menetukan equator
langit.
☻ Nebula, adalah
awan-awan dan debu. Nebula ada yang terang dan ada yang gelap. Nebula
terbesar
adalah awan-awan molekul raksasa.
☻ Planet, adalah
benda angkasa tidak memiliki cahaya sendiri.
☻ Satelit, adalah benda gelap yang menjadi anak
planet.
☻
Asteroid, merupakan gugusan benda-benda
angkasa gelap yang mempunyai ukuran relative
kecil
yang membentuk satu sistim rotasi dan revolusi dengan memiliki keterkaitan satu
dengan
yang lain.
Galaksi adalah sistem perbintangan yang sangat besar, terdiri dari
bintang-bintang dan materi antar bintang. Biasanya galaksi terdiri dari
milyaran bintang dengan massa antara beberapa juta sampai beberapa triliun kali
dari Matahari. Kita berada dalam galaksi Bimasakti atau Milky Way (atau Jalur
Susu - karena galaksi Bimasakti terlihat putih dan seperti aliran susu).
Berdiameter 100.000 tahun cahaya dan Matahari adalah salah satu dari sekitar
100 miliar bintang yang terdapat di dalamnya.
Ciri-ciri galaksi:
a. Galaksi memiliki cahaya sendiri,
bukan pantulan.
b. Galaksi-galaksi lain dapat
terlihat berada di luar galaksi Bimasakti.
c. Jarak antar galaksi jutaan tahun
cahaya.
d. Galaksi memiliki bentuk tertentu.
Bentuk Galaksi
Huble mengklasifikasikan bentk galaksi dalam tiga bentuk
utama,
1) Bentuk spiral
- Populasinya
80% dari seluruh galaksi
- Memiliki
struktur teratur
- Selubung
bulat dan piringan dengan lengan spiral mengelilingi equator
- Variasi
galaksi spiral adalah spiral berbatang.
- Contoh:
galaksi Bimasakti dan Andromeda.
2) Bentuk elips
- Tidak ada
struktur
- Warna
merah dan oranye (bintang tua)
- Tak ada
gas dan debu.
- Contoh:
galaksi Sculptor dan Fornaks.
3) Bentuk tak beraturan
- Massa
galaksi rendah dengan bindel bintang muda
- Saling
berinteraksi atau menggabungkan
- Contoh:
galaksi Magellan Besar dan Magellan Kecil.
Bintang adalah benda angkasa yang mempunyai cahaya
sendiri dan terdiri dari gas pijar.
Planet adalah benda-benda bulat yang berada pada
jarak tertentu.
Satelit adalah benda langit pengikut planet yang
terbentuk brsamaan dengan waktu pembentukan planet.
Meteor adalah benda
langit yang sangat kecil yang terdiri atas debu, pasir, atau kersik langit yang
bergerak mengelilingi Matahari seperti planet.
Meteorid adalah meteor yang
berukuran sangat besar sehingga tidak terbakar habis saat memasuki atmosfer
bumi.
Dampak hantaman asteroid terhadap bumi.
P E D O F E R
Pedosfer, adalah lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan
sebagai lapisan tanah yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah
(soil) adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan
batuan (anorganik), organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas
dari litosfer. Ilmu yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu
yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut
pedogenesa.
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk tanah :
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
Lahan adalah permukaan daratan dengan kekayaan benda-benda padat, cair, dan gas. Sama halnya dengan tanah, penggunaan lahan antara orang yang satu dengan yang lain berlainan kepentingannya.
Faktor-faktor pembentuk tanah :
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktorfaktor tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
T = f (i, o, b, t, w)
Keterangan:
T = tanah b = bahan induk
f = faktor t = topografi
i = iklim w = waktu
O = organisme
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar, akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Komponen-komponen pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung. Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.
Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara
Mineral Unsur Hara meliputi :
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
a. Muskovit K
b. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah suhu dan curah hujan. Dalam hal ini, suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah).
2. Organisme
Peranan organisme dalam proses pemebentukan tanah sangat besar, akumulasi bahan organisme, siklus unsur hara, dan pembentukan struktur tanah yang stabil sangat dipengaruhi oleh kegiatan organisme dalam tanah. Disamping itu unsur nitrogen dalam tanah dapat diikat oleh mikroorganisme, baik yang hidup sendiri didalam tanah maupun yang bersimbiosis dengan tanaman.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah.
4. Topogarafi
Faktor topografi yang mempengaruhi proses pembentukan tanah di Indonesia yaitu bentuk lahan dan kemiringan lereng. Faktor topografi berpengaruh terhadap proses pemebentukan tanah dengan cara sebagai berikut :
• Mempengaruhi jumlah air hujan yang jatuh
• Mempengaruhi dalamnya air tanah
• Mempengaruhi tinggi rendahnya erosi
• Mengarahkan gerakan air berikut bahan-bahan yang terlarut didalamnya.
Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan topografi antara lain;
• Tebal solum
• Kandungan bahan organik dalam horizon A
• Kandungan air tanah
• Warna tanah
• Tingkat perkembangan horizon
• Reaksi PH tanah
• Kandungan garam yang mudah larut dalam tanah.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus. Oleh karena itu tanah akan menjadi semakin tua dan kurus. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua.
Tanah muda ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran antara bahan organik dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan induknya. Contoh tanah muda adalah tanah aluvial, regosol dan litosol. Tanah dewasa ditandai dengan proses pembentukan horizon B. Contoh tanah dewasa adalah andosol, latosol, dan grumosol. Tanah tua
149 ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B. Contoh tanah pada tingkat tua adalah jenis tanah podsolik dan latosol tua (laterit).
Lamanya waktu yang diperlukan untuk pembentukan tanah berbedabeda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda, dan 1.000 – 10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Komponen-komponen pembentukan tanah
1. Bahan Mineral
Bahan mineral dalam tanah berasal dari pelapukan batu-batuan. Oleh karena itu susunan mineral didalam tanah berbeda-beda sesuai dengan mineral batu-batuan yang lapuk. Mineral tanah dibedakan menjadi mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer adalah mineral yang berasal dari batuan yang lapuk, sedangkan mineral sekunder adalah mineral bentukan baru yang terbentuk selama proses pembentukan berlangsung. Mineral primer pada umumnya erdapat dalam fraksi-fraksi pasir dan debu, sedangkan mineral sekunder umumnya terdapat dalam fraksi liat.
Beberapa jenis mineral primer dan unsur hara
Mineral Unsur Hara meliputi :
Kuarsa Si, O
Kalsit Ca
Dolomit Ca, Mg
Felspor :
a. Ortoklas K
b. Plagikas Na, Ca
Mika :
a. Muskovit K
b. Biovit K, Mg, Fe
Amfibole (hornblende) Ca, Mg, Fe, Na
Pyroksin(hiperstin,augit) Ca, Mg, Fe
Olivin Mg, Fe
Leusit K
Apatit P
2. Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3-5 %, tetapi pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan oraganik terhadap sifat-sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuha tanaman adalah sebagai berikut :
a. Sebagai granulator, yaitu mempernaiki struktur tanah.
b. Sumber unsur hara N, P, S dan unsur mikro.
c. Menambah kemampuan tanah untuk menahan air.
d. Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur-unsur hara (kapasitas tukar kation tanah menjadi
tinggi).
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk
e. Sumber energi bagi mikroorganisme.
Bahan organik dalam tanah terdiri dari bahan organik kasar dan bahan organik halus atau humus. Humus terdiri dari bahan oraganik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui kegiatan mikroorganisme didalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten (tidak mudah hancur) , berwarna hitam atau coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi.
Tanah yang mengandung humus atau bahan organik adalah tanah-tanah lapisan atas atau top soil. Semakin kelapisan bawah tanah maka kandungan bahan oraganik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus.
Didaerah rawa-rawa, seperti daerah rawa-rawa pasang surut, sering dijumpai tanah –tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah liat) dan tebalnya lebih dari 40cm, maka tanah tersebut disebut tanah organik (tanah gambut).
3. Air
Guna air bagi pertumbuhan tanaman adalah:
• Sebagai unsur ahra tanaman, tanaman memrlukan air dari tanah dan CO2 dari udara untuk membentuk
gula dan karbohidrat dalam proses
fotosintesis.
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.
Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi (penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman
• Sebagai pelarut unsur hara, unsur hara yang terlarut dalam air diserap oleh akar-akar tanaman.
• Sebagai bagian dari sel-sel tanaman, air merupakan bagian dari protopasma.
Persediaan air didalam tanah tergantung dari banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotransporasi (penguapan langsupenguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah.
Air dapat diserap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adesi, kohesi, dan gravitasi. Karena adanya gaya-gaya tersebut maka air didalam tanah dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Air higroskopik, yaitu air yang diserap tanah sangat kuat sehingga tidak dapat digunakan tanaman
(adesi antara tanah dengan air).
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya
• Air kapiler, yaitu air dalam tanah dimana daya kohesi (tarik menarik antara butir-butir air) dan daya
adesi (anatara air dan tanah) lebih kuat dari gravitasi. Air ini dapat
bergerak kesamping atau keatas
karena gaya-gaya kapilernya, sebagian besar dari air kapiler merupakan
air yang tersedia (dapat diserap
oleh tanaman).
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi
4. Udara
Susunan udara dalam tanah adalah :
• Kandungan uap air lebih tinggi. Tanah-tanah yang lembab mempunyai udara dengan kelembaban nisbi
mendekati 100%.
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut
• Kandungan CO2 lebih besar daripada atmosfer (˂ 0,03%).
• Kandungan O2 lebih kecil daripada atmosfer (udara tanah 10-12% O2, atmosfer 20% O2). Hal tersebut
mungkin disebabkan karena kegiatan
dekomposisi bahan organik atau pernapasan oragnisme hidup
dalam tanah dan akar-akar tanaman yang
mengambil O2 dan melepaskan CO2.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas kebawah adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon A dan B.
Warna tanah
Warna tanah merupakan petunjuk untuk menentukan sifat tanah karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah.
Perbedaan warna tanah pada umumnya dipengaruhi oleh kandungan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan organik maka warna tanah makin gelap. Pada lapisan tanah bagian bawah kandungan bahan organik pada umumnya rendah sehingga warna tanah dipengaruhi oleh banyaknya senyawa Fe (besi).
Didaerah yang sistem pengairannya buruk atau daerah yang selalu tergenang air sebagian besar tanahnya berwarna abu-abu. Sebaliknya didaerah yang sistem pengairannya teratur maka dijumpai warna tanah merah atau cokelat kekuning-kuningan.
Warna dalam tanah dipengaruhi oleh persenyawaan besi dalam tanah, kandungan bahan organik, persenyawaan kuarsa, persenyawaan unsur mangan.
Profil Tanah
profil tanah adalah penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan horizon. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas kebawah adalah horizon O, A, B, dan C.sedangkan horizon yang menyusun solum tanah adalah hanya horizon A dan B.
• Horizon O
Horizon O ditemukan terutama pada tanah-tanha hutan yang belum terganggu, merupakan horizon
organik yang terbentuk diatas lapisan tanah mineral.
• Horizon A
Horizon ini ditemukan dipermukaan tanah yang terdiri dari campuran bahan mineral. Merupakan
horizon aluviasi yaitu horizon yang mengalami pencucian.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi daripada ion H+. Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau tanah yang mempunyai Ph = 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH tanah masam unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al (aluminium). Pada PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan kapur. Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan PH-nya dengan menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
A1 : bahan mineral campur dengan humus, berwarna gelap.
A2 : horizon dimana terdapat pencucian (aluviasi) maksimum terhadap liat, Fe, Al bahan organik.
A3 : horizon peralihan ke-B, lebih menyerupai A.
• Horizon B
Horizon aluviasi (penimbunan) dari bahan-bahan yang tercuci di atasnya (liat, Fe, Al, bahan organik).
B1 : peralihan dari A ke B, lebih menyerupai B.
B2 : penimbunan (iluviasi) maksimum liat, Fe dan Al-Oksida, kadang-kadang bahan organik.
B3 : peralihan ke-C, lebih menyerupai B.
• Horizon C
Bahan induk sedikit terlapuk.
• Horizon D atau R
Batuan keras yang belum lapuk.
PH Tanah
Ph tanah adalah derajat keasaman tanah. Tanah masam jumlah unsur H- lebih tinggi. Tanah basa (alkali) kandungan ion OH+ lebih tinggi daripada ion H+. Tanah netral kandungan ion H- sama dengan ion OH- atau tanah yang mempunyai Ph = 7.
Pada PH tanah netral masam, unsur hara tidak dapat diserap. Pada PH tanah masam unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Al (aluminium). Pada PH tanah basa (alkali) unsur hara tidak dapat diserap tanaman karena diikat oleh Ca.
Untuk tanah yang terlalu masam dapat dinaikan PH nya dengan menambahkan kapur. Sedangkan tanah yang terlalu basa (alkali) dapat diturunkan PH-nya dengan menambahkan belerang.
Struktur dan Tekstur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
b. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
c. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
d. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
e. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
f. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
g. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah. Ke-12 kelas tekstur tersebut adalah sebagai berikut :
a. Pasir. g. Lempung liat.
b. Pasir berlempung. h. Lempung liat berpasir.
c. Lempung berpasir. i. Lempung liat berdebu.
d. Lempung. j. Liat berpasir.
e. Lempung berdebu. k. Liat berdebu.
f. Debu. l. Liat.
Di lapangan, tekstur tanah secara sederhana dapat ditentukan dengan memilin tanah yang dibasahi dengan menggunakan jari-jari tangan (kasar halusnya tanah).
Menurut Taksonomi Tanah (1970), tanah dibagi menjadi sepuluh macam yaitu;
1. Oxisol, berasal dari bahasa Prancis yang berarti oxide atau oksida. Tanah ini telah mengalami
pelapukan yang hebat, terdiri atas campuran besi dan aluminium, sedikit
bahan organik. Warnanya
dari kuning ke merah coklat sampai coklat
kemerahan. Jenis tanah ini meliputi tanah lateritik, latosol,
dan laterit air tanah. (Menurut klasifikasi
tanah tahun 1949).
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang ditandai pula dengan
2. Ultisol, yaitu tanah yang telah mengalami pelapukan yang sangat hebat, yang ditandai pula dengan
pengaruh luar, pencucian (leached).
Warnanya merah sampai kuning. Lateritik coklat kemerahan,
setengah bog (gambut), glei humus rendah.
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region bervegetasi sabana atau steppa,
3. Vertisol, yaitu golongan tanah yang khas terdapat pada region-region bervegetasi sabana atau steppa,
di daerah iklim tropika dan subtropika yang
memiliki musim kering dan basah yang berganti-ganti
dengan nyata.
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih baru, belum
4. Entisol, yaitu tanah yang masih menunjukkan asal bahan induk. Jadi tanah ini masih baru, belum
menunjukkan perkembangan horizon. Adapun
yang termasuk jenis tanah ini adalah tanah alluvial,
regosol gunung, regosol pantai, dan
lithosol.
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun, sudah
5. Inceptisol, yaitu tanah yang masih muda, baru mulai perkembangan penampangnya. Namun, sudah
ada eluvasi dan iluvasi. Golongan ini
terjadi dalam hampir semua region iklim.
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang sangat asam,
6. Spodosol, yaitu tanah yang tersebar dalam semua iklim, mempunyai solum yang sangat asam,
kemampuan menahan air rendah, dan kurang
subur.
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0. Adapun yang termasuk
7. Molisol, yaitu tanah yang memiliki ciri halus atau lunak, pH kurang dari 7,0. Adapun yang termasuk
tanah jenis ini adalah chesnut, chernozem,
brunizem (prairies), rendzina, dan sebagainya.
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan
8. Alfisol, yaitu tanah yang tersebar di daerah beriklim lembap, kaya dengan alumunium, besi, air, dan
bahan organik. Warnanya abu-abu, horizonnya
mengandung lapisan-lapisan tanah liat (clay). Adapun
yang termasuk tanah ini adalah grey-brown
podzolic dan wooded, beberapa planosol dan noncalcic-
brown.
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya rendah, warnanya kemerah-
9. Aridisol, yaitu tanah yang sepanjang tahun kering, kandungan organiknya rendah, warnanya kemerah-
merahan, terbentuk di daerah gurun atau
semi-gurun. Adapun yang termasuk tanah jenis ini adalah
reddish dessert, sierozem, dan raddish
brown.
10.Histosol, mencakup semua
tanah organik, seperti tanah organosol dan gambut (bog).
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk
Jenis-jenis Tanah di Indonesia
a. Tanah gambut atau tanah organik
Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rumput rawa. Tanah gambut mempunyai ciri dan sifat, yaitu tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0,5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1) Gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5 – 16 meter, terbentuk
dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air,
bersifat sangat asam. Contoh
penyebarannya di daerah dataran pantai Sumatera, Kalimantan, dan Irian
Jaya (Papua).
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa di daerah dataran rendah
2) Gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawarawa di daerah dataran rendah
dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, ketebalan 0.5–6
meter, bersifat agak asam,
kandungan unsur hara relatif lebih tinggi. Contoh penyebarannya di Rawa
Pening (Jawa Tengah),
Rawa Lakbok (Ciamis, Jawa Barat), dan Segara Anakan (Cilacap, Jawa
Tengah).
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang
3) Gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang
hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum). Contoh penyebarannya di
Dataran Tinggi Dieng.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.
Berdasarkan susunan kimianya tanah gambut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:
1) Gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi.
2) Gambut oligotrop, sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air.
3) Gambut mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop.
b. Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat, pH bermacam-macam, kesuburan sedang hingga tinggi. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).
c. Regosol
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah beting pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.
d. Litosol
Tanah mineral yang sedikit mempunyai perkembangan profil, batuan induknya merupakan batuan beku atau batuan sedimen keras, kedalaman tanah dangkal (< 30 cm) bahkan kadang-kadang merupakan singkapan batuan induk (outerop). Tekstur tanah beranekaragam, dan pada umumnya berpasir dan tidak berstruktur, terdapat kandungan batu, kerikil, dan kesuburannya bervariasi. Tanah litosol dapat dijumpai pada segala iklim, umumnya di topografi berbukit, pegunungan, lereng miring sampai curam.
e. Latosol
Jenis tanah ini telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalamannya dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah dengan curah hujan lebih dari 300–1000 cm. Batuan induk berasal dari tuf, dan material vulkanik.
f. Grumosol
Tanah mineral yang mempunyai perkembangan profil, agak tebal, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular) di lapisan atas dan gumpal hingga pejal di lapisan bawah, konsistensi bila basah sangat lekat dan plastis, bila kering sangat keras dan tanah retak-retak, umumnya bersifat alkalis, kejenuhan basa, dan kapasitas absorpsi tinggi, permeabilitas lambat dan peka erosi. Jenis ini berasal dari batu kapur, mergel, batuan lempung atau tuf vulkanik bersifat basa. Penyebarannya di daerah iklim subhumid atau subarid, curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun.
g. Podsolik merah kuning
Tanah mineral telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, warna merah hingga kuning, kejenuhan basa rendah, peka erosi. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2500 mm/tahun.
h. Podsol
Jenis tanah ini telah mengalami perkembangan profil, susunan horizon terdiri atas horizon albic (A2) dan spodic (B2H) yang jelas, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, kandungan pasir kuarsanya tinggi, sangat masam, kesuburan rendah, kapasitas pertukaran kation sangat rendah, peka terhadap erosi, batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsanya tinggi, batuan lempung, dan tuf vulkan masam. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun tanpa bulan kering, topografi pegunungan. Contohnya, di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara dan Irian Jaya (Papua).
i. Andosol
Jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi, permeabilitas sedang dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuf vulkanik.
j. Mediteran merah – kuning
Tanah mempunyai perkembangan profil, solum sedang hingga dangkal, warna coklat hingga merah, mempunyai horizon B argilik, tekstur geluh hingga lempung, struktur gumpal bersudut, konsistensi teguh dan lekat bila basah, pH netral hingga agak basa, kejenuhan basa tinggi, daya absorpsi sedang, permeabilitas sedang dan peka erosi, berasal dari batuan kapur keras (limestone) dan tuf vulkanis bersifat basa. Penyebaran di daerah beriklim sub humid, bulan kering nyata. Curah hujan kurang dari 2500 mm/tahun, di daerah pegunungan lipatan, topografi karst dan lereng vulkan, ketinggian di bawah 400 m. Khusus tanah mediteran merah – kuning di daerah topografi Karst disebut terra rossa.
k. Hidromorf kelabu (gleisol)
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu topografi merupakan dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, solum tanah sedang, warna kelabu hingga kekuningan, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (pH 4.5-6.0), kandungan bahan organik. Ciri khas tanah ini adanya lapisan glei kontinu yang berwarna kelabu pucat pada kedalaman kurang dari 0.5 meter akibat dari profil tanah selalu jenuh air. Penyebaran di daerah beriklim humid hingga sub humid, curah hujan lebih dari 2000 mm/tahun.
l. Tanah sawah (Paddy soil)
Tanah sawah ini diartikan tanah yang karena sudah lama (ratusan tahun) dipersawahkan memperlihatkan perkembangan profil khas, yang menyimpang dari tanah aslinya. Penyimpangan antara lain berupa terbentuknya lapisan bajak yang hampir kedap air disebut padas olah, sedalam 10-15 cm dari muka tanah dan setebal 2-5 cm. Di bawah lapisan bajak tersebut umumnya terdapat lapisan mangan dan besi, tebalnya bervariasi tergantung pada permeabilitas tanah. Lapisan tersebut dapat merupakan lapisan padas yang tak tembus perakaran, terutama bagi tanaman semusim. Lapisan bajak tersebut nampak jelas pada tanah latosol, mediteran dan regosol, samara-samara pada tanah aluvial dan grumosol.
PERAIRAN DARAT DAN PERAIRAN LAUT
PERAIRAN DARAT MELIPUTI :
A. Sungai
adalah
saluran air yang sempit dan panjang di permukaan bumi. Air sungai mengalir dan
memotong permukaan bumi karena gaya gravitasi. Banyak sungai mengalir ke danau,
laut, dan samudera. Berdasarkan sumber airnya, sungai dibedakan menjadi sungai
hujan, salju, dan campuran. Berdasarkan aliran airnya, sungai dibedakan menjadi
sungai permanen, periodik, dan episodik. Berdasarkan arah alirannya, sungai
dibedakan menjadi sungai konsekuen, subsekuen, obsekuen, dan resekuen.
Pentingnya Ekosistem Sungai
Ada beragam jenis
ekosistem yang terkait dan membentuk sebuah kesatuan utuh dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Salah satu yang dimaksud adalah ekosistem
sungai. Ia dikelompokkan ke dalam ekosistem air tawar dengan air yang
mengalir atau Ekosistem Lotik. Sungai sendiri merupakan habitat air tawar yang
bermuara atau berakhir di laut. Ekosistem sungai ini megandung nutrient yang
kadarnya bergantung pada wilayah vegetasi yang dilewati sungai tersebut.
Apabila titik yang dilewatinya kaya akan tumbuhan maka bisa dipastikan kadar
nutriennya tinggi khususnya nutrient an-organik. Selain tumbuhan, jumlah
pelapukan bebatuan di aliran sungai juga turut berperan dalam hal memperkaya
air sungai.
Mengapa Ekosistem Sungai Sangat Penting?
Habitat air tawar, termasuk ekosistem sungai di dalamnya, sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Meskipun luas area ekosistem air tawar sangat terbatas jika dibandingkan dengan ekosistem laut, namun kehadirannya tetap penting sebab:
Mengapa Ekosistem Sungai Sangat Penting?
Habitat air tawar, termasuk ekosistem sungai di dalamnya, sangat penting bagi manusia dan lingkungan. Meskipun luas area ekosistem air tawar sangat terbatas jika dibandingkan dengan ekosistem laut, namun kehadirannya tetap penting sebab:
1.
Ekosistem
air tawar termasuk sungai di dalamnya adalah sumber yang bisa mencukupi
kebutuhan rumah tangga juga industri. Selain itu, ia juga mudah dan murah untuk
didapatkan.
2.
Komponen
air tawar adalah bottle neck atau leher botol di dalam siklus hidrologi.
3.
Ekosistem
air tawar termasuk sungai bersama dengan ekosistem estuary adalah tempat
atau medium paling mudah dan murah untuk membuang limbah yang bersifat tertier.
Lebih detail pada ekosistem sungai, mengapa penting? Sebab, berikut ini:
1.
Sungai
mempunyai sifat unik yakni sifat termal dimana ia bisa mereduksi perubahan
suhu, sehingga perubahan suhu di dalam air akan terjadi dengan lambat ketimbang
di udara.
2.
Sungai memiliki
sifat oada kontunum sungai, dimana terjadi perubahan yang bersifat
longitudinal di dalam sistem metabolisme komunitas dalam ekosistem.
3.
Manfaat
lain sungai adalah sebagai tempat ikan berkembang-biak, sebagai sarana
rekreasi, sebagai sarana pengairan dan masih banyak lagi lainnya.
Pembagian Zona Dalam Ekosistem Sungai
Para ahli membagi dua zona pada ekosistem sungai yang didasarkan pada
aliran airnya, yakni:
1.
Zona air
deras, adalah wilayah sungai yang cenderung dangkal. Pada tempet tersebut
kecepatan laju arus sangat tinggi dan menyebabkan bagian dasar sungai menjadi
bersih dari berbagai endapan serta materi lainnya. Hal tersebut kemudian
menjadikan dasar zona ini cenderung padat. Zona ini sendiri dihuni oleh bentos
dan juga organisme ferifitik yang mampu melekat juga berpegang pada dasar yang
keras atau padat dan pada ikan yang bisa berenang dengan kuat. Zona aliran
deras ini berada di bagian hulu sungai tepatnya di wilayah pegunungan.
2.
Zona
aliran tenang, yakni wilayah sungai dimana yang sedikit dalam dan arus tidak
sekencang pada zona hulu sungai. Pada wilayah ini lumpur juga materi lainnya
cenderung lepas dan mengendap pada dasar sungai. Hal ini kemudian menjadikan
dasar sungai menjadi lunak dan tidak sesuai lagi untuk bentos. Zona ini lebih
cocok bagi nekton juga plankton yang cenderung menggali bagian dasar sungai.
Zona ini umumnya berada pada wilayah yang landai.
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi
suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.[5] Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang,
sedangkan lainnya tumbuhan biji.[5]
Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air
tawar pada umumnya telah beradaptasi.[5]
ekosistem sungai
Sungai adalah suatu badan
air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung sedikit
sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen
pada air. Suhu air bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Komunitas yang berada
di sungai berbeda dengan danau. Air sungai yang mengalir deras tidak mendukung
keberadaan komunitas plankton untuk berdiam diri, karena akan terbawa arus.
Sebagai gantinya terjadi fotosintesis dari ganggang yang melekat dan tanaman
berakar, sehingga dapat mendukung rantai makanan.
Komposisi komunitas
hewan juga berbeda antara sungai, anak sungai, dan hilir. Di anak sungai sering
dijumpai Man air tawar. Di hilir sering dijumpai ikan kucing dan gurame.
Beberapa sungai besar dihuni oleh berbagai kura-kura dan ular. Khusus sungai di
daerah tropis, dihuni oleh buaya dan lumba-lumba.
Organisme sungai dapat
bertahan tidak terbawa arus karena mengalami adaptasi evolusioner. Misalnya
bertubuh tipis dorsoventral dan dapat melekat pada batu.
Beberapa jenis
serangga yang hidup di sisi-sisi hilir menghuni habitat kecil yang bebas dari
pusaran air.
admin ekosistem sungai
Sungai Raksasa Ditemukan di Dasar Laut Hitam
Sungai bawah laut ini bahkan layak dinobatkan sebagai sungai keenam terbesar di dunia.
Sungai bawah laut di dasar Laut Hitam (Leeds University| Daily Mail)
VIVAnews - Sebuah sungai raksasa,
yang bahkan layak dinobatkan sebagai sungai keenam terbesar di dunia baru-baru
ini ditemukan oleh ilmuwan Inggris.
Yang luar biasa, sungai ini ditemukan di dasar Laut Hitam, sebuah laut dalam antara Eropa tenggara dan Asia Kecil.
Yang luar biasa, sungai ini ditemukan di dasar Laut Hitam, sebuah laut dalam antara Eropa tenggara dan Asia Kecil.
Para ilmuwan dari Leeds University mengerahkan
kapal selam robot untuk meneliti dan memindai dasar laut di dekat Turki itu.
Seperti halnya di daratan, sungai di bawah laut itu memiliki saluran, anak sungai, dataran banjir, aliran deras air, dan bahkan air terjun.
Sungai yang ditemukan di dasar Laut Hitam, memiliki kedalaman 115 kaki dan lebarnya lebih dari setengah mil.
Jika berada di daratan, para ilmuwan memperkirakan, perairan yang ditemukan di Laut Hitam, adalah sungai keenam terbesar di dunia, dalam hal jumlah air yang mengalir.
Aliran air, yang membawa air asin dan sedimen, 350 kali lebih besar dari Sungai Thames di Inggris.
Ini adalah satu-satunya sungai bawah laut aktif yang ditemukan. Letaknya di Selat Bosphorus yang mengalir dari Mediterania ke Laut Hitam. Aliran air sungai bawah tanah itu disebabkan perbedaan kadar garam.
Ini menyebabkan air Mediterania mengalir seperti sungai, yang menciptakan alur-alur dan genangan yang dalam.
Penemuan ini akan membantu menjelaskan bagaimana kehidupan bisa bertahan di kedalaman laut, yang jauh dari perairan kaya nutrisi karena jauh dari tanah. Sungai bawah laut lah yang bertugas membawa sedimen dan nutrisi.
Menurut Dr Dan Parsons, pemimpin tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Bumi dan Lingkungan, Universitas Leeds, kepada Sunday Telegraph, mengatakan, "Kepadatan air di sana lebih padat dari air laut di sekitarnya karena memiliki salinitas yang lebih tinggi dan membawa begitu banyak sedimen."
"Sungai itu mengalir dari beting laut dan keluar melalui daratan abisal, seperti halnya sungai di darat," demikian penjelasan Parsons seperti dimuat laman Daily Mail, Minggu 1 Agustus 2010.
Dataran abisal di laut mirip seperti di gurun pasir, bedanya dataran air ini bisa menyediakan nutrisi dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mahluk yang hidup di dalamnya.
"Itu memiliki peran yang penting, seperti arteri, yang memberikan kehidupan di laut dalam."
Seperti halnya di daratan, sungai di bawah laut itu memiliki saluran, anak sungai, dataran banjir, aliran deras air, dan bahkan air terjun.
Sungai yang ditemukan di dasar Laut Hitam, memiliki kedalaman 115 kaki dan lebarnya lebih dari setengah mil.
Jika berada di daratan, para ilmuwan memperkirakan, perairan yang ditemukan di Laut Hitam, adalah sungai keenam terbesar di dunia, dalam hal jumlah air yang mengalir.
Aliran air, yang membawa air asin dan sedimen, 350 kali lebih besar dari Sungai Thames di Inggris.
Ini adalah satu-satunya sungai bawah laut aktif yang ditemukan. Letaknya di Selat Bosphorus yang mengalir dari Mediterania ke Laut Hitam. Aliran air sungai bawah tanah itu disebabkan perbedaan kadar garam.
Ini menyebabkan air Mediterania mengalir seperti sungai, yang menciptakan alur-alur dan genangan yang dalam.
Penemuan ini akan membantu menjelaskan bagaimana kehidupan bisa bertahan di kedalaman laut, yang jauh dari perairan kaya nutrisi karena jauh dari tanah. Sungai bawah laut lah yang bertugas membawa sedimen dan nutrisi.
Menurut Dr Dan Parsons, pemimpin tim peneliti dari Sekolah Tinggi Ilmu Bumi dan Lingkungan, Universitas Leeds, kepada Sunday Telegraph, mengatakan, "Kepadatan air di sana lebih padat dari air laut di sekitarnya karena memiliki salinitas yang lebih tinggi dan membawa begitu banyak sedimen."
"Sungai itu mengalir dari beting laut dan keluar melalui daratan abisal, seperti halnya sungai di darat," demikian penjelasan Parsons seperti dimuat laman Daily Mail, Minggu 1 Agustus 2010.
Dataran abisal di laut mirip seperti di gurun pasir, bedanya dataran air ini bisa menyediakan nutrisi dan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk mahluk yang hidup di dalamnya.
"Itu memiliki peran yang penting, seperti arteri, yang memberikan kehidupan di laut dalam."
Perbedaan utama sungai di bawah laut ini adalah
bahwa aliran air berlawanan dengan sungai-sungai di darat.
Para ilmuwan telah lama menduga bahwa keberadaan sungai dasar laut sangat masuk akal, setelah pemindai sonar mengungkapkan adanya saluran berkelok-kelok di banyak lautan di dunia.
Di antara yang terbesar, adalah sungai bawah tanah di perairan Brazi, di mana aliran Amazon memasuki Samudera Atlantik.
Saluran di Laut Hitam, meskipun jauh lebih kecil, adalah satu-satunya yang ditemukan masih mengalir dan membuktikan bahwa saluran ini misterius dibentuk oleh sungai di bawah air.
Tidak seperti parit laut, yang formasi geologi yang terbentuk pada bagian terdalam dari laut akibat pergerakan lempeng tektonik, saluran sungai berkelok-kelok di dasar laut dibentuk melalui proses pengikisan endapan lumpur.
Para ilmuwan telah lama menduga bahwa keberadaan sungai dasar laut sangat masuk akal, setelah pemindai sonar mengungkapkan adanya saluran berkelok-kelok di banyak lautan di dunia.
Di antara yang terbesar, adalah sungai bawah tanah di perairan Brazi, di mana aliran Amazon memasuki Samudera Atlantik.
Saluran di Laut Hitam, meskipun jauh lebih kecil, adalah satu-satunya yang ditemukan masih mengalir dan membuktikan bahwa saluran ini misterius dibentuk oleh sungai di bawah air.
Tidak seperti parit laut, yang formasi geologi yang terbentuk pada bagian terdalam dari laut akibat pergerakan lempeng tektonik, saluran sungai berkelok-kelok di dasar laut dibentuk melalui proses pengikisan endapan lumpur.
Dr
Parsons menemukan bahwa sungai bawah tanah di dasar Laut Hitam mengalir dengan
kecepatan sekitar empat mil per jam, mengalirkan 22.000 meter kubik air per
detik. Ini 10 kali lebih besar dari sungai terbesar Eropa, Rhine.
Sungai bawah laut ini Sungai mengalir hanya sekitar 37 mil hingga mencapai tepi beting laut sebelum menghilangke laut dalam. (umi)
Sungai bawah laut ini Sungai mengalir hanya sekitar 37 mil hingga mencapai tepi beting laut sebelum menghilangke laut dalam. (umi)
B. Rawa
adalah daratan yang selalu basah atau tergenang
air. Daerah rawa memiliki permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air tanah
dan sistem pembuangan yang kurang baik. Rawa banyak terdapat di sepanjang pantai kalimantan
selatan, pantai timur sumatera, serta pantai selatan dan barat papua.
GAMBAR – GAMBAR
RAWA
C. AIR TANAH
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan
tanah di lapisan batuan kulit bumi. Air tanah berasal dari air hujan yang
meresap ke dalam tanah hingga mencapai lapisan batuan kedap air.
Air tanah dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah
bebas (dangkal) dan tertekan (dalam).Air tanah adalah semua air yang terdapat
pada lapisan pengandung air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata
air yang muncul di permukaan tanah. Peranan air tanah semakin lama semakin
penting karena air tanah menjadi sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan
pokok hajat hidup orang banyak, seperti air minum, rumah tangga, industri,
irigasi, pertambangan, perkotaan dan lainnya, serta sudah menjadi komoditi
ekonomis bahkan dibeberapa tempat sudah menjadi komoditi strategis.
Diperkirakan 70% kebutuhan air bersih penduduk dan 90% kebutuhan air industri
berasal dari air tanah.
Air yang berhasil meresap ke bawah tanah akan terus
bergerak ke bawah sampai dia mencapai lapisan tanah atau batuan yang jarak
antar butirannya sangat-sangat sempit yang tidak memungkinkan bagi air untuk
melewatinya. Lapisan ini disebut lapisan aquitard dan bersifat impermeabel. Air
yang datang kemudian akan menambah volume air yang mengisi rongga-rongga antar
butiran dan akan tersimpan disana.
Penambahan volume air akan berhenti seiring dengan
berhentinya hujan.Air yang tersimpan di bawah tanah itu disebut air tanah.
Sementara air yang tidak bisa diserap dan berada di permukaan tanah disebut air
permukaan. Dalam suatu laporan disebutkan bahwa dalam kondisi pasca hujan,
wilayah bogor mampu menyerap air hujan hingga 60% dari total curah hujan. Sementara wilayah Jakarta
hanya mampu menyerap 20% saja. Lalu kemana sisanya? Tentunya jadi air permukaan
yang menjelma menjadi banjir.
Permukaan air tanah disebut water table,
sementara lapisan tanah yang terisi air tanah disebut zona saturasi air. Model
aliran air tanah itu sendiri akan dimulai pada daerah resapan air tanah atau
sering juga disebut sebagai daerah imbuhan air tanah (recharge zone). Daerah
ini adalah wilayah dimana air yang berada di permukaan tanah baik air hujan
ataupun air permukaan mengalami proses penyusupan (infiltrasi) secara gravitasi
melalui lubang pori tanah/batuan atau celah/rekahan pada tanah/batuan.
Dalam perjalanannya aliran air tanah ini seringkali
melewati suatu lapisan akifer yang diatasnya memiliki lapisan penutup yang
bersifat kedap air (impermeabel). Hal ini mengakibatkan perubahan tekanan
antara air tanah yang berada di bawah lapisan penutup dan air tanah yang berada
diatasnya. Perubahan tekanan inilah yang didefinisikan sebagai air tanah
tertekan (confined aquifer) dan airtanah bebas (unconfined aquifer). Dalam
kehidupan sehari-hari pola pemanfaatan air tanah bebas sering kita lihat dalam
penggunaan sumur gali oleh penduduk, sedangkan airtanah tertekan dalam sumur
bor yang sebelumnya telah menembus lapisan penutupnya.
Sumber daya air tanah memiliki beberapa keunggulan
yaitu secara hygienis lebih sehat karena telah mengalami proses filtrasi secara
alamiah, cadangan dan mutunya juga relatif tetap sepanjang tahun, dan apabila
air tanah tersedia di tempat tersebut, pengambilannya tanpa memerlukan
peralatan mahal.
Selain itu, sumber daya air tanah juga memiliki
kekurangan yaitu pemanfaatannya harus dengan membuat sumur bor / gali karena
terdapat di bawah permukaan tanah, keterdapatan tidak merata pada setiap
tempat, dan cadangannya juga terbatas atau tidak mencukupi untuk keperluan air
minum perkotaan atau air irigasi / industri yang cukup besar.
C. Penurunan Muka Air Tanah dan Beberapa Faktor
yang Menyebabkannya
Pada kenyataannya pemanfaatan air untuk memenuhi
kebutuhan sektor rumah tangga, industri dan jasa masih mengandalkan air tanah
secara berlebih dan hal ini menimbulkan dampak negatif terhadap sumber daya air
tanah maupun lingkungan, salah satunya adalah penurunan muka air tanah. Hasil
rekaman muka air tanah pada sumur-sumur pantau di daerah pengambilan air tanah
intensif seperti: Cekungan Jakarta, Bandung, Semarang, Pasuruan, Mojokerto
menunjukkan kecenderungan muka air tanahnya yang terus menurun. Demikian juga
di daerah D.I Yogyakarta.
Kita mengambil contoh di Cekungan Jakarta.
Pengambilan air tanah di Cekungan Jakarta, khususnya air tanah dalam (deep
groundwater) dari sumur bor yang terdaftar menunjukkan kecenderungan yang
terus meningkat yaitu :
- 1985 dengan jumlah pengambilan airtanah sekitar 30 juta m3/tahun,
- 1991 meningkat menjadi 31 juta m3/tahun dari sejumlah 2640 sumur,
- 1993 pengambilannya tercatat 32,6 juta m3/tahun dari sekitar 2800 sumur,
- 1994, pengambilan air tanah telah mencapai 33,8 juta m3.
Jumlah pengambilan air tanah yang sebenarnya
relatif jauh lebih besar dari angka-angka di atas, karena masih banyaknya
sumur-sumur produksi yang belum terdaftar. Berdasarkan hasil kalibrasi pada
1985, jumlah pengambilan air tanah pada 1994 diperkirakan telah mencapai sekitar
53 juta m3.
Tingginya laju pembangunan Kota Metropolitan serta
banyaknya sumur bor di kota-kota besar, mempercepat penurunan permukaan tanah
yang tingkat kekerasannya masih rendah. Pada cekungan Jakarta, berdasarkan
pemantauan Dinas Pertambangan DKI, laju penurunan tanah di daerah Jakarta Utara
mulai tahun 1999 antara 2-8 cm pertahun, Jakarta Barat 2,2 cm pertahun, Jakarta
Timur 1,5-3 cm pertahun, dan Jakarta Selatan sekitar 2 cm pertahun.Peta
penurunan permukaan tanah di DKI antara tahun 1982-1999 yang disusun Dinas
Pertambangan menunjukkan, akibat beban bangunan dan faktor teknis, geologi
kawasan Jakarta Utara dan Jakarta Barat bagian utara merupakan kawasan dengan
zona penurunan terparah, yakni antara 100-200 cm.
Selain itu, penyedotan air tanah berlebihan dengan
pompa juga menjadi salah satu penyebab turunnya permukaan tanah. Antara 17,5-18
persen penurunan tanah disebabkan oleh adanya sumur bor, sisanya (sekitar 82
persen) disebabkan oleh kondisi alam, beban bangunan, serta kendaraan.
Disebutkan, pengambilan air tanah dengan pompa berkapasitas lebih dari 100
meter kubik (m3) sangat dikhawatirkan mempercepat laju penurunan tanah. Seperti
diketahui, saat ini 40 persen permukaan tanah DKI sudah berada di bawah
permukaan laut seperti Penjaringan, Pluit, dan sebagian Tanjung Priok, sehingga
apabila terjadi pasang air laut ditambah dengan curah hujan yang tinggi, banjir
di Jakarta tak dapat dielakkan.
Pengaruh tektonik juga menjadi faktor penurunan
muka air tanah. Pengaruh tektonik disini adalah pengaruh dari suatu gempa yaitu
gempa tektonik. Gempa akan membentuk crack atau rekahan-rekahan. Pada
saat gempa terjadi goyangan-goyangan yang dibeberapa tempat justru terlihat air
yang menyembur. Namun setelah goyangan gempa reda banyak dilaporkan sumur-sumur
kering, dan mata air yang sudah tidak mengeluarkan air lagi.
Mata-air (sumur) banyak yang menjadi kering. Hal
ini disebabkan karena ada crack atau rekahan yang membuat air tanah dangkal
“jatuh” ke lapisan dibawahnya, terjadi equilibrium dimana ada air yang masuk ke
zona lain yang bertekanan lebih rendah (tinggi muka airnya lebih rendah). Untuk
lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini :
Contoh hubungan keterdapatan air tanah dengan
struktur geologi adalah :
- Potensi air tanah di daerah sedimen terlipat umumnya kecil hal ini mengingat batuan penyusunnya berupa serpih, napal, atau lempung yang bersifat kedap air. Batu pasir jika ada umumnya berupa sisipan dan sangat kompak karena berumur tua dan telah mengalami proses tektonik kuat sehingga sedikit kemungkinannya laipasan batu pasir tua dapat bertindak sebagai akifer yang baik.
- Potensi air tanah pada daerah gunung api dijumpai akifer-akifer dengan sistem rekahan yang banyak dijumpai pada lava. Rekahan tersebut terbentuk oleh kekar-kekar yang terjadi akibat proses pada pembekuan ataupun akibat tektonik/vulkanik.
- Terbentuknya mata air rekahan (fracture artesian spring) adalah mata air yang dihasilkan oleh akifer tertekan yang terpotong oleh struktur impermeable.
D. Hubungan Intrusi Air Laut Dengan Penurunan Muka
Air Tanah
Intrusi diartikan sebagai perembesan air laut ke
daratan, bahkan sungai sungai. Suatu kawasan yang awalnya air tanahnya tawar
kemudian berubah menjadi lagang dan asin seperti air laut. Intrusi dapat
berakibat rusaknya air tanah yang tawar dan berganti menjadi asin. Penyebabnya,
antara lain penebangan pohon bakau, penggalian karang laut untuk dijadikan
bahan bangunan dan kerikil jalan. Pembuatan tambak udang dan ikan yang
memberikan peluang besar masuknya air laut jauh ke daratan.
Apabila
keseimbangan hidrostatik antara air bawah tanah tawar dan air bawah tanah asin
di daerah pantai terganggu, maka akan terjadi pergerakan air bawah tanah
asin/air laut ke arah darat dan terjadilah intrusi air laut. Terminologi
intrusi pada hakekatnya hanya setelah ada aksi, yaitu pengambilan air bawah
tanah yang mengganggu keseimbangan hidrostatik. Adanya intrusi air laut ini
merupakan permasalahan pada pemanfaatan air bawah tanah di daerah pantai,
karena berakibat langsung pada mutu air bawah tanah. Daerah yang mengalami hal ini
antara lain di sekitar kawasan pesisir pantai Jakarta, Semarang, Denpasar dan
Medan.
Air
bawah tanah yang sebelumnya layak digunakan untuk air minum, karena adanya
intrusi air laut, maka terjadi gradasi mutu sehingga tidak layak lagi digunakan
untuk air minum. Penyusupan air asin ini dapat terjadi antara lain akibat :
- Penurunan muka air tanah atau bidang pisometrik di daerah pantai
- Pemompaan air bawah tanah yang berlebihan didaerah pantai
- Masuknya air laut ke daratan melaui sungai, kanal, saluran, rawa, ataupun cekungan lainnya.
E. Penutup
Sebagai penutup, dapat dikemukakan beberapa hal
berikut yaitu :
- Penurunan muka air tanah akibat pemompaan dalam skala besar, sehingga mengakibatkan penurunan yang drastis pada water level tersebut.
- Penurunan muka air tanah yang dapat dipengaruhi akibat gempa yang mengakibatkan rekahan – rekahan pada permukaan tanah sehinggan air tanah tersebut turun atau meresap ke lapisan tanah di bawahnya.
- Penurunan muka air tanah akibat eksploitasi lahan. Dengan maraknya pembukaan lahan perumahan serta gedung-gedung perkantoran, mempersempit area infiltrasi air hujan yang turun sehingga debit air tanah yang diambil dalam skala besar tidak seimbang antara air yang diambil dengan debit infiltrasi hujan ke dalam tanah.
- Penurunan muka air tanah sangat erat hubungannya dengan intrusi air laut sehingga bila dibiarkan berkelanjutan akan terjadi ”land subsdance” (amblesan tanah).
Macam-Macam Air Tanah
1.
Air Bawah tanah
Air bawah
tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah yang tidak kedap air
(preatis) dan air tanah dalam
yang kedap air (artesis). Contoh air preatis adalah air sumur.
2. Geiser
Geiser adalah mata air
dari dalam tanah yang menyemburkan uap dan air panas ke atas pada
waktu-waktu tertentu. Pemanasan air ini berasal dari dalam bumi. Air tanah yang mencapai
daerah panas bumi akan berubah menjadi uap air, karena uap air mempunyai kekuatan yang
berupa tekanan, maka jika tekanannya sudah cukup tinggi, akan menyembur lepas ke
permukaan bumi, jika persediaan air tanah dan panas buminya sudah habis, maka geiser akan
berhenti. Geiser banyak terdapat di Eslandia, Selandia Baru dan Taman nasional Yellowstone,
USA. Di Indonesia juga ada sumber-sumber air yang memancarkan air panas ke permukaan
bumi, misalnya di Cisolok dekat Pelabuhan Ratu (Jawa Barat) dan di Kuwu, Purwodadi (Jawa
Tengah).
3. Travertin
Travertin
adalah endapan kalsium karbonat (CaCo3) yang dihasilkan oleh mata air. Pada
umumnya mata air travertin mengandung gamping. Contoh travertin di Indonesia terdapat di
Pegunungan seribu Jawa Tengah dan Ciater
Jawa Barat.
4. Sungai Bawah Tanah
Air hujan
yang masuk ke dalam tanah melalui lubang-lubang dan mengalir di bawah
permukaan tanah di daerah kapur (karst) di sebut sungai bawah tanah. Sungai-sungai ini
mengalir dan bermuara di laut.
D. Pengertian danau
Danau adalah badan air yang luas dan dikelilingi
seluruhnya oleh daratan. Air danau umumnya air tawar. Berdasarkan
pembentukannya, danau dapat dibedakan menjadi danau tektonik, vulkanik,
tektovulkanik, karst (dolina), glasial, lembah, dan buatan.
Danau adalah massa air yang seluruhnya dikelilingi
daratan, berbentuk cekung, yang permukaannya lebih tinggi dari permukaan air
laut.
Macam-macam danau menurut proses terjadinya :
1) Danau tektonik, yaitu danau yang terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan
1) Danau tektonik, yaitu danau yang terjadi karena gerak dislokasi (perpindahan lokasi) di permukaan
bumi
yang menimbulkan patahan atau ambles dan terendam air.
2) Danau vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat bekas letusan gunung api yang terendam air (aktivitas
2) Danau vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat bekas letusan gunung api yang terendam air (aktivitas
vulkanis).
3) Danau tektovulkanis, yaitu danau yang terjadi akibat aktivitas vulkanis disertai dengan gerakan
3) Danau tektovulkanis, yaitu danau yang terjadi akibat aktivitas vulkanis disertai dengan gerakan
tektonis.
Pada saat meletus, sebagian gunung itu ada yang patah dan merosot.
4) Danau karts, yaitu danau yang terjadi akibat dari tanah kapur yang larut dan terisi oleh air.
5) Danau glasial, yaitu danau yang terjadi akibat mencairnya es (gletser) yang menimbulkan lembah
4) Danau karts, yaitu danau yang terjadi akibat dari tanah kapur yang larut dan terisi oleh air.
5) Danau glasial, yaitu danau yang terjadi akibat mencairnya es (gletser) yang menimbulkan lembah
dimana
lembah tersebut terisi oleh air.
6) Danau bendungan (buatan), yaitu danau yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara membendung
6) Danau bendungan (buatan), yaitu danau yang sengaja dibuat oleh manusia dengan cara membendung
lembah,
sungai atau bukit. Danau ini biasa disebut dengan waduk.
Manfaat danau bagi kehidupan
1. untuk irigasi
2. untuk transportasi
3. untuk pariwisata
4. untuk perikanan
5. untuk pembangkit listrik (PLTA).
1. untuk irigasi
2. untuk transportasi
3. untuk pariwisata
4. untuk perikanan
5. untuk pembangkit listrik (PLTA).
E. PERAIRAN LAUT
Laut adalah
perairan luas di muka bumi yang menghubungkan dua pulau atau benua. Laut lebih
sempit dari samudra. Berdasarkan letaknya, laut dibedakan menjadi laut tepi,
tengah, pedalaman, selat, dan teluk. Berdasarkan kedalamannya, laut dibedakan
menjadi zona litoral, neritik, batial, dan abisal. Bentuk relief di dasar laut,
yaitu landas benua, lereng benua, palung, gunung laut, lubuk laut, atol, dan
laguna.
DEFINISI GELOMBANG
Gelombang /ombak yang terjadi di lautan
dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam tergantung kepada gaya
pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat disebabkan oleh: angin
(gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari (gelombang
pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang
tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Gelombang yang sehari-hari terjadi dan
diperhitungkan dalam bidang teknik pantai adalah gelombang angin dan
pasang-surut (pasut). Gelombang dapat membentuk dan merusak pantai dan
berpengaruh pada bangunan-bangunan pantai. Energi gelombang akan membangkitkan
arus dan mempengaruhi pergerakan sedimen dalam arah tegak lurus pantai
(cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Pada perencanaan teknis bidang
teknik pantai, gelombang merupakan faktor utama yang diperhitungkan karena akan
menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan pantai.
Gelombang
adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air
laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut disebabkan oleh
angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan, menyebabkan
riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai
gelombang.
Amati
gerak pelampung di dalam gambar animasi gelombang di atas. Perhatikan bahwa
sebenarnya pelampung bergerak dalam suatu lingkaran (orbital) ketika gelombang
bergerak naik dan turun. Partikel air berada dalam satu tempat, bergerak di
suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan kecil dari sisi satu
kembali ke sisi semula. Gerakan ini memberi gambaran suatu bentuk gelombang.
Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola yang sama, naik turun di suatu
lingkaran yang lambat, yang dibawa oleh pergerakan air.
Di
bawah permukaan, gerakan berputar gelombang itu semakin mengecil. Ada gerak
orbital yang mengecil seiring dengan kedalaman air, sehingga kemudian di dasar
hanya akan meninggalkan suatu gerakan kecil mendatar dari sisi ke sisi yang
disebut “surge” .
PENGARUH GELOMBANG
Pada
kondisi sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal (shallow
water) dekat dengan kawasan pantai dapat dilihat pada gambar animasi dibawah
ini. Pada gambar animasi ini, dapatlah kita bayangkan bagaimana energi
gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai.
Simulasi pergerakan partikel air saat penjalaran gelombang menuju pantai
Ketinggian
dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch
adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya. Fetch ini
dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut. Semakin panjang jarak
fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar. Angin juga mempunyai
pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan
menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang
yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan mengalami
perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang
bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang berbatasan
dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan antara
air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air
akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin
tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang
tersebut kemudian pecah.
Ada
dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya. Yaitu:
- Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
- Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang
termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil dan
kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai
akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di
pantai (deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam
pasir atau pelan-pelan mengalir kembali ke laut.
Sedangkan
gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan kecepatan rambat
yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai lebih sedikit
waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali menghantam
pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut material pantai
menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.
GELOMBANG LAUT ( OCEAN
WAVES
)
Gelombang/ombak
yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan kepada beberapa jenis bergantungkepada daya pencetusnya. Pencetus gelombang laut dapat disebabkan oleh:
1. Angin ( gelombang angin )
2. Daya tarikan bumi-bulan-matahari ( gelombang pasang-surut )
3. Gempa (vulkanik atau tektonik) di
dasar laut ( gelombang tsunami )
4. Gerakan kapal
Gelombang
yang biasanya terjadi dan dikaji dalam bidang teknik pantai adalah gelombang
angin dan pasang-surut. Gelombang dapat membentuk dan merosakan
pantai dan menbawa kesan kepada struktur pantai.
Tenaga dari gelombang akan membangkitkan arus dan mempengaruhi pergerakan
sedimen dalam arah tegak lurus pantai (cross-shore) dan sejajar pantai (longshore). Dalam pengkajian bidangteknik pantai,
gelombang merupakan faktor utama yang dikenal pasti dalam
proses pembentukanstruktur pantai.
DEFINISI GELOMBANG / OMBAK
Gelombang / ombak adalah pergerakan naik
dan turunnya air dengan arah tegak lurus permukaan air lautyang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang
laut biasanya disebabkan oleh angin. Angin diatas lautan memindahkan
tenaganya ke permukaan perairan, menyebabkan riak-riak, alunan / bukit,
dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai gelombang atau ombak.
Amati gerakan
pelampung di dalam gambar gelombang di atas. Perhatikan bahwa sebenarnya pelampung bergerak dalam
suatu lingkaran (orbital ) ketika gelombang bergerak naik dan
turun.
Partikel air berada dalam satu tempat,
bergerak di suatu lingkaran, naik dan turun dengan suatu gerakan kecil dari sisi satu kembali ke sisi semula.
Gerakan ini memberi gambaran suatu bentuk gelombang. Pelampung yang mengapung di air pindah ke pola
yang sama, naik turun di suatu lingkaran yanglambat, yang dibawa oleh
pergerakan air.Di bawah permukaan, gerakan
putaran gelombang itu semakin mengecil. Pergerakan orbital yangmengecil seiring
dengan kedalaman air, sehingga kemudian di dasarnya hanya akan meninggalkansuatu
gerakan kecil mendatar dari sisi ke sisi yang disebut “surge”
.
PENGARUH GELOMBANG
Pada kondisi
sesungguhnya di alam, pergerakan orbital di perairan dangkal (shallow
water ) dekat dengan kawasan pantai dapat dilihat pada gambar
animasi dibawah ini. Pada gambar animasi ini,dapatlah kita bayangkan bagaimana energi
gelombang mampu mempengaruhi kondisi pantai.Ketinggian
dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch pembangkitannya. Fetch
adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal pembangkitannya.
Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratanyang mengelilingi laut. Semakin panjang
jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada
ketinggian gelombang. Angin yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang
yang lebih besar.
Gelombang
yang menjalar dari laut dalam ( deep water ) menuju ke pantai akan mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan
gelombang di bagian bawah yang berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini
adalah akibat dari friksi/gesekan antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air akan terus melaju. Semakin
menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin tajamdan lembahnya akan semakin
datar. Fenomena ini yang menyebabkan gelombang tersebut kemudian pecah.
ARUS DI SEKITAR PANTAI
(
NEAR SHORE CIRCULATION
)
Gelombang yang datang menuju
pantai membawa massa air dan momentum,
searah penjalarangelombangnya. Hal ini menyebabkan terjadinya arus di
sekitar kawasan pantai. Penjalaran gelombangmenuju
pantai akan melintasi daerah-daerah lepas pantai (offshore zone), daerah
gelombang pecah ( surf zone ), dan daerah deburan ombak di
pantai ( swash zone). Diantara
ketiga daerah tersebut,Bambang
Triatmodojo (1999) menjelaskan bahwa karakteristik gelombang di
daerah surf zone dan swash zone
adalah
yang paling penting di dalam analisis proses pantai.
Daerah penjalaran gelombang menuju pantai
Menurut Dean
dan Dalrymple (2002), perputaran / sirkulasi arus di sekitar pantai dapat
digolongkandalam
tiga jenis, yaitu :
1. Arus sepanjang pantai ( Longshore current )
2.
Arus seret ( Rip current )
3.
aliran balik (Back flows /cross-shore flows).
Sistem
sirkulasi arus tersebut seringkali tidak seragam antaraketiganya bergantung kepada arah /
sudut gelombang datang.
Pada kawasan pantai yang diterjang
gelombang menyudut (α b > 5 o) terhadap garis pantai, arus dominan
yang akan terjadi adalah arus sejajar pantai (longshore current ).Sedangkan apabila garis puncak gelombang datang
sejajar dengan garis pantai, maka akan terjadi 2 kemungkinan arus dominan di pantai. Yang pertama, bila di daerah surf zone terdapat banyak penghalang bukit pasir ( sand bars) dan
celah-celah ( gaps) maka arus
yang terjadi adalah berupasirkulasi sel dengan rip
current yang menuju laut.
Kemungkinan kedua, bila di daerah surf
zone tidak terdapat penghalang yang mengganggu maka arus
dominan yang terjadi adalah aliran balik ( back flows ).
Gelombang Laut
Deskripsi tentang sebuah gelombang
hingga kini masih belum jelas dan akurat, oleh karena permukaan laut
merupakan suatu bidang yang kompleks dengan pola yang selalu berubah dan tidak
stabil (Garrison, 1993). Gelombang merupakan fenomena alam penaikan dan
penurunan air secara periodik dan dapat dijumpai di semua tempat di
seluruh dunia. Gross (1993) mendefenisikan gelombang sebagai gangguan yang
terjadi di permukaan air. Sedangkan Sverdrup at al, (1946)
mendefenisikan gelombang sebagai sesuatu yang terjadi secara periodik terutama
gelombang yang disebabkan oleh adanya peristiwa pasang surut.
Massa air permukaan selalu dalam
keadaan bergerak, gerakan ini terutama ditimbulkan oleh kekuatan angin yang
bertiup melintasi permukaan air dan menghasilkan energi gelombang dan arus.
Bentuk gelombang yang dihasilkan cenderung tidak menentu dan tergantung pada
beberapa sifat gelombang, periode dan tinggi dimana gelombang dibentuk,
gelombang jenis ini disebut “Sea”. Gelombang yang terbentuk
akan bergerak ke luar menjauhi pusat asal gelombang dan merambat ke segala
arah, serta melepaskan energinya ke pantai dalam bentuk empasan gelombang.
Rambatan gelombang ini dapat menempuh jarak ribuan kilometer sebelum mencapai
suatu pantai, jenis gelombang ini disebut “Swell”.
Gelombang mempunyai ukuran yang
bervariasi mulai dari riak dengan ketinggian beberapa centimeter sampai pada
gelombang badai yang dapat mencapai ketinggian 30 m. Selain oleh angin,
gelombang dapat juga ditimbulkan oleh adanya gempa bumi, letusan gunung berapi,
dan longsor bawah air yang menimbulkan gelombang yang bersifat merusak
(Tsunami) serta oleh daya tarik bulan dan bumi yang menghasilkan gelombang
tetap yang dikenal sebagai gelombang pasang surut.
Sebuah gelombang tertdiri dari beberapa bagian antara
lain:
a. Puncak
gelombang ( Crest ) adalah titik tertinggi dari sebuah
gelombang.
b. Lembah
gelombang ( Trough ) adalah titik terendah gelombang, diantara
dua puncak
gelombang.
c. Panjang
gelombang ( Wave length ) adalah jarak mendatar antara dua
puncak gelombang
atau antara dua lembah gelombang.
d. Tinggi gelombang ( Wave
height ) adalah jarak tegak antara puncak dan lembah
gelombang
e. Priode
gelombang ( Wave period ) adalah waktu yang diperlukan oleh
dua puncak
gelombang yang berurutan untuk melalui satu titik.
Menurut Nontji (1987) antara panjang
dan tinggi gelombang tidak ada satu hubungan yang pasti akan tetapi gelombang
mempunyai jarak antar dua puncak gelombang yang makin jauh akan mempunyai
kemungkinan mencapai gelombang yang semakin tinggi. Pond and Pickard (1983)
mengklasifikasikan gelombang berdasarkan periodenya, seperti yang disajikan
pada Tabel 1. berikut ini.
Tabel 1. Klasifikasi gelombang
berdasarkan periode
Periode
|
Panjang Gelombang
|
Jenis Gelombang
|
0 – 0,2 Detik
0,2 – 0,9 Detik
|
Beberapa centimeter
Mencapai 130 meter
|
Riak (Riplles)
Gelombang angin
|
0,9 -15 Detik
|
Beberapa ratus meter
|
Gelombang besar (Swell)
|
15 – 30 Detik
0,5 menit – 1 jam
|
Ribuan meter
Ribuan kilometer
|
Long Swell
Gelombang dengan periode yang
panjang (termasuk Tsunami)
|
5, 12, 25 jam
|
Beberapa kilometer
|
Pasang surut
|
Bhat (1978), Garisson (1993), dan
Gross (1993) mengemukakan bahwa ada 4 bentuk besaran yang berkaitan dengan
gelombang. Yakni :
a) Amplitudo gelombang (A)
adalah jarak antara puncak gelombang dengan permukaan rata-
rata air.
b) Frekuensi gelombang ( f )
adalah sejumlah besar gelombang yang melintasi suatu titik
dalam suatu waktu tertentu (biasanya didefenisikan dalam satuan detik).
c) Kecepatan gelombang (C)
adalah jarak yang ditempuh gelombang dalam satu satuan waktu
tertentu.
d) Kemiringan gelombang
(H/L) adalah perbandingan antara tinggi gelombang dengan panjang
gelombang.
Faktor-faktor
Pembentuk Gelombang dan Jenis-jenis Gelombang
Secara umum gelombang yang terjadi di
laut dapat terbentuk dari beberapa faktor pnyebab seperti : angin, pasang
surut, badai laut, dan seiche.
1. Gelombang yang disebabkan oleh angin
Angin yang bertiup di atas permukaan
laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan
cenderung tidak menentu dan bergantung pada beberapa sifat gelombang periode
dan tinggi dimana gelombang dibentuk. Gelombang seperti ini disebut Sea.
Bentuk gelombang lain yang disebabkan oleh angin adalah gelombang yang bergerak
dengan jarak yang sangat jauh sehingga semakin jauh meninggalkan daerah
pembangkitnya gelombang ini tidak lagi dipengaruhi oleh angin. Gelombang ini
akan lebih teratur dan jarak yang ditempuh selama pergerakannya dapat mencapai
ribuan mil. Jenis gelombang ini disebut Swell.
Tinggi gelombang rata-rata yang
dihasilkan oleh angin merupakan fungsi dari kecepatan angin, waktu dimana angin
bertiup, dan jarak dimana angin bertiup tanpa rintangan.Umumnya semakin kencang
angin bertiup semakin besar gelombang yang terbentuk dan pergerakan
gelombang mempunyai kecepatan yang tinggi sesuai dengan panjang gelombang yang
besar. Gelombang yang terbentuk dengan cara ini umumnya mempunyai puncak yang
kurang curam jika dibandingkan dengan tipe gelombang yang dibangkitkan dengan
angin yang berkecepan kecil atau lemah. Saat angin mulai bertiup, tinggi
gelombang, kecepatan, panjang gelombang seluruhnya cenderung berkembang dan
meningkat sesuai dengan meningkatnya waktu peniupan berlangsung (Hutabarat dan
Evans, 1984).
Jarak tanpa rintangan dimana angin
bertiup merupakan fetch yang sangat penting untuk digambarkan dengan
membandingkan gelombang yang terbentuk pada kolom air yang relatif lebih kecil
seperti danau (di darat) dengan yang terbentuk di lautan bebas, (Pond and
Picard, 1978).
Gelombang yang terbentuk di danau
dengan fetch yang relatif kecil dengan hanya mempunyai
beberapa centimeter sedangkan yang terbentuk di laut bebas dimana dengan fetch yang
lebih sering mempunyai panjang gelombang sampai ratusan meter. Kompleksnya
gelombang-gelombang ini sangat sulit untuk dijelaskan tanpa membuat
pengukuran-pengukuran yang lebih akurat dan kurang berguna bagi nelayan atau
pelaut. Sebagai gantinya mereka membuat suatu cara yang lebih sederhana untuk
mengetahui gelombang yaitu dengan menggunakan suatu daftar skala gelombang yang
dikenal dengan Skala Beaufort untuk memberikan
keterangan tentang kondisi gelombang yang terjadi di laut dalam hubungannya
dengan kecepatan angin yang sementara berhembus (Hutabarat dan Evans, 1984).
2. Gelombang yang disebabkan oleh pasang surut
Gelombang pasang surut yang terjadi di
suatu perairan yang diamati adalah merupakan penjumlahan dari komponen-komponen
pasang yang disebabkan oleh gravitasi bulan, matahari, dan benda-benda angkasa
lainnya yang mempunyai periode sendiri. Tipe pasang berbeda-beda dan sangat
tergantung dari tempat dimana pasang itu terjadi (Cappenberg, 1992).
Tipe pasang surut yang terjadi di
Indonesia terbagi atas dua bagian yaitu tipe diurnal dimana terjadi satu kali
pasang dan satu kali surut setiap hari misalnya yang terjadi di Kalimantan dan
Jawa Barat. Tipe pasang surut yang kedua yaitu semi diurnal, dimana pada jenis yang
kedua ini terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam satu hari, misalnya
yang terjadi di wilayah Indonesia Timur (Ceppenberg,1992).
Pasang surut atau pasang naik mempunyai
bentuk yang sangat kompleks sebab dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
hubungan pergerakan bulan dengan katulistiwa bumi, pergantian tempat antara
bulan dan matahari dalam kedudukannya terhadap bumi, distribusi air yang tidak
merata pada permukaan bumi dan ketidak teraturan konfigurasi kolom samudera.
3. Gelombang yang disebabkan oleh badai atau
puting beliung
Bentuk gelombang yang dihasilkan oleh
badai yang terjadi di laut merupakan hasil dari cuaca yang tiba-tiba berubah
menjadi buruk terhadap kondisi perairan. Kecepatan gelombang tinggi dengan
puncak gelombang dapat mencapai 7 – 10 meter. Bentuk gelombang ini dapat
menghancurkan pantai dengan vegetasinya maupun wilayah pantai secara
keseluruhan (Pond and Picard, 1978).
4. Gelombang yang disebabkan oleh tsunami
Gelombang tsunami merupakan bentuk gelombang
yang dibangkitkan dari dalam laut yang disebabkan oleh adanya aktivitas
vulkanis seperti letusan gunung api bawah laut, maupun adanya peristiwa patahan
atau pergeseran lempengan samudera (aktivitas tektonik). Panjang
gelombang tipe ini dapat mencapai 160 Km dengan kecepatan 600-700 Km/jam.
Pada laut terbuka dapat mencapai 10-12 meter dan saat menjelang atau mendekati
pantai tingginya dapat bertambah bahkan dapat mencapai 20 meter serta
dapat menghancurkan wilayah pantai dan membahayakan kehidupan manusia, seperti
yang terjadi di Kupang tahun 1993 dan di Biak tahun 1995 yang menewaskan banyak
orang serta menghancurkan ekosistem laut (Dahuri,1996)
5. Gelombang yang disebabkan oleh seiche
Gelombang seiche merupakan standing wave yang
sering juga disebut sebagai gelombang diam atau lebih dikenal dengan jenis
gelombang stasioner. Gelombang ini merupakan standing wave dari
periode yang relatif panjang dan umumnya dapat terjadi di kanal, danau dan
sepanjang pantai laut terbuka. Seiche merupakan hasil
perubahan secara mendadak atau seri periode yang berlangsung secara berkala
dalam tekanan atmosfir dan kecepatan angin (Pond and Picard, 1978).
Bhatt, (1978) mengemukakan bahwa ada 4 jenis gelombang,
antara lain :
a. Gelombang Katastrofik
Gelombang ini
adalah gelombang laut yang besar dan muncul secara tiba-tiba yang disebabkan
oleh aktivitas gempa bumi, gunung api, dan sebagainya. Gelombang katastrofik
ini di namakan berdasarkan akibat yang di timbulkannya yaitu mampu
menghancurkan apa saja yang di temui. Gelombang ini juga sering disebut sebagai
gelombang lautSeismik atau Tsunami.
b. Gelombang Badai (strom Wave)
Gelombang ini
adalah gelombang pasang laut tinggi yang ditimbulkan dari adanya hembusan angin
kencang atau badai. Sering juga disebut sebagai Strom Suger.
Gelombang badai ini dapat menyebabkan kerusakan yang besar untuk daerah
pesisir.
c. Gelombang Internal (Internal
Wave)
Gelombang ini adalah gelombang yang
terbentuk pada perbatasan antara 2 lapisan air yang berbeda densitas. Gelombang
internal ini dapat ditemukan di bawah permukaan laut. Walaupun gelombang ini
serupa dengan gelombang permukaan laut yang dibangkitkan oleh angin, namun
keduanya mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Sebagai contoh, gelombang
internal bergerak sangat lambat dan tidak dapat terdeteksi dengan mata, dan
umumnya terjadi hanya dimana adanya variasi densitas. Gelombang ini mempunyai
tinggi lebih besar dari pada gelombang permukaan.
d. Gelombang Stasioner Standing Wave
Gelombang ini
adalah bentuk gelombang laut yang di cirikan dengan tidak adanya gerakan
gelombang yang merambat, yaitu permukaan air hanya bergerak naik turun saja.
Umumnya ditemukan diperairan yang tertutup, misalnya pada danau, teluk atau
kanal. Gelombang ini sering disebut juga gelombang diam atau seiche. Gelombang
ini dihasilkan oleh badai yang digabungkan dengan kondisi atmosfir yang
drastis. Gelombang stasioner dapat menghancurkan masa hidup suatu organisme dan
dapat pula menyebabkan kerusakan daratan.
Pergerakan
Gelombang
Berdasarkan kedalamannya, gelombang
yang bergerak mendekati pantai dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu gelombang
laut dalam dan gelombang permukaan. Gelombang laut dalam merupakan gelombang
yang dibentuk dan dibangun dari bawah kepermukaan. Sedangkan gelombang
permukaan merupakan gelombang yang terjadi antara batas dua media seperti batas
air dan udara (Ippen, 1996 dan McLellan, 1975 dalam Tarigan, 1987).
Gelombang permukaan terjadi karena
adanya pengaruh angin. Peristiwa ini merupakan peristiwa pemindahan energi
angin menjadi energi gelombang di permukaan laut dan gelombang ini sendiri akan
meneruskan energinya ke molekul air. Gelombang akan menimbulkan riak
dipermukaan air dan akhirnya dapat berubah menjadi gelombang yang besar.
Gelombang yang bergerak dari zona laut lepas hingga tiba di zona dekat pantai
(nearshore beach) akan melewati beberapa zona gelombang yaitu : zona laut dalam
(deep water zone), zona refraksi (refraction zone), zona pecah gelombang (surf
zone), dan zona pangadukan gelombang (swash zone) (Dyer,1978). Uraian rinci
dari pernyataan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :
Gelombang mula-mula terbentuk di
daerah pembangkit (generated area) selanjutnya gelombang-gelombang tersebut
akan bergerak pada zona laut dalam dengan panjang dan periode yang relatif pendek.
Setelah masuk ke badan parairan dangkal, gelombang akan mengalami refraksi
(pembelokan arah) akibat topografi dasar laut yang menanjak sehingga sebagian
kecepatan gelombang menjadi berkurang periodenya semakin lama dan tingginya
semakin bertambah, gelombang kemudian akan pecah pada zona surf dengan
melepaskan sejumlah energinya dan naik kepantai (swash) dan setelah beberapa
waktu kemudian gelombang akan kembali turun (backswash) yang kecepatnnya
bergantung pada kemiringan pantai atau slope. Pantai dengan slope yang tinggi
akan lebih cepat memantulkan gelombang, sedangkan pantai dengan slope yang
kecil pemantulan gelombangnya relatif lambat. Kennet (1982) membagi zona
gelombang atas tiga bagian, yaitu zona pecah gelombang (breaker zone), zona
surf (surf zone), dan zona swash (swash zone).
Pada zona surf, terjadi angkutan
sedimen karena arus sepanjang pantai terjadi dengan baik. Pada kedalaman dimana
gelombang tidak menyelesaikan orbitalnya, gelombang akan semakin tinggi dan
curam, dan akibatnya mulai pecah (Kennet, 1982). Sebuah gelombang akan pecah
bila perbandingan antara kedalaman perairan dan tinggi gelombang adalah 1,28
(Yuwono, 1986) atau bila perbandingan antara tinggi gelombang dan panjang
gelombang melampaui 1 : 7 (Gross, 1993).
Saat pecah, gelombang akan mengalami
perubahan bentuk. Dyer, 1978 membedakannya kedalam tiga bentuk empasan (tipe
breaker), sementara Galvin (1966) mengklasifikasikan tipe empasan gelombang
yaitu : tipe plunging, spilling, surging, dan collapsing
1. Plunging
Terjadi karena seluruh puncak
gelombang melewati kecepatan gelombang, tipe empasan ini berbentuk cembung
kebelakang dan cekung kearah depan. Gelombang ini sering timbul dari empasan
pada periode yang lama dari suatu gelombang yang besar, dan biasanya terjadi
pada dasar pantai yang hampir lebih miring di bandingkan pada tipe Spilling.
Walaupun sangat menarik, namun umumnya gelombang ini tidak terjadi lama dan
juga tidak baik untuk berselancar. Bahkan tipe empasan ini mampu menimbulkan
kehancuran yang cukup hebat.
2. Spilling
Terjadi dimana
gelombang sudah pecah sebelum tiba di depan pantai Gelombang ini lebih sering
terjadi, dimana kemiringan dasarnya lebih kecil sekali, oleh karena itu
reaksinya lebih lambat, sangat lama dan biasanya digunakan untuk berselancar.
3. Surging
adalah tipe
empasan dimana gelombang pecah tepat di tepi pantai. Tipe empasan ini sangat
mempengaruhi lebarnya zona surf suatu perairan karena jenis gelombang yang
pecah tepat di tepi pantai akan mengakibatkan semakin sempitnya zona surf.
Gelombangnya lebih lemah saat mencapai pantai dengan dasar yang lebih curam dan
kemudian gelombang akan pecah tepat pada tepi pantai (Gross, 1993).
4. Collapsing
merupakan gelombang yang pecah
setengah dari biasanya. Saat pecah gelombang tersebut tidak naik kedarat,
terdapat buih dan terjadi pada pantai yang sangat curam (Galvin, 1968).
Apabila memperhatikan gelombang dilaut
akan mendapat suatu kesan seolah-olah gelombang tersebut bergerak secara
horizontal dari suatu tempat ke tempat lain. Tetapi kenyataanya tidaklah
demikian karena suatu gelombang akan membentuk gerakan maju melintasi permukaan
air. Disana hanya terjadi gerakan kecil kearah depan dari massa air itu
sendiri. Hal ini akan semakin mudah dipahami apabila meletakan sepotong gabus
diantara gelombang-gelombang dilaut. Potongan gabus akan tampak timbul
tenggelam sesuai dengan gerakan berturut-turut, dari puncak dan lembah
gelombang yang lebih atau kurang tinggi pada tempat yang sama.
Gerakan partikel ini dalam gelombang
sama dengan gerakan potongan gabus walaupun dari pengamatan yang lebih teliti
menunjukan bahwa ternyata gerakan ini lebih kompleks dari hanya sekedar gerakan
naik turun. Gerakan ini adalah gerakan yang membentuk sebuah lingkaran bulat
dimana gabus dan partikel-partikel yang lain diangkut keatas dan membentuk
setengah lingkaran dan gerakan ini akan terus berlanjut sampai pada tempat yang
tinggi yang merupakan puncak gelombang. Benda-benda ini kemudian dibawa dan
membentuk lingkaran penuh melewati tempat paling bawah yaitu lembah gelombang (Pond
and Picard, 1978). Semua fenomena yang di alami gelombang pada hakekatnya
berhubungan erat dengan topografi dasar laut (sea bottom topography).
Energi Gelombang
Daerah pantai termasuk daerah
dan lingkungan yang berada didekat pantainya sangat ditentukan dan didominasi
oleh faktor-faktor gelombang. Gelombang yang terjadi dilaut dalam pada umumnya
tidak berpengaruh pada dasar laut dan sedimen yang terdapat didalamnya.
Sebaliknya gelombang yang terdapat di dekat pantai terutama di daerah pecahan
ombak ( surf zone ) memiliki energi yang besar dan sangat berperan dalam
pembentukan morfologi pantai seperti menyeret sedimen (sedimen berukuran
pasir dan kerikil) yang berada di dasar laut diangkut dan ditumpahkan dalam
bentuk gosong pasir (sand bard) Dahury,1996).
Terjadinya arus di lautan disebabkan
oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien tekanan mendatar dan
gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti gaya tarik matahari dan
bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya coriolis, perbedaan
tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin ( Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984), gaya-gaya
utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya gradien
tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya sentrifugal.
Faktor
penyebab terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya
eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida
dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja
dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya
Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus di laut, energi
yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi ini digunakan
dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air
dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga terbentuklah arus dilaut.
Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada
permukaan laut, dan semakin besar arus permukaan. Dalam proses gesekan antara
angin dengan permukaan laut dapat menghasilkan gerakan air yaitu
pergerakan air laminar dan pergerakan air turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada permukaan laut
ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan laut sehingga
menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik, hal ini
disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat
dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy.
Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum diantara
bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran
laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan
yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah
laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul
individu, ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang
dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul
individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis mempengaruhi aliran massa
air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin dari arah yang lurus. Gaya ini
timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada porosnya. Gaya Coriolis ini
yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan dibagian bumi selatan
kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus
yang disebabkan gaya Coriolis akan meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit
pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan arah
pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat
dan mempunyai kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu
aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada
lapisan-lapisan perairan akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai
Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut penyimpangan.
bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
Gambar 1.Pola
arus spiral Ekman
Gaya gradien tekanan horizontal sangat
dipengaruhi oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga densitas dari massa air
tersebut, yang mana jika densitas laut homogen, maka gaya gradien tekanan
horizontal adalah sama untuk kedalaman berapapun. Jika tidak ada gaya
horizontal yang bekerja, maka akan terjadi percepatan yang seragam dari tekanan
tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Gambar 2. Gaya
Gradien Tekanan Horizontal
Gelombang-gelombang yang panjang pada
lautan menghasilkan peristiwa pasang surut air laut. Pasang surut ini
menimbulkan pergerakan massa air yang mana prosesnya dipengaruhi oleh gaya
tarik bulan, matahari dan benda angkasa lainya selain itu juga dipengaruhi oleh
gaya sentrifugal dari bumi itu sendiri.
Gelombang tsunami digambarkan sebagai
gelombang yang menjalar sedangkan gelombang laut biasa adalah gelombang
naik-turun biasa, lihat gambar disebelah.
Gelombang laut tidak
akan bergerak kesamping seperti gelombang tsunami. Sehingga daya rusak
gelombang tsunami akan maksimum pada pinggir pantai. Di laut gelombang tsunami
tidak akan dirasakan oleh kapal laut. Karena kemarin kita menyaksikan bagaimana
gelombang tsunami yang diakibatkan oleh gempa besar (skala diatas 6.8 MI) yang
sangat merusak, tentunya secara intuisi kita melihat bahwa akan ada gelombang
besar ketika ada gempa besar.
Ketika gelombang mencapai pantai,
seringkali diikuti dengan peningkatan ketinggian gelombang karena laut semakin
dangkal sedangkan volume air yang mengalir dalam jumlah yang sama. Ketinggian
“tembok gelombang tsunami” (tsunamic wave wall) ini yang terlihat atau yang
diamati di pantai, namun bukan berarti bahwa tinggi gelombang di tengah laut
juga setinggi itu. Hal inilah yang sering mengecoh perkiraan tinggi gelombang
tsunami di tengah laut.
Gelombang dipengaruhi
oleh banyak faktor :
- Angin :
- Kecepatan angin
- Panjang/jarak hembusan angin
- Waktu (lamanya) hembusan angin
- Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
- Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor
Terlihat diatas bahwa pada kenyataan
gelombang laut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor kondisi atmosfer. Kondisi
angin in tentusaja salah satu-nya cuaca yaitu kondisi sesaat dari atmosfer
meliputi : suhu, tekanan (angin), uap air (awan) dan hujan.
Keterangan :
1 = Arah angin
2 = Puncak gelombang (peak)
3 = Lembah gelombang (trough)
2 = Puncak gelombang (peak)
3 = Lembah gelombang (trough)
Bentuk gelombang akan
berubah sesuai dengan kedalaman dasar laut.
Pada lokasi B bentuk
perputaran gelombang berupa elips, semakin dangkal maka semakin elips. Apabila
tinggi gelombang masih cukup tinggi maka gelombang akan pecah di pantai.
Pada gelobang laut ini air hanya naik
turun, namun tidak ada pergerakan atau aliran. Sedangkan pada gelombang
tsunami, karena gelombangnya cukup panjang (jarak titik titik puncak ( “2 ke 2 berikutnya” ) cukup panjang maka
ketika sampai di pinggir pantai akan semakin tinggi yang menyebabkan gelombang
tsunami ini akan terkesan menyapu pantai.
Pada gelombang tsunami akan terlihat
tinggi gelombang semakin besar di pantai. Nah karena yang dirasakan merusak
serta yang teramati pada gelombang tsunami ini sepertinya memiliki tinggi
gelombang yang besar juga di tengah samodra. Padahal kalau ada kapal ditengah
laut, maka kapal itu hanya merasakan sedikit sekali gejala gelombang tsunami
yang berupa gelombang yang miliki jarak antar puncaknya cukup panjang.
Jadi gempa tidak
banyak mempengaruhi besarnya gelombang laut pada umumnya.
Karena :
- Hanya gempa besar yang menyebabkan tsunami.
- Akan lebih dirasakan akibatnya di pinggir pantai.
Karena :
- Hanya gempa besar yang menyebabkan tsunami.
- Akan lebih dirasakan akibatnya di pinggir pantai.
Salinitas Laut
Salinitas
adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air. Salinitas juga dapat mengacu pada
kandungan garam dalam tanah. Kandungan garam pada sebagian besar danau, sungai, dan saluran air alami
sangat kecil sehingga air di tempat ini dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini, secara definisi, kurang dari 0,05%. Jika lebih dari
itu, air dikategorikan sebagai air payau atau menjadi saline bila
konsentrasinya 3 sampai 5%. Lebih dari 5%,
ia disebut brine.
Faktor – faktor yang mempengaruhi salinitas yaitu :
1.
Penguapan,
makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya
tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya,
maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2.
Curah
hujan, makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air
laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun
salinitas akan tinggi.
3. Banyak
sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang
bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan
sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka
salinitasnya akan tinggi.
Air
laut secara alami merupakan air saline dengan kandungan garam sekitar
3,5%. Beberapa danau garam di daratan dan beberapa lautan memiliki kadar garam
lebih tinggi dari air laut umumnya. Sebagai contoh, Laut Mati memiliki kadar garam
sekitar 30%. Walaupun kebanyakan air laut di dunia memiliki kadar garam sekitar
3,5 %, air laut juga berbeda-beda kandungan garamnya. Yang paling tawar adalah
di timur Teluk Finlandia dan di utara Teluk Bothnia, keduanya bagian dari Laut
Baltik. Yang paling asin adalah di Laut Merah, di mana suhu tinggi dan
sirkulasi terbatas membuat penguapan tinggi dan sedikit masukan air dari
sungai-sungai. Kadar garam di beberapa
danau dapat lebih tinggi lagi.
Tabel 1. Salinitas
air berdasarkan persentase garam terlarut
Salinitas Air Berdasarkan Persentase Garam Terlarut
|
|||
Air Tawar
|
Air Payau
|
Air Saline
|
Brine
|
< 0.05 %
|
0.05 – 3 %
|
3 – 5 %
|
> 5 %
|
Zat
terlarut meliputi garam-garam anorganik, senyawa-senyawa organik yang berasal
dari organisme hidup, dan gas-gas yang terlarut. Garam-garaman utama yang
terdapat dalam air laut adalah klorida (55,04%), natrium (30,61%), sulfat
(7,68%), magnesium (3.69%), kalsium (1,16%), kalium (1,10%) dan sisanya (kurang
dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak, strontium dan florida.
Tiga sumber utama dari garam-garaman di laut adalah pelapukan batuan di darat,
gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal vents)
di laut dalam. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut
(seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas
menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat
(viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh
salinitas. Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut
(salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Kandungan
garam mempunyai pengaruh pada sifat-sifat air laut. Karena mengandung garam,
titik beku air laut menjadi lebih rendah daripada 0 0C (air laut yang
bersalinitas 35 %o titik bekunya -1,9 0C), sementara kerapatannya meningkat
sampai titik beku (kerapatan maksimum air murni terjadi pada suhu 4 0C). Sifat
ini sangat penting sebagai penggerak pertukaran massa air panas dan dingin, memungkinkan
air permukaan yang dingin terbentuk dan tenggelam ke dasar sementara air dengan
suhu yang lebih hangat akan terangkat ke atas. Sedangkan titik beku dibawah 00
C memungkinkan kolom air laut tidak membeku. Sifat air laut yang dipengaruhi
langsung oleh salinitas adalah konduktivitas dan tekanan osmosis.
Istilah teknik untuk keasinan lautan adalah halinitas,
dengan didasarkan bahwa halida-halida terutama klorida adalah anion yang paling banyak dari
elemen-elemen terlarut. Dalam oseanografi, halinitas biasa
dinyatakan bukan dalam persen tetapi dalam “bagian perseribu” (parts per
thousand , ppt) atau permil (‰), kira-kira sama dengan jumlah gram garam
untuk setiap liter larutan. Sebelum tahun 1978, salinitas atau halinitas
dinyatakan sebagai ‰ dengan didasarkan pada rasio konduktivitas elektrik sampel terhadap “Copenhagen
water”, air laut buatan yang digunakan sebagai standar air laut dunia. Pada 1978, oseanografer
meredifinisikan salinitas dalam Practical Salinity Units (psu, Unit
Salinitas Praktis): rasio konduktivitas sampel air laut terhadap larutan KCL
standar. Rasio tidak memiliki unit, sehingga tidak bisa dinyatakan bahwa 35 psu
sama dengan 35 gram garam per liter larutan.
Teori Asal-Usul Garam-Garam di laut
Mula-mula diperkirakan bahwa zat-zat kimia yang
menyebabkan air laut asin berasal dari darat yang dibawa oleh sungai-sungai
yang mengalir ke laut, entah itu dari pengikisan batu-batuan darat, dari tanah
longsor, dari air hujan atau dari gejala alam lainnya, yang terbawa oleh air
sungai ke laut. Jika hal ini benar tentunya susunan kimiawi air sungai tidak
akan berbeda dengan susunan kimiawi air laut. Namun tabel 2 menunjukkan bahwa
ada perbedaan besar dalam susunan kimiawi kedua macam air tersebut. Jadi dugaan
itu tidak benar. Lalu dari mana sebenarnya asal garam-garam tersebut.
Menurut teori, zat-zat garam tersebut berasal
dari dalam dasar laut melalui proses outgassing, yakni rembesan dari
kulit bumi di dasar laut yang berbentuk gas ke permukaan dasar laut. Bersama gas-gas ini,
terlarut pula hasil kikisan kerak bumi dan bersama-sama garam-garam ini
merembes pula air, semua dalam perbandingan yang tetap sehingga terbentuk garam
di laut. Kadar garam ini tetap tidak berubah sepanjang masa. Artinya kita tidak
menjumpai bahwa air laut makin lama makin asin.
Zat-zat yang terlarut yang membentuk garam, yang
kadarnya diukur dengan istilah salinitas dapat dibagi menjadi empat kelompok,
yakni:
1.
Konstituen
utama : Cl, Na, SO4,
dan Mg.
2.
Gas
terlarut
: CO2, N2, dan O2.
3.
Unsur
Hara
: Si, N, dan P.
4.
Unsur
Runut
: I, Fe, Mn, Pb, dan Hg.
Konstituen utama merupakan 99,7% dari seluruh zat
terlarut dalam air laut, sedangkan sisanya 0,3% terdiri dari ketiga kelompok
zat lainnya. Akan tetapi meskipun kelompok zat terakhir ini sangat kecil
persentasenya, mereka banyak menentukan kehidupan di laut. Sebaliknya kepekatan
zat-zat ini banyak ditentukan oleh aktivitas kehidupan di laut.
Selain zat-zat terlarut ini, air juga mengandung
butiran-butiran halus dalam suspense. Sebagian dari zat ini akhirnya terlarut,
sebagian lagi mengendap ke dasar laut dan sisanya diurai oleh bakteri menjadi
zat-zat hara yang dimanfaatkan tumbuhan untuk fotosintesis.
Tabel 2. Perbedaan kandungan garam
dan ion utama antara air laut dan air sungai
NAMA UNSUR
|
% jumlah berat
seluruh gram
|
|
AIR LAUT
|
AIR SUNGAI
|
|
Klorida
|
55,04
|
5,68
|
Natrium
|
30,61
|
5,79
|
Sulfat
|
7,68
|
12,14
|
Magnesium
|
3,69
|
3,41
|
Kalsium
|
1,16
|
20,29
|
Kalium
|
1,10
|
2,12
|
Bikarbonat
|
0,41
|
-
|
Karbonat
|
-
|
35,15
|
Brom
|
0,19
|
-
|
Asam borak
|
0,07
|
-
|
Strontium
|
0,04
|
-
|
Flour
|
0,00
|
-
|
Silika
|
-
|
11,67
|
Oksida
|
-
|
2,75
|
Nitrat
|
-
|
0,90
|
2.3
Sebaran Salinitas di Laut
Sebaran
salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan, aliran sungai. Perairan estuaria atau daerah sekitar
kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan
pertemuan antara air tawar yang relatif lebih ringan dan air laut yang
lebih berat, juga pengadukan air sangat menentukan. Beberapa kemungkinan
ditunjukkan secara diagramatis pada gambar 1. Pertama adalah perairan dengan
stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi di mana air tawar merupakan
lapisan yang tipis di permukaan sedangkan di bawahnya terdapat air laut. Ini
bisa ditemukan di depan muara sungai yang alirannya kuat sedangkan pengaruh
pasang-surut kecil. Nelayan atau pelaut di pantai Sumatra yang dalam keadaan
darurat kehabisan air tawar kadang-kadang masih dapat menyiduk air tawar di
lapisan tipis teratas dengan menggunakan piring, bila berada di depan muara
sungai besar.
Kedua, adalah perairan dengan stratifikasi sedang.
Ini terjadi karena adanya gerak pasang-surut yang menyebabkan terjadinya
pengadukan pada kolom air hingga terjadi pertukaran air secara vertikal. Di
permukaan, air cenderung mengalir keluar sedangkan air laut merayap masuk dari
bawah. Antara keduanya terjadi percampuran. Akibatnya garis isohalin (=garis
yang menghubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong ke luar. Keadaan semacam ini
juaga bisa dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra.
Gambar 1. Tiga jenis struktur salinitas di daerah
estuaria: A. dengan stratifikasi kuat; B. dengan stratifiksi sedang; C. dengan
pencampuran vertikal. Garis dengan angka menunjukan nilai salinitas yang sama.
Di perairan lepas pantai yang dalam, angin dapat
pula melakukan pengadukan di lapisan atas hingga membentuk lapisan homogen
kira-kira setebal 50-70 m atau lebih bergantung intensitas pengadukan. Di
perairan dangkal, lapisan homogen ini berlanjut sampai ke dasar. Di lapisan
dengan salinitas homogen, suhu juga biasanya homogen. Baru di bawahnya terdapat
lapisan pegat (discontinuity layer) dengan gradasi densitas yang tajam yang
menghambat percampuran antara lapisan di atas dan di bawahnya.
Di bawah lapisan homogen, sebaran salinitas tidak
banyak lagi ditentukan oleh angin tetapi oleh pola sirkulasi massa air di
lapisan massa air di lapisan dalam. Gerakan massa air ini bisa ditelusuri
antara lain dengan mengakji sifat-sifat sebaran salinitas maksimum dan
salinitas minimum dengan metode inti (core layer method).
Salinitas di daerah subpolar (yaitu daerah di atas
daerah subtropis hingga mendekati kutub) rendah di permukaan dan bertambah
secara tetap (monotonik) terhadap kedalaman. Di daerah subtropis (atau semi
tropis, yaitu daerah antara 23,5o – 40oLU atau 23,5o
– 40oLS), salinitas di permukaan lebih besar daripada di kedalaman
akibat besarnya evaporasi (penguapan). Di kedalaman sekitar 500 sampai 1000
meter harga salinitasnya rendah dan kembali bertambah secara monotonik terhadap
kedalaman. Sementara itu, di daerah tropis salinitas di permukaan lebih rendah
daripada di kedalaman akibatnya tingginya presipitasi (curah hujan).
2.3.1 Dinamika Salinitas di Daerah Estuaria
Estuaria adalah perairan muara sungai semi tertutup
yang berhubungan bebas dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi
dapat bercampur dengan air tawar. Estuaria dapat terjadi pada lembah-lembah
sungai yang tergenang air laut, baik karena permukaan laut yang naik (misalnya
pada zaman es mencair) atau pun karena turunnya sebagian daratan oleh
sebab-sebab tektonis. Estuaria juga dapat terbentuk pada muara-muara sungai
yang sebagian terlindungi oleh beting pasir atau lumpur.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan
menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi,
antara lain:
(1) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus
pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada
sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa
pengaruh besar pada biotanya.
(2) Pencampuran kedua macam air tersebut
menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat
air sungai maupun sifat air laut.
(3) Perubahan yang terjadi akibat adanya
pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis
dengan lingkungan sekelilingnya.
(4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria
tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus
lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
2.3.2 Sifat-sifat Ekologis
Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar,
salinitas di estuaria sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria,
ataupun menurut waktu.
Secara umum salinitas yang tertinggi berada pada
bagian luar, yakni pada batas wilayah estuaria dengan laut, sementara yang
terendah berada pada tempat-tempat di mana air tawar masuk ke estuaria. Pada
garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas kolom air lebih rendah
daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan karena air tawar
cenderung ‘terapung’ di atas air laut yang lebih berat oleh kandungan garam.
Kondisi ini disebut ‘estuaria positif’ atau ‘estuaria baji garam’ (salt wedge
estuary).
Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi
berkebalikan, dan karenanya dinamai ‘estuaria negatif’. Misalnya pada
estuaria-estuaria yang aliran air tawarnya sangat rendah, seperti di daerah
gurun pada musim kemarau. Laju penguapan air di permukaan, yang lebih tinggi
daripada laju masuknya air tawar ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat
mulut sungai lebih tinggi kadar garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian
tenggelam dan mengalir ke arah laut di bawah permukaan. Dengan demikian gradien
salinitas airnya berbentuk kebalikan daripada ‘estuaria positif’.
Dalam pada itu, dinamika pasang surut air laut
sangat mempengaruhi perubahan-perubahan salinitas dan pola persebarannya di
estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh geomorfologi dasar estuaria.
Sementara perubahan-perubahan salinitas di kolom
air dapat berlangsung cepat dan dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria
berubah dengan sangat lambat. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau
pasir berlumpur, yang berasal dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari
darat maupun dari laut. Sebabnya adalah karena pertukaran partikel garam dan
air yang terjebak di antara partikel-partikel sedimen, dengan yang berada pada
kolom air di atasnya berlangsung dengan lamban.
2.4 Model Salinitas
”Model Salinitas” adalah suatu penggambaran atas
kadar garam yang terdapat pada air, baik kandungan atau perbedaannya sehingga
untuk tiap daerah dimungkinkan terdapat perbedaan ”model salinitas”nya.
Perubahan salinitas dipengaruhi oleh pasang surut
dan musim. Ke arah darat, salinitas muara cenderung lebih rendah. Tetapi selama
musim kemarau pada saat aliran air sungai berkurang, air laut dapat masuk lebih
jauh ke arah darat sehingga salinitas muara meningkat. Sebaliknya pada musim
hujan, air tawar mengalir dari sungai ke laut dalam jumlah yang lebih besar
sehingga salinitas air di muara menurun.
Perbedaan salinitas dapat mengakibatkan terjadinya
lidah air tawar dan pergerakan massa di muara. Perbedaan salinitas air laut
dengan air sungai yang bertemu di muara menyebabkan keduanya bercampur membentuk
air payau. Karena kadar garam air laut lebih besar, maka air laut cenderung
bergerak di dasar perairan sedangkan air tawar di bagian permukaan. Keadaan ini
mengakibatkan terjadinya sirkulasi air di muara.
Aliran air tawar yang terjadi terus-menerus dari
hulu sungai membawa mineral, bahan organik, dan sedimen ke perairan muara. Di
samping itu, unsur hara terangkut dari laut ke daerah muara oleh adanya gerakan
air akibat arus dan pasang surut. Unsur-unsur hara yang terbawa ke muara
merupakan bahan dasar yang diperlukan untuk fotosintesis yang menunjang
produktifitas perairan. Itulah sebabnya produktifitas muara melebihi
produktifitas ekosistem laut lepas dan perairan tawar. Lingkungan muara yang
paling produktif di jumpai di daerah yang ditumbuhi komunitas bakau.
2.5 Hubungan Densitas Ikan Dengan Salinitas
Salinitas dipengaruhi oleh massa air oseanis di
bagian utara hingga bagian tengah perairan, dan massa air tawar dari daratan
yang mempengaruhi massa air di bagian selatan dan bagian utara dekat pantai.
Kondisi ini mempengaruhi densitas ikan, dan kebanyakan kelompok ikan yang
ditemukan dengan densitas tinggi (0,9 ikan/mł) pada daerah bagian selatan
dengan salinitas antara 29,36-31,84 ‰, dan densitas 0,4 ikan/mł di bagian
utara dengan salinitas 29,97-32,59 ‰ . Densitas ikan tertinggi pada
lapisan kedalaman 5-15 m (0,8 ikan/mł) ditemukan pada daerah dengan salinitas
≥31,5 ‰ yaitu pada bagian utara perairan. Dibagian selatan, densitas ikan
tertinggi sebesar 0,6-0,7 ikan/mł ditemukan pada daerah dengan salinitas ≤30,0
‰. Pola pergeseran nilai salinitas hampir sama di tiap kedalaman, dengan nilai
yang makin bertambah sesuai dengan makin dalam perairan. Pada lapisan kedalaman
15-25 m, kisaran salinitas meningkat hingga lebih dari 32 ‰, dan konsentrasi
densitas ikan ditemukan lebih dari 0,4 ikan/mł dengan areal yang lebih besar
pada konsentrasi salinitas ≤31,5 ‰. Konsentrasi ikan yang ditemukan pada daerah
dengan salinitas ≥32,0 ‰, yaitu di bagian utara perairan sebesar 0,2-0,3
ikan/mł.
2.6 Hubungan Antara Distribusi Densitas Ikan Dengan
Salinitas
Pada lapisan kedalaman 25-35 m dan 35-45 m dijumpai
kisaran salinitas yang hampir sama yaitu 31,43-32,53 ‰ dan 31,77-32,73 ‰,
dengan distribusi densitas ikan lebih banyak ditemukan pada daerah dengan
salinitas 32,0-32,5 ‰ yaitu sebesar 0,1-0,8 ikan/mł, dan kelompok ikan dengan
densitas lebih kecil dari 0,1 ikan/mł banyakditemukan pada perairan dengan
salinitas ≤32,0 ‰. Pada lapisan kedalaman 35-45 m, konsentrasi densitas ikan
makin berkurang. Densitas tertinggi di lapisan ini hanya sebesar 0,17 ikan/mł,
atau rata-rata densitas ikan yang ditemukan di bawah 0,1 ikan/mł. Hal ini
sesuai dengan ukuran ikan yang terdeteksi, yang umumnya merupakan ikan-ikan
berukuran kecil. Dimana lebih condong terkonsentrasi pada daerah permukaan dan
dekat pantai.
2.7 Pengaruh Faktor Salinitas Di Laut Pada
Tingkah Laku Dan Kelimpahan Ikan.
1.
Suhu air
laut
Ikan adalah hewan berdarah dingin, yang suhu
tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu
tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum
dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Pengaruh suhu
terhadap ikan adalah dalam proses vertikall, seperti pertumbuhan dan
pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam
rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas
terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat
mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan
setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan
“kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling
penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning
ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah
lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat
mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan (spawning ground) dan fishing
ground secara vertikal.
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan
hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin,
maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan,
hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu lapisan
teratas ini sering pula disebut lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus
dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan
dangkal lapisan vertikal ini sampai ke dasar. Lapisan permukaan laut yang
hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan
perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas
suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah seragam karena percampuran oleh angin
dan gelombang sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed
layer). Mixed layer mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara
pasif mengapungkan plankton, telur ikan, dan larva, sementara lapisan air
dingin di bawah termoklin mendukung kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut
dalam.
Pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling),
lapisan termoklin ini bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu
tajam sehingga massa air yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke lapisan
atas.jangka pendek dari kedalaman termoklin dipengaruhi oleh pergerakan
permukaan, pasang surut, dan arus. Di bawah lapisan termoklin suhu menurun
secara perlahan-lahan dengan bertambahnya kedalaman.
Kedalaman termoklin di dalam lautan Hindia mencapai
120 meter. Menuju ke selatan di daerah arus equatorial selatan, kedalaman
termoklin mencapai 140 meter.
1.
Pengaruh
arus
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan
lingkungan yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara
langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang
terletak garis mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptoradalah
reseptor yang ada pada vertikal yang mampu memberikan informasi perubahan
mekanis dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya
gerakan ikan selalu mengarah menuju arus. Fishing ground yang paling
baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau di daerah
upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi
oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya
sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan
pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara
komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus eddies. Akumulasi
plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies.
Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi
(melalui rantai makanan).
1.
Pengaruh
cahaya
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun
vertikal. Banyak ikan yang tertarik pada cahaya buatan pada malam hari, satu
fakta yang digunakan dalam penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies
bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian besar ikan
pelagis naik ke permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam,
ikan-ikan ini menyebar pada kolom air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam
setelah matahari terbit. Ikan demersal biasanya menghabiskan waktu siang hari
di dasar selanjutnya naik dan menyebar pada kolom air pada malam hari. Cahaya
mempengaruhi ikan pada waktu memijah dan pada larva. Jumlah cahaya yang
tersedia dapat mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah cahaya juga
mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung, hal ini diduga
berkaitan dengan jumlah produksi organik yang sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan cahaya. Cahaya juga mempengaruhi tingkah laku larva. Penangkapan
beberapa larva ikan pelagis ditemukan lebih banyak pada malam hari dibandingkan
pada siang hari.
1.
Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut
dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta
air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal
permukaan. Proses upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk.
Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan
seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah
lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir
deras ke permukaan. Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya
saat massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di
selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga,
keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya.
Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan
yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini
terjadi karena adanya divergensi pada perairan laut tersebut. Ketiga, upwelling
dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin
darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air
permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai
yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.
Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan
dapat disebabkan karena terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan
air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi
dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik
ke permukaan. Selain itu proses air naik tersebut disertai dengan produksi
plankton yang tinggi. Di perairan Selat Makasar bagian selatan diketahui
terjadi upwelling. Proses terjadinya upwelling tersebut
disebabkan karena pertemuan arus dari Selat Makasar dan Laut Flores bergabung
kuat menjadi satu dan mengalir kuat ke barat menuju Laut Jawa. Dengan kondisi
demikian dimungkinkan massa air di permukaan di dekat pantai Ujung Pandang
secara cepat terseret oleh aliran tersebut dan untuk menggantikannya massa air
dari lapisan bawah naik ke atas. Proses air naik di Selat Makasar bagian
selatan ini terjadi sekitar Juni sampai September dan berkaitan erat dengan
sistem arus. Air laut di lapisan permukaan umumnya mempunyai suhu tinggi,
salinitas, dan kandungan zat hara yang rendah. Sebaliknya pada lapisan yang
lebih dalam air laut mempunyai suhu yang rendah, salinitas, dan kandungan zat
hara yang lebih tinggi. Pada waktu terjadinya upwelling, akan
terangkat massa air dari lapisan bawah dengan suhu rendah, salinitas, dan
kandungan zat hara yang tinggi. Keadaan ini mengakibatkan air laut di
lapisan permukaan memiliki suhu rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang
lebih tinggi jika dibandingkan dengan massa air laut sebelum terjadinya proses upwelling
ataupun massa air sekitarnya. Sebaran suhu, salinitas, dan zat hara secara
vertical maupun horizontal sangat membantu dalam menduga kemungkinan terjadinya
upwelling di suatu perairan. Pola-pola sebaran oseanografi tersebut
digunakan untuk mengetahui jarak vertikal yang ditempuh oleh massa air yang
terangkat. Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di
suatu perairan. Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu
permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya.
Tingginya kadar zat hara tersebut merangsang perkembangan fitoplankton di
permukaan. Karena perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan
tingkat kesuburan perairan, maka proses air naik selalu dihubungkan dengan
meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan
meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut. Upwelling di perairan
Indonesia dijumpai di Laut Banda, Laut Arafura, selatan Jawa hingga selatan
Sumbawa, Selat Makasar, Selat Bali, dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut
Halmahera, Barat Sumatra, serta di Laut Flores dan Teluk Bone. Upwelling berskala
besar terjadi di selatan Jawa, sedangkan berskala kecil terjadi di Selat Bali
dan Selat Makasar. Upwelling di perairan Indonesia bersifat musiman
terjadi pada Musim Timur (Mei-September), hal ini menunjukan adanya hubungan
yang erat antara upwelling dan musim.
2.8 Penentuan Nilai salinitas
Ciri yang paling khas pada air laut yang diketahui
oleh semua orang adalah rasanya yang asin. Ini disebabkan karena di dalam air
laut terlarut bermacam-macam garam, yang paling utama adalah garam natrium
korida (NaCl) yang sering pula disebut garam dapur. Selain garam-garam korida,
di dalam air laut terdapat pula garam-garam magnesium, kalsium, kalium dan
sebagainya. Dalam literatur oseanologi dikenal istilah salinitas (acapkali pula
disebut kadar garam atau kegaraman) yang maksudnya ialah jumlah berat semua
garam (dalam garam) yang terlarutdalam satu liter air, biasanya dinyatakan
dengan satuan 0/00 (per mil, gram per liter).
Ada berbagai cara menentukan salinitas, baik secara
kimia maupun fisika. Secara kimia untuk menentukan nilai salinitas
dilakukan dengan cara menghitung jumlah kadar klor dalam sample air laut. Hal
ini dilakukan karena sangat susah untuk menentukan salinitas senyawa terlarut
secara keseluruhan. Oleh sebab itu hanya dilakukan peninjauan pada komponen
terbesar yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902
sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua
halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi
titrasi untuk menentukan kandungan klorida.
Salinitas ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah
total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua
karbonat dirubah menjadi oksida, semua bromida dan yodium dirubah menjadi
klorida dan semua bahan-bahan organik dioksidasi. Selanjutnya hubungan antara
salinitas dan klorida ditentukan melalui suatu rangkaian pengukuran dasar
laboratorium berdasarkan pada sampel air laut di seluruh dunia dan dinyatakan
sebagai: S (o/oo) = 0.03 +1.805 Cl (o/oo) (1902) Lambang o/oo (dibaca per mil)
adalah bagian per seribu. Kandungan garam 3,5% sebanding dengan 35o/oo atau 35
gram garam di dalam satu kilogram air laut. Persamaan tahun 1902 di atas akan
memberikan harga salinitas sebesar 0,03o/oo jika klorinitas sama dengan nol dan
hal ini sangat menarik perhatian dan menunjukkan adanya masalah dalam sampel
air yang digunakan untuk pengukuran laboratorium. Oleh karena itu, pada tahun
1969 UNESCO memutuskan untuk mengulang kembali penentuan dasar hubungan antara
klorinitas dan salinitas dan memperkenalkan definisi baru yang dikenal sebagai
salinitas absolut dengan rumus: S (o/oo) = 1.80655 Cl (o/oo) (1969) Namun
demikian, dari hasil pengulangan definisi ini ternyata didapatkan hasil yang
sama dengan definisi sebelumnya.
Definisi salinitas ditinjau kembali ketika tekhnik
untuk menentukan salinitas dari pengukuran konduktivitas, temperatur dan
tekanan dikembangkan. Sejak tahun 1978, didefinisikan suatu satuan baru yaitu
Practical Salinity Scale (Skala Salinitas Praktis) dengan simbol S, sebagai
rasio dari konduktivitas. “Salinitas praktis dari suatu sampel air laut
ditetapkan sebagai rasio dari konduktivitas listrik (K) sampel air laut pada
temperatur 15oC dan tekanan satu standar atmosfer terhadap larutan kalium
klorida (KCl), dimana bagian massa KCl adalah 0,0324356 pada temperatur dan
tekanan yang sama. Rumus dari definisi ini adalah: S = 0.0080 – 0.1692 K1/2 +
25.3853 K + 14.0941 K3/2 – 7.0261 K2 + 2.7081 K5/2 Sebagai catatan: dari
penggunaan definisi baru ini, dimana salinitas dinyatakan sebagai rasio, maka
satuan o/oo tidak lagi berlaku, nilai 35o/oo berkaitan dengan nilai 35 dalam
satuan praktis. Beberapa oseanografer menggunakan satuan “psu” dalam menuliskan
harga salinitas, yang merupakan singkatan dari “practical salinity unit”.
Karena salinitas praktis adalah rasio, maka sebenarnya ia tidak memiliki
satuan, jadi penggunaan satuan “psu” sebenarnya tidak mengandung makna apapun
dan tidak diperlukan. Kemudian untuk menghitung nilai salinitas secara fisik
adalah ini untuk menentukan salinitas melalui konduktivitas air laut. Alat-alat
elektronik canggih menggunakan prinsip konduktivitas. Salah satu alat yang
paling popular untuk mengukur salinitas dengan ketelitian tinggi ialah
salinometer yang bekerjanya didasarkan pada daya hantar listrik. Makin besar
salinitas, makin besar pula daya hantar listriknya. Selain itu telah pula
dikembangkan pula alat STD (salinity-temperature-depth recorder) yang apabila
diturunkan ke dalam laut dapat dengan otomatis membuat kurva salinitas dan suhu
terhadap kedalaman di lokasi tersebut.
4. Desalinisasi
Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan
untuk mengurangi kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu
sehingga air dapat digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan,
yaitu umpan berupa air garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah,
dan konsentrat bersalinitas tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan
air dengan kandungan garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan
untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses
desalinasi adalah brine. Brine adalah larutan garam
berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000 mg/l garam terlarut).
Distilasi merupakan metode desalinasi yang paling
lama dan paling umum digunakan. Distilasi adalah metode pemisahan dengan cara
memanaskan air laut untuk menghasilkan uap air, yang selanjutnya dikondensasi
untuk menghasilkan air bersih. Berbagai macam proses distilasi yang umum
digunakan, seperti multistage flash, multiple effect distillation, dan
vapor compression umumnya menggunakan prinsip mengurangi tekanan uap
dari air agar pendidihan dapat terjadi pada temperatur yang lebih rendah, tanpa
menggunakan panas tambahan.
Metode lain desalinasi adalah dengan menggunakan
membran. Terdapat dua tipe membran yang dapat digunakan untuk proses
desalinasi, yaitu reverse osmosis (RO) dan electrodialysis
(ED). Pada proses desalinasi menggunakan membran RO, ialah sebuah istilah
teknologi yang berasal dari osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena
alam dalam sel hidup di mana molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir
dari daerah “solute” rendah ke daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran
“semipermeable”. Membran “semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau
membran apa pun yang memiliki struktur yang mirip atau bagian dari membran sel.
Gerakan dari “solvent” berlanjut sampai sebuah konsentrasi yang seimbang
tercapai di kedua sisi membrane. Reverse osmosis dapat diartikan proses
pemaksaan sebuah solvent dari daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah
daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah,
reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan “solvent”
murni dari sisi satunya. air pada larutan garam dipisahkan dari garam
terlarutnya dengan mengalirkannya melalui membran water-permeable. Permeate
dapat mengalir melalui membran akibat adanya perbedaan tekanan yang diciptakan
antara umpan bertekanan dan produk, yang memiliki tekanan dekat dengan tekanan
atmosfer. Sisa umpan selanjutnya akan terus mengalir melalui sisi reaktor
bertekanan sebagai brine. Proses ini tidak melalui tahap pemanasan
ataupun perubahan fasa. Kebutuhan energi utama adalah untuk memberi tekanan
pada air umpan. Desalinasi air payau membutuhkan tekanan operasi berkisar
antara 250 hingga 400 psi, sedangkan desalinasi air laut memiliki kisaran
tekanan operasi antara 800 hingga 1000 psi.
Dalam praktiknya, umpan dipompa ke dalam container
tertutup, pada membran, untuk meningkatkan tekanan. Saat produk berupa air
bersih dapat mengalir melalui membran, sisa umpan dan larutan brine
menjadi semakin terkonsentrasi. Untuk mengurangi konsentrasi garam terlarut
pada larutan sisa, sebagian larutan terkonsentrasi ini diambil dari container
untuk mencegah konsentrasi garam terus meningkat.
Sistem
RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu (1) pretreatment, (2) pressurization,
(3) membrane separation, (4) post teatment stabilization.
desalinasi
dengan RO
Pretreatment: Air umpan pada tahap pretreatment
disesuaikan dengan membran dengan cara memisahkan padatan tersuspensi,
menyesuaikan pH, dan menambahkan inhibitor untuk mengontrol scaling
yang dapat disebabkan oleh senyawa tetentu, seperti kalsium sulfat.
Pressurization: Pompa akan meningkatkan tekanan dari umpan yang sudah
melalui proses pretreatment hingga tekanan operasi yang sesuai dengan
membran dan salinitas air umpan.
Separation: Membran permeable akan menghalangi aliran
garam terlarut, sementara membran akan memperbolehkan air produk terdesalinasi
melewatinya. Efek permeabilitas membran ini akan menyebabkan terdapatnya dua
aliran, yaitu aliran produk air bersih, dan aliran brine
terkonsentrasi. Karena tidak ada membran yang sempurna pada proses pemisahan
ini, sedikit garam dapat mengalir melewati membran dan tersisa pada air produk.
Membran RO memiliki berbagai jenis konfigurasi, antara lain spiral wound
dan hollow fine fiber membranes.
tipe
membran RO
Stabilization: Air produk hasil pemisahan dengan membran biasanya
membutuhkan penyesuaian pH sebelum dialirkan ke sistem distribusi untuk dapat
digunakan sebagai air minum. Produk mengalir melalui kolom aerasi dimana pH akan
ditingkatkan dari sekitar 5 hingga mendekati 7.
Dua metode yang paling banyak digunakan adalah
Reverse Osmosis (47,2%) ialah sebuah istilah teknologi yang berasal dari
osmosis. Osmosis adalah sebuah fenomena alam dalm sel hidup di mana
molekul “solvent” (biasanya air) akan mengalir dari daerah “solute” rendah ke
daerah “solute” tinggi melalui sebuah membran “semipermeable”. Membran
“semipermeable” ini menunjuk ke membran sel atau membran apa pun yang memiliki
struktur yang mirip atau bagian dari membran sel. Gerakan dari “solvent” berlanjut
sampai sebuah konsentrasi yang seimbang tercapai di kedua sisi membrane.
Reverse osmosis dapat diartikan proses pemaksaan sebuah solvent dari daerah konsentrasi “solute” tinggi melalui sebuah membran ke sebuah
daerah “solute” rendah dengan menggunakan sebuah tekanan melebihi tekanan osmotik. Dalam istilah lebih mudah,
reverse osmosis adalah mendorong sebuah solusi melalui filter yang menangkap “solute” dari satu sisi dan membiarkan pendapatan “solvent”
murni dari sisi satunya. Proses ini telah digunakan untuk mengolah air laut untuk mendapatkan air tawar, sejak awal 1970-an.
Ekosistem laut
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Ekosistem laut atau disebut juga ekosistem
bahari merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laur,
terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut.[1]
Ekosistem
air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut.[2]
1.
Memiliki
salinitas tinggi, semakin mendekati khatulistiwa
semakin tinggi.
2.
NaCl mendominasi
mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%.
4.
Memiliki
variasi perbedaan suhu
di permukaan dengan di kedalaman.
Pembagian zona laut
berdasarkan kedalaman.
Laut merupakan wilayah yang sangat luas, lebih
kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah ekosistem laut sangat
terbuka sehingga pengaruh cahaya Matahari sangat besar. Daya tembus cahaya
Matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut terbagi menjadi dua daerah,
yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya Matahari, disebut daerah
fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut daerah afotik. Di antara keduanya
terdapat daerah remangremang cahaya yang disebut daerah disfotik.[2]
Berdasarkan
jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut dibedakan menjadi zona
litoral, neritik, dan oseanik. Secara vertikal kedalaman dibedakan menjadi epipelagik,
mesopelagik, batio pelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik.[2]
Zona litoral/ekosistem perairan dalam
Komunitas ekosistem perairan dalam di Indonesia belum banyak
diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan belum dikuasainya perangkat
teknologi untuk meneliti hingga mencapai perairan dalam, tetapi secara umum
keanekaragaman komunitas kehidupan yang ada pada perairan dalam tersebut
tidaklah setinggi ekosistem di tempat lain. Komunitas yang ada hanya konsumen
dan pengurai, tidak terdapat produsen karena pada daerah ini cahaya Matahari
tidak dapat tembus. Makanan konsumen berasal dari plankton yang mengendap dan vektor yang telah
mati. Jadi, di dalam laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hewan-hewan
yang hidup di perairan dalam warnanya gelap dan mempunyai mata yang indah yang
peka dan mengeluarkan cahaya. Daur mineralnya terjadi karena gerakan air dalam
pantai ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air ini digantikan oleh air
dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi perpindahan air dari lapis
bawah ke atas.[1]
Zona neritik/ekosistem pantai pasir dangkal
Komunitas
ekosistem pantai pasir dangkal terletak di sepanjang pantai pada saat air
pasang. Luas wilayahnya mencakup pesisir terbuka yang tidak terpengaruh sungai
besar atau terletak di antara dinding batu yang terjal/curam. Komunitas di
dalamnya umumnya didominasi oleh berbagai jenis tumbuhan ganggang dan
atau rerumputan.[1]
Jenis
ekosistem pantai pasirdangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.[1]
Zona oseanik
Zona oseanik merupakan wilayah ekosistem laut lepas
yang kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar,
sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak
dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari
kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini banyak ikannya.[2]
Ekosistem laut merupakan salah satu ekosistem alamiah akuatik
yang paling besar di planet bumi ini. Luas area laut memang mencakup hampir 80%
wilayah bumi. Khusus untuk Indonesia yang merupakan salah satu Negara
kepulauaan, luas territorial didominasi oleh lautan. Dengan demikian, bisa
diasumsikan bahwa ekosistem laut memiliki peranan yang penting bagi rakyat
Inodnesia dan juga bagi masyarakat dunia dalam skala yang lebih besar. Untuk
lebih memahami ekosistem laut ini, berikut ciri-ciri yang bisa dicermati:
1.
Memiliki
luas 2/3 wilayah bumi atau sekitar 70 sampai 80%.
2.
Kadar
mineral yang sangat tinggi dan didominasi CI atau garam sebanyak 55%. Akan
tetapi, masing-masing titik memiliki kadar garam yang bervariasi tergantung
wilayah lautnya. Misalnya di laut tropika kadar garam tinggi tetapi di laut
dengan iklim yang dingin kadar garam justru lebih rendah.
3.
Terdapat
variasi suhu di permukaan dan wilayah yang lebuh dalam.
Jenis-Jenis Ekosistem Laut
Ekosistem laut dibagi lagi ke dalam beberapa jenis ekosistem, yakni:
Ekosistem laut dibagi lagi ke dalam beberapa jenis ekosistem, yakni:
1.
Ekosistem
Pantai, yang letaknya berhadapan langsung dengan daratan juga wilayah pasang
surut.
2.
Ekosistem
Estuari atau Muara, adalah titik dimana ekosistem laut dan ekosistem sungai
bertemu.
3.
Ekosistem
Terumbu Karang, adalah jenis ekosistem yang didominasi bebatuan karang dan
dihuni banyak organisme atau biota laut.
Pembagian Wilayah Ekosistem Laut
Para ilmuan membagi wilayah laut ke dalam beberapa zona atau daerah,
antara lain:
1.
Wilayah
Litoral atau disebut juga dengan nama titik pasang surut. Wilayah ini merupakan
bagian laut yang berhadapan langsung dengan daratan. Pada bagian ini radiasi
matahari, salinitas dan juga variasi temperatur memiliki pengaruh yang cukup
berarti pad titik litoral ini. Adapun mahluk hidup yang menempati wilayah ini
antara lain ganggang, bintang laut, teripang, cacing laut, kepiting dan masih
banyak lagi lainnya.
2.
Wilayah
Neritik. Merupakan bagian laut yang cukup dangkap. Ia masih bisa ditembusi
cahaya matahari hingga ke dasarnya. Adapun kedalaman titik ini maksimal 200
meter. Makhluk hidup yang menempati wilayah ini adalah nekton, plankton, neston
juga beragam jenis bentos.
3.
Wilayah
batial atau titik remang-remang. Dengan kedalaman antara 200 sampai 200 meter
di bawah laut, hewan yang hidup di titik ini adalah nekton. Tak ada lagi
produsen.
4.
Wilayah
abisal. Adalah titik wilayah laut dengan kedalaman lebih dari 200 meter.
Wilayah ini gelap tak bisa ditembusi cahaya matahari dan juga tidak dihuni oleh
organisme produsen.
Masih ada pembagian eksosistem laut lainnya yang didasarkan pada
intensitas cahaya, yakni:
1.
Wilayah
fotik, yakni bagian laut yang bisa ditembus cahaya. Kedalamannya sampai 200
meter.
2.
Wilayah
Twilight, adalah titik remang-remang yang minim cahaya sehingga produsen kurang
sebab tidak bisa melakukan aktifitas fotosintesis. Kedalamannya antara 200
sampai 200 meter.
3.
Wilayah afotik,
adalah titik dimana tak ada sama sekali cahaya matahari yang mampu menembusi
lautan.
Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan
bumi ( + 70 % ), karena luasnya dan potensinya sangat besar, ekosistem
laut menjadi perhatian orang banyak, khususnya yang berkaitan dengan REVOLUSI
BIRU.
Ciri-ciri:
a.
|
Memiliki kadar
mineral yang tinggi, ion terbanyak ialah Cl(55%), namun kadar garam di laut
bervariasi, ada yang tinggi (seperti di daerah tropika) dan ada yang rendah
(di laut beriklim dingin).
|
b.
|
Ekosistem air laut
tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
|
Pembagian daerah ekosistem air laut
1.
Daerah
Litoral / Daerah Pasang Surut:
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
Daerah litoral adalah daerah yang langsung berbatasan dengan darat. Radiasi matahari, variasi temperatur dan salinitas mempunyai pengaruh yang lebih berarti untuk daerah ini dibandingkan dengan daerah laut lainnya. Biota yang hidup di daerah ini antara lain: ganggang yang hidup sebagai bentos, teripang, binatang laut, udang, kepiting, cacing laut.
2.
Daerah
Neritik:
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
Daerah neritik merupakan daerah laut dangkal, daerah ini masih dapat ditembus cahaya sampai ke dasar, kedalaman daerah ini dapat mencapai 200 m. Biota yang hidup di daerah ini adalah plankton, nekton, neston dan bentos.
3.
Daerah
Batial atau Daerah Remang-remang:
Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
Kedalamannya antara 200 - 2000 m, sudah tidak ada produsen. Hewannya berupa nekton.
4.
Daerah
Abisal:
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Daerah abisal adalah daerah laut yang kedalamannya lebih dari 2000 m. Daerah ini gelap sepanjang masa, tidak terdapat produsen.
Berdasarkan intensitas cahayanya, ekosistem laut
dibedakan menjadi 3 bagian:
a.
|
Daerah fotik: daerah
laut yang masIh dapat ditembus cahaya matahari, kedalaman maksimum 200 m.
|
b.
|
Daerah twilight:
daerah remang-remang, tidak efektif untuk kegiatan fotosintesis, kedalaman
antara 200 - 2000 m.
|
c.
|
Daerah afotik:
daerah yang tidak tembus cahaya matahari. Jadi gelap sepanjang masa.
|
Komunitas
di Dalam Ekosistem Air Laut
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
Menurut fungsinya, komponen biotik ekosistem laut dapat dibedakan menjadi 4, yaitu:
a.
|
Produsen
terdiri atas fitoplankton dan ganggang laut lainnya. |
b.
|
Konsumen
terdiri atas berbagai jenis hewan. Hampir semua filum hewan ditemukan di dalam ekosistem laut. |
c.
|
Zooplaokton
terdiri atas bakteri dan hewan-hewan pemakan bangkai atau sampah. |
Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa.
Di daerah tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis,
berarti tidak ada produsen, sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos
saja. Ekosistem laut dalam merupakan suatu ekosistem yang tidak lengkap.
Adaptasi biota laut terhadap lingkungan yang
berkadar garam tinggi:
Pada hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan
osmosisnya kurang lebih sama dengan tekanan osmosis air laut sehingga tidak
terlalu mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan
tingat tinggi, seperti ikan yang mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada
tekanan osmosis air laut. Cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti itu
adalah:
- hanyak minum
- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
- air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus
- sedikit mengeluarkan urine
- pengeluaran air terjadi secara osmosis
- garam-garam dikeluarkan secara aktif melalui insang
Mari Belajar Mengenal Ekosistem Pantai
Jika didefenisikan, maka ekosistem pantai tak lain adalah sebuah
kesatuan di alam dimana semua komponen baik itu abiotik maupun biotik saling
berinteraksi dan memungkinkan terjadinya aliran energi. Selain itu, interkasi
tersebut juga membentuk sebuah struktur biotik juga siklus materi antara abiotik
dan biotik. Sebagai sebuah ekosistem, unsur-unsur atau komponen yang tercakup
di dalam ekosistem pantai antara lain:
1.
Komponen
abiotik mencakup suhu, cahaya, iklim, bebatuan sedimen, air dan lain-lain.
2.
Komponen
produsen seperti misalnya alga lat, lamun, bakau dan masih banyak lagi lainnya.
3.
Komponen
Konsumen misalnya kerang, ikan, udang dan masih banyak lagi lainnya.
4.
Komponen
pengurai atau decomposer misalnya virus, jamur dan bakteri.
Ciri-ciri Ekosistem Pantai
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama ekosistem pantai yang sehat dan baik, antara lain:
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama ekosistem pantai yang sehat dan baik, antara lain:
1.
Garis
pantai permanen terjaga dengan baik, yakni wilayah laut yang berbatasan dengan
daratan.
2.
Terdapat
kawasan ekosistem mangrove dengan jumlah ideal 30% dari jumlah total luas
pesisir.
3.
Terdapat
pola usaha budidaya jenis air payau dengan berpegang pada wawasan lingkungan
yang baik.
4.
Pencemaran
pantai bisa dikendalikan secara baik dengan metode alamiah atau dengan campur
tangan manusia.
5.
Pantai
berperan sebagai rumah yang baik bagi mahluk hidup dan bisa menjadi sumber
penghidupan bagi manusia di sekitarnya.
Ekosistem pantai dikenal sebagai salah
satu jenis ekosistem yang unik sebab mencakup tiga unsur yakni tanah di
daratan, air di lautan dan juga udara. Pantai merupakan pertemuan antara
ekosistem daratan dan juga ekosistem akuatik. Ada beberapa satuan ekosistem
yang tercakup di dalam ekosistem pantai antara lain:
1.
Ekosistem
Terumbu Karang atau Corall Reef.
2.
Ekosistem
Hutan Bakau atau Mangrove.
3.
Ekosistem
Padang lamun atau Sea Grass.
4.
Ekosistem
Muara Suangai atau Estuari.
5.
Ekosistem
Pantai Berpasir atau Sandu Beach.
6.
Ekosistem
Pantai berbatu atau Rocky Beach.
Yang menjadi ekosistem paling
utama di wilayan pesisir pantai adalah ekosistem terumbu karang ,mangrove dan
juga padang lamun.
Ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang dan surut. Dengan demikina, flora dan fauna yang bisa bertahan di pantai adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak terhempas gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai adalah titik yang hanya terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis moluska, ganggang, kerang, dan beberapa jenis burung pantai. Sementara itu, titik tengah pantai terendam jika pasang tinggi juga pasang rendah. Tempat ini didiami beberapa organisme semisal anemone laut, remis, siput, ganggang, porifera dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu wilayah terdalam dari ekosistem pantai dihuni oleh beragam jenis mahluk invertebrate juga ikan dan berbagai jenis rumput laut.
Ekosistem pantai sangat dipengaruhi oleh siklus harian arus yang pasang dan surut. Dengan demikina, flora dan fauna yang bisa bertahan di pantai adalah mereka yang bisa beradaptasi dengan cara melekat ke substrat keras agar tidak terhempas gelombang. Wilayah paling atas dari ekosistem pantai adalah titik yang hanya terkena air pada saat pasang naik tinggi. Area ini didiami beberapa jenis moluska, ganggang, kerang, dan beberapa jenis burung pantai. Sementara itu, titik tengah pantai terendam jika pasang tinggi juga pasang rendah. Tempat ini didiami beberapa organisme semisal anemone laut, remis, siput, ganggang, porifera dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu wilayah terdalam dari ekosistem pantai dihuni oleh beragam jenis mahluk invertebrate juga ikan dan berbagai jenis rumput laut.
Ekosistem pantai
berpasir
Ekosistem pantai
rawa-rawa
Arus air laut
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Semua dunia arus pada
peta laut yang berkesinambungan
"Arus"
beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Arus, lihat Arus (disambiguasi).
Arus air laut adalah pergerakan massa air
secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang
sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia[1]. Arus juga merupakan gerakan
mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin
atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang[2]. Pergerakan arus dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas
air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng , downwelling.
1.
Bentuk Topografi
dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya : Beberapa sistem
lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh
arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas ini menghasilkan
sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam
suatu bentuk bulatan.
2.
Gaya Coriollis dan arus ekman :
Gaya Corriolis memengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan
arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya
perubahan – perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai
dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.
3.
Perbedaan
Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan densitas menyebabkan
timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan
kutub utara ke arah daerah tropik.
Adapun jenis – jenis arus dibedakan menjadi 2
bagian, yaitu :
1.
Berdasarkan
penyebab terjadinya
Arus ekman : Arus yang dipengaruhi oleh angin.
Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi.
Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.
Arus geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis.
Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan.
Arus ekman : Arus yang dipengaruhi oleh angin.
Arus termohaline : Arus yang dipengaruhi oleh densitas dan gravitasi.
Arus pasut : Arus yang dipengaruhi oleh pasut.
Arus geostropik : Arus yang dipengaruhi oleh gradien tekanan mendatar dan gaya coriolis.
Wind driven current : Arus yang dipengaruhi oleh pola pergerakan angin dan terjadi pada lapisan permukaan.
2.
Berdasarkan
Kedalaman
Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.
Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
Arus permukaan : Terjadi pada beberapa ratus meter dari permukaan, bergerak dengan arah horizontal dan dipengaruhi oleh pola sebaran angin.
Arus dalam : Terjadi jauh di dasar kolom perairan, arah pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pola sebaran angin dan mambawa massa air dari daerah kutub ke daerah ekuator.
Arus laut, yaitu gerakan air laut yang sangat luas dengan arah tetap dan
teratur. Arus laut terjadi di permukaan dan di bawah permukaan air laut.
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan arus laut, yaitu
sebagai berikut.
a. Angin
Arus laut yang disebabkan oleh angin merupakan peristiwa horizontal pada
bagian permukaan laut. Gejala seperti ini disebut arus permukaan. Beberapa
angin yang dapat menimbulkan arus, yaitu sebagai berikut.
1) Angin Muson
Angin muson mengakibatkan arus muson. Arus muson ini terdapat di laut pedalaman
Indonesia dan di Lautan Hindia sebelah utara khatulistiwa. Arus muson ini
berganti arah setiap setengah tahun.
2) Angin Pasat
Angin pasat yang arahnya tetap, dapat menimbulkan arus tetap yang
disebut arus khatulistiwa dan bergerak ke arah barat. Ada lima arus
khatulistiwa, yaitu satu di Lautan Hindia, dua di Lautan Pasifik, dan dua di
Lautan Atlantik.
3) Angin Barat
Angin barat mengakibatkan arus angin barat yang tetap seperti yang
terdapat di ketiga lautan belahan bumi selatan, di samping mempengaruhi arus
teluk di Lautan Atlantik Utara dan Arus Kurosyiwo di Lautan Pasifik.
b. Perbedaan Kepadatan Air Laut
Jika kepadatan air laut bagian atas dan bagian bawah tidak sama maka
dapat menyebabkan terjadinya arus vertikal yang bergerak dari dan ke permukaan
laut.
c. Perbedaan Kadar Garam
Arus laut yang disebabkan perbedaan kadar garam dibedakan atas arus atas
dan arus bawah.
1) Arus Atas
Arus ini terjadi karena adanya gerakan air dari laut yang kadar garamnya
rendah ke laut yang kadar garamnya tinggi.
2) Arus Bawah
Arus ini terjadi karena adanya gerakan air dari laut yang kadar garamnya
tinggi ke laut yang kadar garamnya rendah.
d. Pasang Naik dan Pasang Surut
Pasang naik dan pasang surut dapat menimbulkan arus di selatselat yang
sempit.
Contoh: Selat Bali, Selat Lombok, Selat Sunda, dan Selat Karimata.
e. Perbedaan Suhu
Arus laut yang disebabkan perbedaan suhu dibedakan atas arus dingin dan
arus panas.
1) Arus Dingin
Arus dingin, yaitu arus yang menuju ke garis lintang yang lebih rendah. Disebut
arus dingin karena suhunya lebih rendah daripada daerah sekitarnya, antara lain
Arus Oyasyiwo dan Arus California.
2) Arus Panas
Arus panas, yaitu arus yang menuju ke arah garis lintang yang lebih
tinggi. Disebut arus panas karena suhunya lebih tinggi daripada daerah
sekitarnya, antara lain Arus Teluk dan Arus Kurosyiwo.
Pengaruh dan manfaat arus laut bagi manusia, yaitu
sebagai berikut.
a. Terhadap Iklim
1) Arus Kurosyiwo menyebabkan suhu Jepang Selatan dan Pantai Barat
Kanada pada musim dingin suhunya sejuk.
2) Arus Labrador yang dingin menyebabkan suhu Jazirah Labrador menjadi
rendah.
3) Arus Teluk yang panas menyebabkan musim dingin di Eropa Barat suhunya
sejuk dan pelabuhan tidak pernah beku.
4) Arus Oyasyiwo yang dingin menyebabkan suhu di Hokaido rendah.
b. Terhadap Pelayaran
1) Arus muson di Lautan Hindia dahulu banyak dipakai oleh orang Arab
untuk berlayar ke India dan Malaka.
2) Arus musim di Laut Jawa dan Laut Cina Selatan dahulu banyak dipakai
oleh orang Bugis dan Makasar untuk berlayar dari Ujungpandang ke Singapura.
c. Terhadap Penyebaran Gunung Es
Gunung-gunung es di lautan bebas dibawa oleh arus-arus dingin di lautan
Atlantik belahan bumi utara karena adanya arus dingin.
d. Arus Konveksi/Vertikal
Arus vertikal menyebabkan permukaan air laut banyak lumpur, ini menjadi
makanan plankton sehingga mengakibatkan banyak ikannya.
Contoh: Laut Jawa, Selat Malaka, dan Laut Utara.
e. Terhadap Perikanan
Pertemuan arus panas dan arus dingin yang banyak planktonnya menyebabkan
tempat itu banyak ikannya.
Contoh: Pertemuan arus teluk yang panas dan arus Labrador yang dingin di
dekat New Foundland, pertemuan arus panas Kurosyiwo dan arus dingin Oyasyiwo di
sebelah timur Jepang.
Pasang laut
Dari Wikipedia bahasa
Indonesia, ensiklopedia bebas
Teluk Fundy saat pasang surut
|
dan saat pasang naik
|
Pasang laut adalah naik atau turunnya posisi
permukaan perairan atau samudera yang disebabkan oleh
pengaruh gaya gravitasi bulan dan matahari. Ada tiga sumber gaya yang saling
berinteraksi: laut, Matahari, dan bulan. Pasang laut
menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus pusaran yang
dikenal sebagai arus pasang, sehingga perkiraan kejadian pasang sangat
diperlukan dalam navigasi pantai. Wilayah pantai yang terbenam sewaktu pasang
naik dan terpapar sewaktu pasang surut, disebut mintakat pasangs.
Periode pasang laut adalah waktu antara
puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.
Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50
menit.
Tipe pasang laut
Terdapat
tiga tipe dasar pasang laut:
- harian (diurnal)
- tengah harian (semidiurnal)
- campuran (mixed tides).
Penyebab pasang laut
Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang
laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk
perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang laut merupakan hasil
dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
Matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak Matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan
dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi,
sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan Matahari.
Pasang
laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan Matahari
berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang
sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi
pada saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi
ketika bumi, bulan dan Matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan
dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut
perbani ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga.
Pasang laut dan transportasi perairan
Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan
dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah
pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat
pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.
Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data
amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen
pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama
pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian,
karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar
komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan
terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
pasang surut air laut (penyebab terjadinya)
Islam
Pasang dan Surut
Pernahkah kamu pergi ke pantai? Mengapa air laut naik dan turun? Bagi kamu yang
tinggal di daerah pantai, gejala alam berupa naik turunnya air laut tentu sudah
tidak asing lagi. Peristiwa naiknya permukaan air laut disebut dengan pasang,
sedangkan peristiwa turunnya air laut disebut dengan surut. Dalam sehari,
rata-rata akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Mengapa demikian?
Pasang dan surut air taut dipengaruhi oleh gaya gravitasVgaya tank bulan dan
matahari. Bulan yang lebih dekat dengan bumi mempunyai pengaruh yang lebih
besar pada pasang dan surutnya air laut dibandingkan dengan pengaruh gravitasi
matahari. Pasang dan surut terbesar terjadi pada saat bulan baru dan bulan
pumama karena pada saat itu, matahari, bulan, dan bumi berada dalam bidang
segaris. Pasang terendah terjadi pada saat bulan perbani. Oleh karena itu,
pasang terendah disebut juga pasang perbani. Ketika pasang perbani, pasang
terjadi serendah-rendahnya karena kedudukan matahari dan bulan terhadap bumi
membentuk sudut 90 derajat. Oleh karena itu, gravitasi bulan dan matahari akan
sating memperlemah. Perbedaan tinggi air pada saat pasang dan surut di laut
terbuka mencapai 3 m. Tetapi, di tempat-tempat sempit seperti di selat atau di
muara sungai, perbedaan tinggi air ini dapat mencapai 16 m. Bumi yang diselubungi
air laut akan sangat dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan. Akibatnya, daerah
yang berhadapan dengan bulan akan mengalami pasang, sedangkan daerah yang tegak
lurus terhadap kedudukan bulan akan mengalami surut. Pengaruh Pasang dan Surut
Air Laut Di pelabuhan yang dangkal, pada saat air surut, air laut menjadi
sangat dangkal. Akibatnya, kapal nelayan tidak dapat merapat ke dermaga. Kapal
besar akan kandas jika merapat di dermaga. Dengan demikian, kapal besar akan
mengalami kesulitan membawa ikan hasil tangkapannya ke darat. Oleh karena itu,
diperlukan perahu yang lebih kecil yang masih dapat merapat di dermaga. Keadaan
ini tidak menguntungkan karena nelayan harus mengeluarkan biaya tambahan.
Adanya pasang air laut juga dapat mengganggu tanaman di persawahan pasang
surut. Jika air laut sampai masuk ke sawah yang ditanami padi, maka tanaman
padi akan mati. Agar air laut yang asin tidak masuk ke sawah maka dibuatlah
saluran-saluran. Di Indonesia sudah dibangun persawahan pasang surut seperti
ini
2.1
Pasang Surut Air Laut
Pasang surut laut
merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi.
Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding
terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari,
gaya tarik gravitasi bulandua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari
dalam membangkitkan pasangsurut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada
jarak matahari ke bumi. Gayatarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan
matahari dan menghasilkan duatonjolan (
bulge)
pasang surut
gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasangsurut ditentukan oleh
deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari.Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan
teorikesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan
terhadapmatahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori
dinamisadalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya
coriolis), dangesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal
yang dapatmempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar
laut, lebar
2.2 terjadinya
arus di lautan disebabkan oleh dua faktor utama
terjadinya arus di lautan
disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal seperti perbedaan densitas air laut, gradien
tekanan mendatar dan gesekan lapisan air. Sedangkan faktor eksternal seperti
gaya tarik matahari dan bulan yang dipengaruhi oleh tahanan dasar laut dan gaya
coriolis, perbedaan tekanan udara, gaya gravitasi, gaya tektonik dan angin (
Gross, 1990).
Menurut Bishop (1984),
gaya-gaya utama yang berperan dalam sirkulasi massa air adalah gaya
gradien tekanan, gaya coriolis, gaya gravitasi, gaya gesekan, dan gaya
sentrifugal.
Faktor penyebab
terjadinya arus yaitu dapat dibedakan menjadi tiga komponen yaitu gaya
eksternal, gaya internal angin, gaya-gaya kedua yang hanya datang karena fluida
dalam gerakan yang relatif terhadap permukaan bumi. Dari gaya-gaya yang bekerja
dalam pembentukan arus antara lain tegangan angin, gaya Viskositas, gaya
Coriolis, gaya gradien tekanan horizontal, gaya yang menghasilkan pasut.
Ketika angin berhembus
di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas permukaan, sebagian energi
ini digunakan dalam pembentukan gelombang gravitasi permukaan, yang memberikan
pergerakan air dari yang kecil kearah perambatan gelombang sehingga
terbentuklah arus dilaut. Semakin cepat kecepatan angin, semakin besar gaya
gesekan yang bekerja pada permukaan laut, dan semakin besar aruspermukaan.
Dalam proses gesekan antara angin dengan permukaan laut dapat
menghasilkan gerakan air yaitu pergerakan air laminar dan pergerakan air
turbulen (Supangat,2003).
Gaya Viskositas pada
permukaan laut ditimbulkan karena adanya pergerakan angin pada permukaan
laut sehingga menyebabkan pertukaran massa air yang berdekatan secara periodik,
hal ini disebabkan karena perbedaan tekanan pada fluida. Gaya viskositas dapat
dibedakan menjadi dua gaya yaitu viskositas molecular dan viskositas eddy.
Gesekan dalam pergerakan fluida hasil dari transfer momentum diantara
bagian-bagian yang berbeda dari fluida. Dalam pergerakan fluida dalam aliran
laminer, transfer momentum terjadi hasil transfer antara batas yang berdekatan
yang disebut viskositas molekular. Di permukaan laut, gerakan air tidak pernah
laminer, tetapi turbulen sehingga kelompok-kelompok air, bukan molekul individu,
ditukar antara satu bagian fluida ke yang lain. Gesekan internal yang
dihasilkan lebih besar dari pada yang disebabkan oleh pertukaran molekul
individu dan disebut viskositas eddy.
Gaya Coriolis
mempengaruhi aliran massa air, dimana gaya ini akan membelokan arah angin dari
arah yang lurus. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada
porosnya. Gaya Coriolis ini yang membelokan arus dibagian bumi utara kekanan dan dibagian
bumi selatan kearah kiri. Pada saat kecepatan arus berkurang, maka tingkat perubahan arus yang disebabkan gaya Coriolis akan
meningkat. Hasilnya akan dihasilkan sedikit pembelokan dari arah arus yang relaif cepat dilapisan permukaan dan
arah pembelokanya menjadi lebih besar pada aliran arus yang kecepatanya makin lambat dan mempunyai
kedalaman makin bertambah besar. Akibatnya akan timbul suatu aliran arus dimana makin dalam suatu perairan maka arus yang terjadi pada lapisan-lapisan perairan
akan dibelokan arahnya. Hubungan ini dikenal sebagai Spiral Ekman, Arah arus menyimpang 450 dari arah angin dan sudut
penyimpangan. bertambah dengan bertambahnya kedalaman (Supangat, 2003).
Gambar 1.Pola arus spiral Ekman
Gaya gradien tekanan
horizontal sangat dipengaruhi oleh tekanan, massa air, kedalaman dan juga
densitas dari massa air tersebut, yang mana jika densitas laut
homogen, maka gaya gradien tekanan horizontal adalah sama untuk kedalaman
berapapun. Jika tidak ada gaya horizontal yang bekerja, maka akan terjadi
percepatan yang seragam dari tekanan tinggi ke tekanan yang lebih rendah.
Gambar 2. Gaya Gradien Tekanan Horizontal
Gelombang-gelombang
yang panjang pada lautan menghasilkan peristiwa pasang surut air laut. Pasang surut ini menimbulkan pergerakan massa air yang
mana prosesnya dipengaruhi oleh gaya tarik bulan, matahari dan benda angkasa
lainya selain itu juga dipengaruhi oleh gaya sentrifugal dari bumi itu sendiri.
1. Definisi Pasang Surut
Menurut Pariwono (1989), fenomena
pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka laut secara berkala akibat
adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap
massa air di bumi. Sedangkan menurut Dronkers (1964) pasang surut laut
merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara
berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik
dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya
lebih kecil.
Pasang surut yang terjadi di bumi ada tiga jenis yaitu:
pasang surut atmosfer (atmospheric tide), pasang surut laut (oceanic tide) dan
pasang surut bumi padat (tide of the solid earth).
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik
gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik airlaut ke arah bulan
dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional
dilaut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
2. Teori Pasang Surut (Pasut)
A. Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia) diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya pembangkit passng surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
B.Teori Pasut Dinamik
(Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah:
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP. Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah:
- Kedalaman perairan dan luas perairan
- Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
- Gesekan dasar
Rotasi bumi menyebabkan semua
benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di
belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan
benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi di equator, tetapi semakin
meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub.
Besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut.
Menurut Mac Millan (1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasut, gaya
Coriolis mempengaruhi arus pasut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi
tunggang pasut dan menyebabkan keterlambatan fase (Phase lag) serta
mengakibatkan persamaan gelombang pasut menjadi non linier semakin dangkal
perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada
sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari.
Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan,
pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga
terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan
seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya,
sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki,
1961).
Pasang surut laut merupakan hasil
dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah
dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan
massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih
kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan
lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air
laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang
surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh
deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan
matahari (Priyana,1994)
Bulan dan matahari keduanya
memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada
besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya
tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan
karena walaupun masa bulan lebih kecil dari matahari, tetapi posisinya lebih
dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71%
permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut
terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung
ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah
pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang
sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami
dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam
(Priyana,1994)
4. Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon
yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut
yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe
pasut yang dapat diketahui, yaitu :
1.
Pasang
surut diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu
kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa.
2.
pasang
surut semi diurnal. Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua
kali surut yang hampir sama tingginya.
3.
pasang
surut campuran. Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi
khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika
deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal.
Menurut Wyrtki (1961), pasang
surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu :
1.
Pasang
surut harian tunggal (Diurnal Tide), Merupakan pasut yang hanya terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata
2.
Pasang
surut harian ganda (Semi Diurnal Tide), Merupakan pasut yang terjadi dua kali
pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini
terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman.
3.
Pasang
surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal),
Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut
tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda
dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai
Utara Jawa Barat.
4.
Pasang
surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal),
Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari
tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki
tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan
Indonesia Bagian Timur
5. Arus Pasut
Gerakan air vertikal yang
berhubungan dengan naik dan turunnya pasang surut, diiringi oleh gerakan air
horizontal yang disebut dengan arus pasang surut. Permukaan air laut senantiasa
berubah-ubah setiap saat karena gerakan pasut, keadaan ini juga terjadi pada
tempat-tempat sempit seperti teluk dan selat, sehingga menimbulkan arus
pasut(Tidal current). Gerakan arus pasut dari laut lepas yang merambat ke
perairan pantai akan mengalami perubahan, faktor yang mempengaruhinya antara
lain adalah berkurangnya kedalaman (Mihardja et,. al 1994).
Menurut King (1962), arus yang
terjadi di laut teluk dan laguna adalah akibat massa air mengalir dari
permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah yang disebabkan oleh
pasut. Aruspasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang
memiliki karakteristik pasang (Flood) dan surut atau ebb. Pada waktu gelombang
pasut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka
badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas.
Pada daerah-daerah di mana arus
pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar lautmenghasilkan potongan
arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air
bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah,
pencampuran sedikit terjadi, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air
dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi. Perbatasan antar daerah-daerah kontras
dari perairan yang bercampur dan terstratifikasi seringkali secara jelas
didefinisikan, sehingga terdapat perbedaan lateral yang ditandai dalam
kepadatan air pada setiap sisi batas.
6. Alat-alat Pengukuran Pasang Surut
Beberapa alat prngukuran pasang
surut diantaranya adalah sebagai berikut :
1.Tide Staff.
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau centi meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan.Tide Staff (papan Pasut) merupakan alat pengukur pasut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, alumunium atau bahan lain yang di cat anti karat.
Syarat pemasangan papan pasut adalah :
- Saat pasang tertinggi tidak terendam air dan pada surut terendah masih tergenang oleh air
- Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan bias atau pada daerah aliran sungai (aliran debit air).
- Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur
- Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati dan dipasang tegak lurus
- Cari tempat yang mudah untuk pemasangan misalnya dermaga sehingga papan mudah dikaitkan
- Dekat dengan bench mark atau titik referensi lain yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi
- Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil
- Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus dan sampah
2.Tide gauge.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer.
Tide gauge terdiri dari dua jenis
yaitu :
- Floating tide gauge (self registering). Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasut.
- Pressure tide gauge (self registering). Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
3.Satelit
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Sistem satelit altimetri berkembang sejak tahun 1975 saat diluncurkannya sistem satelit Geos-3. Pada saat ini secara umum sistem satelit altimetri mempunyai tiga objektif ilmiah jangka panjang yaitu mengamati sirkulasi lautan global, memantau volume dari lempengan es kutub, dan mengamati perubahan muka laut rata-rata (MSL) global. Prinsip Dasar Satelit Altimetri adalah satelit altimetri dilengkapi dengan pemancar pulsa radar (transmiter), penerima pulsa radar yang sensitif (receiver), serta jam berakurasi tinggi. Pada sistem ini, altimeter radar yang dibawa oleh satelit memancarkan pulsa-pulsa gelombang elektromagnetik (radar) kepermukaan laut. Pulsa-pulsa tersebut dipantulkan balik oleh permukaan laut dan diterima kembali oleh satelit.
Prinsip penentuan perubahan kedudukan muka laut
dengan teknik altimetri yaitu pada dasarnyasatelit altimetri bertugas mengukur
jarak vertikal dari satelit ke permukaan laut. Karena tinggi satelit di atas
permukaan ellipsoid referensi diketahui maka tinggi muka laut (Sea Surface
Height atau SSH) saat pengukuran dapat ditentukan sebagai selisih antara tinggi
satelit dengan jarak vertikal. Variasi muka laut periode pendek harus
dihilangkan sehingga fenomena kenaikan muka laut dapat terlihat melalui
analisis deret waktu (time series analysis). Analisis deret waktu dilakukan
karena kita akan melihat variasi temporal periode panjang dan fenomena
sekularnya (http://gdl.geoph.itb.ac.id)
7. Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang
dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Indonesia dan Samudera Pasifik serta
posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut,
angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang
surut di wilayahlaut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir
daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Gambar 15 memperlihatkan
peta pasang surut wilayah lautan Indonesia. Dari gambar tersebut tampak
beberapa wilayah lepas laut pesisir Indonesia yang memiliki pasang surut cukup
tinggi antara lain wilayah laut di timur Riau, laut dan muara sungai antara
Sumatera Selatan dan Bangka, laut dan selat di sekitar pulau Madura, pesisir
Kalimantan Timur, dan muara sungai di selatan pulau Papua (muara sungai Digul)
(Sumotarto, 2003).
Keadaan pasang surut di perairan Nusantara
ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Hindia serta
morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak
selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut
membentuk pola pasang surut yang beragam. Di Selat Malaka pasang surut setengah
harian (semidiurnal) mendominasi tipe pasut di daerah tersebut. Berdasarkan
pengamatan pasang surut di Kabil, Pulau Batam diperoleh bilangan Formzhal
sebesar 0,69 sehingga pasang surut di Pulau Batam dan Selat Malaka pada umumnya
adalah pasut bertipe campuran dengan tipe ganda yang menonjol. Pasang surut harian
(diurnal) terdapat di Selat Karimata dan Laut Jawa. Berdasarkan pengamatan
pasut di Tanjung Priok diperoleh bilangan Formzhal sebesar 3,80. Jadi tipe
pasut di Teluk Jakarta dan lautJawa pada umumnya adalah pasut bertipe tunggal.
Tunggang pasang surut di perairan Indonesia bervariasi antara 1 sampai dengan 6
meter. Di Laut Jawa umumnya tunggang pasang surut antara 1 – 1,5 m kecuali di
Selat madura yang mencapai 3 meter. Tunggang
pasang surut 6 meter di jumpai di Papua (Diposaptono, 2007).
Kaitan Bulan dengan Pasang Surut Air Laut
SainsMe - Banyak yang mengatakan
bahwa fenomena pasang surut air laut erat kaitannya dengan bulan. Benarkah
demikian? Jawabannya adalah benar. Tetapi, bagaimana sampai bulan yang
jauh dari bumi itu bisa mempengaruhi keadaan air laut?
Bulan dan bumi memiliki gravitasinya masing-masing.
Kedua gaya
gravitasi ini ternyata saling memengaruhi satu sama lain. Antara pusat bumi dan pusat bulan
terjadi gaya saling tarik menarik akibat gravitasi tersebut. Gaya ini
mengakibatkan bumi sedikit tertarik ke arah bulan. Inilah yang mendasari
terjadinya pasang surut air laut.
Kondisi saat air laut naik disebut pasang naik.
Kondisi ini terjadi dua kali, yaitu pada saat bulan purnama dan bulan baru. Di
belahan bumi yang mengalami bulan purnama, jarak antara air laut dan pusat
bulan lebih dekat daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat bulan.
Akibatnya, gravitasi bulan menarik air laut lebih kuat daripada bumi. Ini
mengakibatkan air laut sedikit menggembung terhadap permukaan bumi dan jadilah
pasang naik. Sebaliknya, di belahan bumi yang mengalami bulan baru, jarak air
laut dan pusat bulan lebih jauh daripada jarak antara pusat bumi dengan pusat
bulan. Akibatnya, gravitasi bulan menarik bumi lebih kuat daripada air laut di
bagian tersebut. Ini mengakibatkan air laut juga sedikit menggembung terhadap
permukaan bumi dan jadilah pasang naik.
Sedangkan kondisi saat air laut turun disebut
pasang surut. Kapan kondisi ini terjadi? Tentu saja saat bukan bulan purnama
maupun bulan baru. Penggembungan air di bagian yang mengalami bulan purnama dan
bulan baru tentu saja mengambil jatah air dari belahan bumi lainnya. Karena
itulah di belahan bumi lainnya terjadi pasang surut. Pasang surut terbanyak
terjadi saat bulan separuh, karena pada saat bulan separuh, bagian bumi
tersebut berada tepat di tengah bagian yang mengalami bulan purnama dan bulan
baru.
EL NINO DAN LA NINA
El Nino
Yang dimaksud El Nino adalah gejala gangguan iklim yang
diakibatkan oleh naiknya suhu permukaan laut Samudera Pasifik sekitar
khatulistiwa bagian tengah dan timur. Naiknya suhu di Samudera Pasifik ini
mengakibatkan perubahan pola angin dan curah hujan yang ada di atasnya. Pada
saat normal hujan banyak turun di Australia dan Indonesia, namun akibat El Nino
ini hujan banyak turun di Samudera Pasifik sedangkan di Australia dan Indonesia
menjadi kering.
La Nina
La Nina
adalah gejala gangguan iklim yang diakibatkan suhu permukaan laut Samudera
Pasifik dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Akibat dari La Nina adalah hujan
turun lebih banyak di Samudera Pasifik sebelah barat Australia dan Indonesia.
Dengan demikian di daerah ini akan terjadi hujan lebat dan banjir di mana-mana.
Faktor Penyebab El Nino dan La Nina
Pada saat normal angin passat bertiup dari tekanan tinggi Sub Tropis
(dari arah timur) menuju tekanan rendah ekuator (barat). Sehingga air hangat
Samudera Pasifik berkumpul di pantai Utara Australia dan pantai Indonesia. Hal
inilah yang mengakibatkan hujan di Australia dan Indonesia. Namun pada dua
tahun sampai tujuh tahun sekali Angin Passat tersebut berubah arah. Yang semula
dari arah timur ke barat berubah menjadi arah barat ke arah timur. Hal inilah
mengakibatkan El Nino yaitu di Samudera Pasifik dan Indonesia berkurang curah
hujan dari biasanya. Kemudian untuk La Nina terjadi karena angin passat bertiup
dengan kencang dan terus menerus melewati Samudera Pasifik menuju Australia.
Angin Passat ini akan mendorong lebih banyak air hangat di Samudera Pasifik menuju
Australia Utara sehingga hujan hanyak turun di Samudera Pasifik Barat,
Australia Utara dan Indonesia.
El Nino dan La Nina adalah sebuah istilah yang berhubungan dengan
penyimpangan cuaca di daerah sekitar Pasifik Equator. Singkatnya El Nino
dicirikan dengan naiknya suhu permukaan air laut (warm phase) di Pasifik bagian
Equator sedangkan La Nina kebalikannya yaitu turunnya suhu permukaan air laut
(cold phase) di Pasifik bagian equator.
Fenomena El Nino
diawali adanya keadaan yang anomali dan adanya angin pasat tenggara yang
sangatlah kuat mengakibatkan arus di katulistiwa selatan ikut menguat
dikarenakan menguatnya Gyre Subtropikal dan menyebabkan muka laut akan semakin
menurun mengarah timur diakibatkan adanya akumulasi yang terjadi di tropis barat.
Kemudian anomali terus berlanjut ditambahnya melemahnya angin pasat tenggara
mengakibatkan massa air hangat mengalir dari tropis barat ke timur sebagai
gelombang kelvin. Lalu, berbelok juga ke selatan dan akhirnya sampai di pantai
Peru dan Equador dimana disebut El Nino.
Kemudian massa air hangat itu bergeser ke tengah sampai pada timur tropis pasifik, dan walker circulation pun ikut bergeser mengarah timur ikut dengan posisi massa air yang hangat. Kemudian dari suhu hangat tersebut, itu mengalami evaporasi pada tengah-tengah pasifik, uap air akan naik ke atmosfer dan terjadilah hujan di tropis tengah sampai timur pasifik. Bahkan juga akan terjadi banjir di daerah California, dan akan hujan dari pesisir sampai peru bagian tengah, akan tetapi equador akan mengalami kekeringan.
Efek dari kejadian ini pada wilayah indonesia dan sekitarnya akan memberikan udara di atmosfer yang kering dan akhirnya akan terjadi kemarau yang sangat panjang. Dan sebagian akan wilayah akan mengalami proses gagal panen. Walaupun demikian, terjadi intensitas upwelling yang sangat tinggi di wilayah selatan jawa dan barat sumatera yang akan memberikan efek positif pada wilayah tersebut yaitu perikanan. Akan tetapi, sepanjang fenomena ini terjadi, pesisir peru dan equador akan mengalami kegalauan yang berat dikarenakan upwelling akan berkurang dan air yang hangat akan mengakibatkan kematian pada larva ikan anchovy, ikan ini merupakan makanan dari ikan pelagis.
Sedangkan La Nina merupakan proses kebalikan dari El Nino, diawali menguatnya angin pasat tenggara, suhu muka laut yang ada di tropis pasifik barat akan sangat hangat dan sebaliknya di pasifik timur akan lebih dingin. Ini mengakibatkan atmosfer di Pasifik barat akan lebih mendapatkan uap air yang tinggi. Dan ini menyebabkan terjadi hujan lebat dan banjir terjadi di indonesia dan asia tenggara, akan tetapi di pasifik timur mengalami kemarau dan kekeringan.
Kemudian massa air hangat itu bergeser ke tengah sampai pada timur tropis pasifik, dan walker circulation pun ikut bergeser mengarah timur ikut dengan posisi massa air yang hangat. Kemudian dari suhu hangat tersebut, itu mengalami evaporasi pada tengah-tengah pasifik, uap air akan naik ke atmosfer dan terjadilah hujan di tropis tengah sampai timur pasifik. Bahkan juga akan terjadi banjir di daerah California, dan akan hujan dari pesisir sampai peru bagian tengah, akan tetapi equador akan mengalami kekeringan.
Efek dari kejadian ini pada wilayah indonesia dan sekitarnya akan memberikan udara di atmosfer yang kering dan akhirnya akan terjadi kemarau yang sangat panjang. Dan sebagian akan wilayah akan mengalami proses gagal panen. Walaupun demikian, terjadi intensitas upwelling yang sangat tinggi di wilayah selatan jawa dan barat sumatera yang akan memberikan efek positif pada wilayah tersebut yaitu perikanan. Akan tetapi, sepanjang fenomena ini terjadi, pesisir peru dan equador akan mengalami kegalauan yang berat dikarenakan upwelling akan berkurang dan air yang hangat akan mengakibatkan kematian pada larva ikan anchovy, ikan ini merupakan makanan dari ikan pelagis.
Sedangkan La Nina merupakan proses kebalikan dari El Nino, diawali menguatnya angin pasat tenggara, suhu muka laut yang ada di tropis pasifik barat akan sangat hangat dan sebaliknya di pasifik timur akan lebih dingin. Ini mengakibatkan atmosfer di Pasifik barat akan lebih mendapatkan uap air yang tinggi. Dan ini menyebabkan terjadi hujan lebat dan banjir terjadi di indonesia dan asia tenggara, akan tetapi di pasifik timur mengalami kemarau dan kekeringan.
Dampak El Nino dan La Nina Terhadap Indonesia
Filed under: Uncategorized — 3
Komentar
Januari 1, 2010
Indonesia adalah negara maritim, begitulah banyak
orang yang mengatakan. Tetapi banyak orang juga tidak tahu akan kekayaan,
kegunaan dan efek dari laut itu sendiri terhadap negara Indonesia. Mereka
hanya tahu laut indonesia itu luas dan indah. Dan sekarang saya ingin memberi
tahu sedikit saja tentang laut di Indonesia yaitu tentang kejadiaan di laut
yang bisa memberi efek yang besar terhadap laut, bahkan sampai daratan di
Indonesia. Yaitu El Nino dan La Nina.
El Nino dan La Nina merupakan
gejala yang menunjukkan perubahan iklim. El Nino adalah peristiwa memanasnya
suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang
mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut
di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju
permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena
munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Di Indonesia, angin monsun
(muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga
berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador.
Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga
terjadilah musim kemarau yang panjang.
Gilbart Walker yang
mengemukaan tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu
sirkulasi angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik Tropis. Sirkulasi ini
timbul karena perbedaan temperatur di atas perairan yang luas pada daerah
tersebut.
A.)Perairan sepanjang pantai
China dan Jepang, atau Carolina Utara dan Virginia, lebih hangat
dibandingkan dengan perairan sepanjang pantai Portugal dan California.
Sedangkan perairan disekitar wilayah Indonesia lebih banyak dari pada perairan
disekitar Peru, Chile dan Ekuador.
B.) Perbedaan temperatur lautan di arah Timur –
Barat ini menyebabkan perbedaan tekanan udara permukaan di antara tempat
– tempat tersebut.
C.) Udara bergerak naik di wilayah lautan yang
lebih hangat dan bergerak turun di wilayah lautan yang lebih dingin. Dan
itu menyebabkan aliran udara di lapisan permukaan bergerak dari Timurk-Barat.
Dampak El Nino terhadap
kondisi cuaca global
a) Angin pasat timuran melemah
b) Sirkulasi Monsoon melemah
c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah
Indonesia, Amerika Tengah dan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini
cenderung lebih dingin dan kering.
d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik
Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca
cenderung hangat dan lembab.
Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di
sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan
ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi
geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh
wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di
Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk
dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
Disektor irigasi, hasil kajian menyebutkan bahwa
kondisi beberapa DAS di Indonesia cukup kritis dan jumlahnya semakin banyak,
khususnya di Jawa. Berdasrkan analisis terhadap data debit minimum dan maksimum
dari 52 sungai yang tersebar di Indonesia mulai dari Sabang sampai Merauke
terlihat bahwa jumlah sungai yang debit minimumnya berpotensi untuk menimbulkan
masalah kekeringan meningkat. Kondisi ini mengindikasikan bahwa daerah aliran
sungai di wilayah Indonesia setelah tahun 1990- banyak yang sudah mengalami
degradasi sehingga adanya penyimpangan iklim dalam bentuk penurunan atau
peningkatan hujan jauh dari normal akan langsung menimbulkan penurunan atau
peningkatan yang tajam dari debit minimum atau debit maksimum (kekeringan
hidrologis).
Disektor perikanan dan kelautan, hasil tangkapan
ikan pada tahun-tahun el nino juga dilaporkan menurun. Hal ini dikarenakan pada
kondisi tersebut ketersediaan pakan bagi ikan (plankton) juga berkurang. Selain
itu banyak terumbu karang yang mengalami keputihan (coral bleaching) akibat
terbatasnya alga yang merupakan sumber makanan dari terumbu karang karena tidak
mampu beradaptasi dengan peningkatan suhu air laut. Memanasnya air laut juga
akan menggangu kehidupan jenis ikan tertentu yang sensitif terhadap naiknya
suhu laut. Kondisi ini menyebabkan terjadinya migrasi ikan ke perairan lain
yang lebih dingin.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) Sri Woro Budiati Harijono, mengemukakan, dampak El Nino akan
dirasakan signifikan di Indonesia hanya dengan satu syarat, yakni jika suhu
permukaan laut Indonesia yang mendingin. Sesuai dengan teori hukum fisika
dasar, angin berembus dari daerah yang bertekanan udara tinggi (lebih dingin)
ke daerah bertekanan udara rendah (lebih panas).
Karena suhu permukaan laut di Pasifik menghangat
atau naik yang berarti bertekanan rendah, maka jika daerah-daerah di sekitar
Pasifik (termasuk Indonesia) memiliki suhu muka laut yang dingin, maka angin
termasuk uap air dari Indonesia akan ditarik ke Pasifik. Akibatnya tentu saja
bisa diketahui, yakni terjadinya musim kemarau yang sangat kering.
Namun, dampak ini tidak akan berlaku, jika suhu
permukaan laut Indonesia juga menghangat. “Jadi kalau dua-duanya menghangat,
berarti tidak terjadi perbedaan tekanan udara. Jadi, meskipun El Nino kuat,
tidak akan berpengaruh signifikan untuk Indonesia,” katanya.
BMKG memprediksi periodidasi kekuatan El Nino.
Untuk bulan Juli hingga Agustus 2009, El Nino masuk kategori lemah, bulan
September, Oktober, dan November 2009 kategori moderate (sedang), dan Desember
2009 sampai Januari 2010, kekuatan El Nino akan mencapai puncaknya dengan
kategori kuat.
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina
menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai
ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador
kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti
semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi
normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal
kembali setelah terjadinya gejala El Nino.
Perjalanan air laut yang panas ke arah barat
tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah
Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua
angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju
Indonesia. Angin tersebut banyak membawa
uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk
waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa terjadi
banjir. Sejak kemerdekaan di Indonesia, telah terjadi 8 kali La Nina, yaitu
tahun 1950, 1955, 1970, 1973, 1975, 1988, 1995 dan 1999.
Ketika
La Nina kolam panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah
Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah
Indonesia sehingga laut di Indonesia timur meningkat suhunya, hal ini diikuti
dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk
awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia khususnya bagian timur akan
curah hujanya di atas normal.
Sebaliknya ketika El Nino kolam panasnya bergerak menjauhi Indonesia sehingga yang banyak hujan ialah di laut Pasifik, sedangkan daerah Indonesia, khususnya bagian timur curah hujanya berkurang. Indonesia mengalami kekeringan. Proses El Nino dan La Nina ini dapat diperlihatkan ada hubunganya dengan aktivitas matahari dan sinar kosmik.
Sebaliknya ketika El Nino kolam panasnya bergerak menjauhi Indonesia sehingga yang banyak hujan ialah di laut Pasifik, sedangkan daerah Indonesia, khususnya bagian timur curah hujanya berkurang. Indonesia mengalami kekeringan. Proses El Nino dan La Nina ini dapat diperlihatkan ada hubunganya dengan aktivitas matahari dan sinar kosmik.
Fenomena
La Nina ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4
(anomali negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena
sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di
berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang
menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di
berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, dua “lakon” di panggung Samudera Pasifik ini
sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain
memberi ancaman banjir.
Inilah perbedaan kondisi saat La Nina dan saat
kondisi Normal
1. Kondisi La Nina
Pada tahun La Nina jumlah air laut bertemperatur
rendah yang mengalir di sepanjang Pantai Selatan Amerika dan Pasifik Timur
meningkat. Wilayah Pasifik Timur dan Tengah menjadi lebih dingin dari Pasifik
Barat.
Ketika terjadi La Nina :
Ketika terjadi La Nina :
- Angin passat Timuran menguat, sehingga massa udara dingin meluas hingga Samudera Pasifik bagian tengah dan Timur.
- Ini menyebabkan perubahan pola cuaca. Daerah potensi hujan meliputi wilayah Perairan Barat.
2. Kondisi Normal
Kondisi Suhu Muka Laut pada Kondisi Normal
Kondisi Suhu Muka Laut pada Kondisi Normal
Pada tahun-tahun normal, Suhu Muka Laut (SST) di sebelah
Utara dan Timur Laut Australia ≥28°C sedangkan SST di Samudra Pasifik sekitar
Amerika Selatan ±20°C (SST di Pasifik Barat 8° – 10°C lebih hangat dibandingkan
dengan Pasifik Timur).
- Angin di wilayah Samudra Pasifik Ekuatorial (Angin passat Timuran) dan air laut di bawahnya mengalir dari Timur ke Barat. Arah aliran timuran air ini sedikit berbelok ke Utara pada Bumi Belahan Utara dan ke Selatan pada Bumi Belahan Selatan.
- Daerah yang berpotensi tumbuh awan-awan hujan adalah di Samudra Pasifik Barat, wilayah Indonesia dan Australia Utara.
Tidak hanya dampak negatif saja yang ada di La Nina
terhadap Indonesia, tetapi juga ada dampak positifnya.
Dampak positif
Sementara itu, Kepala Ekspedisi Mirai, Dr Keisuke
Mizuno,
mengatakan, terjadi penyimpangan cuaca dapat memberi dampak
yang positif bagi sektor perikanan. Karena pada masa itu terjadi
migrasi ikan tuna ke wilayah Indonesia.
mengatakan, terjadi penyimpangan cuaca dapat memberi dampak
yang positif bagi sektor perikanan. Karena pada masa itu terjadi
migrasi ikan tuna ke wilayah Indonesia.
Saat
La Nina suhu muka laut di barat Samudera Pasifik hingga
Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia.
Seperti dikemukakan Dwi Susanto, pakar cuaca BPPT, belum lama
ini, perairan barat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan
yang memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen
stok ikan tuna dunia.
Indonesia menghangat. Kondisi ini mendorong ikan tuna dari Pasifik
timur yang dingin bergerak masuk ke kawasan timur Indonesia.
Seperti dikemukakan Dwi Susanto, pakar cuaca BPPT, belum lama
ini, perairan barat Pasifik selama ini diketahui merupakan kawasan
yang memiliki kelimpahan ikan tuna tertinggi, mencapai 70 persen
stok ikan tuna dunia.
Sebaliknya,
ketika terjadi El Nino, ikan tuna di Pasifik bergerak ke
timur. Namun, ikan yang berada di Samudera Hindia bergerak masuk
ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di timur samudera ini
mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan
Jawa menghangat.
timur. Namun, ikan yang berada di Samudera Hindia bergerak masuk
ke selatan Indonesia. Hal itu karena perairan di timur samudera ini
mendingin, sedangkan yang berada di barat Sumatera dan selatan
Jawa menghangat.
Peristiwa El Nino dan La Nina
Rabu, 22 April 2009
Peristiwa El Nino dan La Nina
A. El Nino
El-Nino,
menurut sejarahnya adalah sebuah fenomena yang teramati oleh para penduduk atau
nelayan Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar
Samudera Pasifik bagian timur menjelang hari natal (Desember). El Nino adalah
fenomena alam dan bukan badai, secara ilmiah diartikan dengan meningkatnya suhu
muka laut di sekitar Pasifik Tengah dan Timur sepanjang ekuator dari nilai
rata-ratanya dan secara fisik El Nino tidak dapat dilihat.
Fenomena ini
mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya
upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar)
menjadi sebaliknya. Pemberian nama El-Nino pada fenomena ini disebabkan oleh
karena kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. El-Nino (bahasa
Spanyol) sendiri dapat diartikan sebagai “anak lelaki”. Di kemudian hari para
ahli juga menemukan bahwa selain fenomena menghangatnya suhu permukaan laut,
terjadi pula fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat
menguatnya upwelling. Kebalikan dari fenomena ini selanjutnya diberi nama
La-Nina (juga bahasa Spanyol) yang berarti “anak perempuan”
(oseanografi.blogspot.com., 2005). Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
El-Nino akan terjadi
apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur meningkatkan suhu
dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong
terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar
kawasan tersebut. Bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur
Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan
yang jauh dari normal.
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.
Suhu permukaan laut di Pasifik tengah dan timur menjadi lebih tinggi dari biasa pada waktu-waktu tertentu, walaupun tidak selalu. Keadaan inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena La-Nina (gambar di bawah). Tekanan udara di kawasan equator Pasifik barat menurun, lebih ke barat dari keadaan normal, menyebabkan pembentukkan awan yang lebih dan hujan lebat di daerah sekitarnya
Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino 1982/83 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina.
El Nino merupakan
fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai
tempat.
1. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global
a) Angin pasat timuran melemah
b) Sirkulasi Monsoon melemah
c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengahdan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
1. Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca global
a) Angin pasat timuran melemah
b) Sirkulasi Monsoon melemah
c) Akumulasi curah hujan berkurang di wilayah Indonesia, Amerika Tengahdan amerika Selatan bagian Utara. Cuaca di daerah ini cenderung lebih dingin dan kering.
d) Potensi hujan terdapat di sepanjang Pasifik Ekuatorial Tengah dan Barat serta wilayah Argentina. Cuaca cenderung hangat dan lembab.
2. Dampak El Nino
terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.
B. La Nina
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur equator di Lautan Pasifik, La Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap.
Dalam bahasa latin La Nina berarti "gadis cilik". La Nina merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur equator di Lautan Pasifik, La Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap.
Mendeteksi La Nina
Meskipun rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun.
Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa.
Meskipun rata-rata La Nina terjadi setiap tiga hingga tujuh tahun sekali dan dapat berlangsung 12 hingga 36 bulan, ia tidak mempunyai periode tetap sehingga sulit diprakirakan kejadiannya pada enam hingga sembilan bulan sebelumnya. La Nina adalah sesuatu yang alami dan telah mempengaruhi wilayah Samudra Pasifik selama ratusan tahun.
Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya. La Nina umumnya terjadi pada musim dingin di Belahan Bumi Utara Khatulistiwa.
PERSEBARAN SUMBER DAYA ALAM DI INDONESIA DAN PEMANFAATANNYA
A. POTENSI SUMBER DAYA ALAM DAN PERSEBARANNYA
1. Pengertian Sumber Daya Alam
Sumber daya alam adalah semua kekayaan berupa benda
mati maupun benda hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia.
2. Penggolongan Sumber Daya alam
Ada beberapa macam sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan dengan berbagai cara. Sumber daya alam tersebut dapat
diklasifikasikan menurut beberapa hal.
Berdasarkan bagian atau bentuk
yang dapat dimanfaatkan,
sumber daya alam diklasifikasikan seperti berikut ini
a.
Sumber
daya alam materi, yaitu bila
yang dimanfaatkan adalah materi sumber daya alam tersebut.
b.
Sumber
daya alam hayati, ialah sumber
daya alam yang berbentuk makhluk hidup, yaitu hewan dan tumbuh-tumbuhan. Sumber
daya alam tumbuh-tumbuhan disebut sumber daya alam nabati,
sedangkan sumber daya alam hewan disebut sumber daya alam hewani.
Bila kita telusuri lebih jauh, sumber daya alam hayati dapat digolongkan
sebagai sumber daya alam materi maupun energi.
c.
Sumber
daya alam energi, yaitu bila
barang yang dimanfaatkan manusia adalah energi yang terkandung dalam sumber
daya alam tersebut.
d.
Sumberdaya
alam ruang, yaitu ruang atau
tempat yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Makin besar kenaikan jumlah
penduduk, sumber daya alam ruang makin sulit diperoleh. Ruang, dalam hal ini,
dapat berarti ruang untuk mata pencaharian (pertanian, perikanan), tempat
tinggal, arena bermain anak-anak,dan sebaginya. Di kota-kota besar,
seperti Jakarta, sumber daya alam ruang maskin sulit didapat.
e.
Sumber
daya alam waktu, sulit
dibayangkan bahwa waktu merupakan sumber daya alam. Sebagai sumber daya alam,
waktu tidak berdiri sendiri maliankan terikat dengan pemanfaatan sumber daya
alam lainnya. Contoh : air sulit didapat pada musim kemarau. Akibatnya,
mengganggu tanaman pertanian.
Berdasarkan
pembentukannya, sumber daya
alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.
Sumber
Daya Alam yang dapat Diperbaharui (renewable resources)
Disebut sebagai sumber daya alam
yang dapat diperbaharui, karena alam mampu mengadakan pembentukan baru dalam
waktu yang relative cepat. Dengan demikian, sumber daya alam ini tidak dapat
habis. Pembaruan bisa terjadi dengan dua jalan, yaitu secara reproduksi atau
dengan adanya siklus.
1) Pembaruan dengan reproduksi. Pembaruan ini
terjadi pada sumber daya alam hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat
berkembang biak sehingga jumlahnya selalu bertambah. Sekalipun demikian, bila
pengelolaannya tidak tepat, sumber daya alam hayati dapat punah. Sekali spesies
hewan dan tumbuhan punah, maka alam tidak dapat memperbarui atau membentuk
lagi. Seringkali aktivitas manusia yang kurang bertanggung jawab bisa
menyebabkan sumber daya alam hayati menurun kualitas dan keanekaragamannya,
misalnya, karena pengaruh pencemaran. Sebaliknya, dengan penerapan
prinsip-prinsip genetika, misalnya hibridisasi dan rekayasa genetika, sumber
daya ala mini dapat ditingkatkan kualitas dan keanekaragamannya.
2) Pembaruan dengan adanya siklus. Beberapa
sumber daya alam, misalnya air dan udara terjadi dalam proses yang melingkar
memnbentuk siklus. Dengan demikian, selalu terjadi pembaruan. Aktivitas manusia
seperti berikut dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumber daya alam.
Pencemaran udara akan
menurunkan kualitas atmosfer bumi, serta
Penebangan hutan dapat
menurunkan kualitas air tanah dan menimbulkan banjir.
b.
Sumber
Daya Alam yang tidak Dapat Diperbarui (unrnewable resource)
Sumber daya ala mini terdapat dalam
jumlahyang relative statis karena tidak ada penambahan atau pembentukannya
sangat lambat bila dibandingkan dengan umur manusia. Pembentukannya memerlukan
waktu ratusan tahun bahkan jutaan tahun. Manusia tidak dapat memanfaatkannya
selama 2 -3 generasi.Sumber daya alam ini dapat habis.
Contoh : Bahan mineral, batu bara, gas alam
dan sumber daya alam fosil lainnya.
Berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtifnya, sumber daya alam ini dibedakan menjadi dua golongan sebagai
berikut.
1) Sumber daya alam yang tidak cepat habis. Tidak cepat habis karena
nilai konsumtif terhadap barang itu relative kecil. Manusia hanya
memanfaatkannya dalam jumlah sedikit. Di samping itu, sumber daya ala mini
dapat dipakai secara berulang-ulang hingga tidak cepat habis.
Contoh : intan, batu permata, serta logam mulia (emas)
Contoh : intan, batu permata, serta logam mulia (emas)
2) Sumber
daya alam yang cepat habis.
Cepat habis karena nilai konsumtif akan barang relatif tinggi. Manusia
menggunakan dalam jumlah yang banyak, sehingga sumber daya ala mini akan cepat
habis. Di samping itu daur ulangnya sukar dilakukan. Contoh : bensin, gas alam, dan bahan baker
lainnya.
B. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM BERDASAR PRINSIP BERWAWASAN LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN
1. Kerusakan Sumber Daya Alam
Ketersediaan sumber daya
alam di permukaan bumi sangat beragam dan penyebarannya tidak
merata. Adasumber daya alam yang berlimpah ruah dan ada pula yang
jumlahnya terbatas atau sangat sedikit. Bahkan, ada yang sekali diambil akan
habis.
Bila terjadi
ketidakseimbangan antara jumlah penduduk dan persediaan sumber daya alam, maka
lingkungan hidup bisa berubah. Perubahan, sebagai akibat kegiatan manusia
hasilnya bisa baik, bisa juga buruk. Contoh perubahan lingkungan kea rah yang
buruk adalah pencemaran lingkungan (pencemaran udara, air, dan tanah),
pembukaan hutan, dan permasalahan di bidang sosial. Umumnya, kerusakan sumber
daya alam diakibatkan oleh pengelolaan tanpa perhitungan. Bentuk-bentuk
kerusakan sumber daya alam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
a. Pertanian dan Perikanan
Penggundulan hutan merupakan
salah satu contoh kerusakan yang diakibatkan oleh kegiatan pertanian ladang
berpindah. Tempat yang ditinggalkan menjadi kurang subur dan ditumbuhi
alang-alang. Akibat lebih jauh, saat musim hujan, akan terjadi proses
pengikisan tanah permukaan yang intensif. Hal ini bisa menyebabkan banjir.
Sementara itu, saat musim kemarau tempat seperti itu akan mengalami kekurangan
air.
b. Teknologi dan Industri
Perkembangan teknologi yang pesat
mempercepat dan mempermudah manusia dalam mengolah alam (lingkungan hidup).
Hanya saja dalam penggunaan teknologi harus tepat dan sesuai dengan keadaan
suatu daerah. Pemanfaatan teknologi yang tidak tepat dan tidak sesuai dapat mengubah
lingkungan menjadi buruk.
c.
Pencemaran
Pencemaran (polusi) adalah
peristiwa berubahnya keadaan alam (udara, air, dan tanah) karena adanya
unsur-unsur baru atau meningkatnya sejumlah unsur tertentu. Pencemaran ini
dapat menimbulkan gangguan ringan dan berat terhadap mutu lingkungan hidup
manusia.
d.
Banjir
Banjir sering terjadi saat musim
hujan, terutama ketiak curah hujan tinggi. Banjir merupakan genangan air,
meliputi daerah yang cukup luas karena sungai tidak mampu lagi menampungnya.
e.
Gunung
api Meletus (sudah
cukup jelas)
f.
Gempa Bumi. (sudah cukup jelas)
g.
Angin
Topan
Angin Topan
adalah angin yang berhembus dengan kecepatan yang sangat kuat. Bila disertai hujan, disebut badai.
h.
Musim Kemarau. (sudah cukup jelas)
2. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Berwawasan
Lingkungan dan Berkelanjutan
Pengelolaan sumber daya alam harus
hati-hati. Prinsipnya, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan agar tetap
terjaga kelestariannya. Sumber daya alam perlu dilestarikan supaya dapat mendukung kehidupan
makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah, kehidupan bisa
terganggu. Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga kelestarian sumber
daya alam adalah sebagai berikut :
a.
Penghijauan
dan Reboisasi
Usaha penghijauan dan reboisasi
hutan dapat mencegah rusaknya lingkungan yang berhubungan dengan air, tanah,
udara.
b.
Sengkedan
Untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah, pada
tanah yang berbukit-bukit atau tanah miring dibuat sengkedan / terasering.
Tujuannya adalah agar pada waktu hujan air banyak meresap ke dalam tanah.
c.
Pengembangan
daerah aliran sungai
Daerah aliran sungi (DAS)
merupakan daerah peka terhadap kerusakan dan pencemaran, karenanya seringnya
pengikisan lapisan tanah oleh arus sungai.
d.
Pengolahan
air limbah
Sumber
air limbah dapat berasal dari rumah tangga, industri dan pabrik. Air limbah
yang dibuang ke tanah bisa merembes, masuk ke tanah bercampur dengan air tanah.
Hal itu bearti bukan tanah saja yang tercemar, tetapi juga air bawah permukaan
tanah.
e.
Penertiban
pembuangan sampah
Sampah dapat menimbulkan
permasalahan, seperti sarang penyakit, menimbulkan bau busuk, dan mengganggu
pandangan mata. Oleh sebab itu, buanglah sampah pada tempat yang telah
ditentukan jangan membuang sampah di sembarang tempat. Tempat penimbunan sampah
yang terakhir jangan sampai mengganggu lingkungan kehidupan. Di samping itu
perlu dipikirkan pula cara pemusnahan sampahnya.
3. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan
Prinsip Mengurangi
Guna memenuhi kebutuhan
hidupnya, manusia memerlukan berbagai sumber daya alam. Baik sumber alam yang
bersifat hasil tambang, energi maupun hayati.Dalam mengambil sumber daya alam
jangan diambil semuanya (dihabiskan), tetapi berrprinsip mengurangi saja. Pengambilan yang
dihabiskan akan merusak lingkungan dan mengganggu ekosistem lingkungan.
Sumber daya alam mempunyai sifat saling
bergantung satu sama lain. Dengan demikian, suatu tindakan terhadap suatu
sumber daya alam, efeknya akan terasa pada sumber daya alam yang lain. Rusaknya
hutan akan mempengaruhi ekosistem, sehingga dapat menyebabkan terjadinya erosi,
banjir, kekeringan, dan sebagainya.
4. Pengelolaan
Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur Ulang
Dengan teknologi maju, manusia dapat
memanfaatkan sampah untuk dijadikan kerta ataupun pupuk organis. Sampah-sampah
yang berasal dari organic dapat diproses menjadi pupuk organic dan digunakan
untuk memupuk tanah. Tanah sebagai sumber daya alam kemudian ditanami tanaman
produksi. Setelah tanaman mati, daun-daunnya dapat diolah kembali menjadi pupuk
setelah melalui proses daur ulang.
Proses daur ulang adalah pengolahan
kembali suatu massaatau bahan-bahan dalam bentuk sampah kering yang tidak
mempunyai nilai ekonomi menjadi suatu barang yang berharga dan berguna bagi
kehidupan manusia. Bahan-bahan bekas tersebut, antara lain, plastic, kertas,
karton, kardus, seng, besi, logam, aluminium, kaleng, serbuk gergaji, potongan
kain, kaca dan kulit.
Bahan baku daur ulang yang
berupa sampah, pada umumnya dianggap tidak berguna dan tidak mempunyai nilai
ekonomi. Sampah tersebut biasanya digolongkan sebagai sampah anorganik yang
tidak dapat diproses secara alamiah. Sampah tersebut harus diolah melalui suatu
proses, menjadi barang yang bermanfaat dan memiliki nilai ekonomi. Bahkan,
dapat digunakan kembali sebagaimana layaknya semula.
Sampah yang bersumber dari bahan organik
berupa sayuran, sisa makanan, pertanian, perkebunan, dan peternakan digolongkan
sebagai sampah basah (sampah organic) yang dapat diproses secara alamiah.
Misalnya dijadikan bahan baku untuk pembuatan kompos. Hal ini
merupakan salah satu model pengelolaan sampah (waste management).
Ada dua sistem
pengelolaan sampah, yaitu sistem pengelolaan formal dan informal.
a.
Sistem
pengelolaan formal
Pengelolaan formal yakni pengumpulan,
pengangkutan, dan pembuangan yang dilakukan oleh aparat pemerintah setempat,
misalnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Sistem ini memandang samaph sebagai
beban lingkungan, sehingga memerlukan dana dan tenaga yang besar. Walaupun ada
Program Adipura, namun kenyataannya masalah sampah tidak pernah terselesaikan
secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh rendahnya partisipasi masyarakat dalam
penanganan sampah.
b.
Sistem
pengelolaan informal
Pengelolaan
informal yakni aktivitas yang dilakukan oleh dorongan kebutuhan untuk hidup
dari sebagian masyarakat. Secara tidak sadar mereka berperan serta dalam
kebersihan kota, seperti pemulung dan insdutri daur ulang, baik jenis
kertas, plastik, kaleng, seng, botol, kardus, dan lain-lain. Mereka memandang
sampah sebagai sumber daya ekonomi. Mereka ini sebenarnya juga merupakan
pendekar lingkungan.
Dalam usaha mengurangi samapah melalui
teknik daur ulang, tidak sama perlakuannya untuk semua jenis sampah. Daur ulang
dapat diakukan secara individu atau kelompok, misalnya industri daur ulang
kaleng, plastik, kertas, kaca, logam, aluminium, dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan
dengan skala industri, karena investasinya cukup besar. Pengelolaan yang dapat
dilakukan secara individu atau kelompok kecil dan investasinya relative murah
adalah mendaur ulang besi. Bahan bakunya berlimpah, ekonomis, dan cara
pembuatannya sederhana.
Proses daur ulang sebenarnya juga
merupakan salah satu cara menghemat sumber daya alam, Sebagai contoh, pada daur
ulang kertas. Jika kita mendaur ulang kertas, maka berarti kita telah menghemat
dan mengurangi terjadinya penebangan hutan. Selin menghemat dan menyelamatkan
hutan, dengan mendaur ulang kertas, juga berarti mengurangi penumpukan sampah.
C. PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM SECARA EKOEFISIEN
Dalam memanfaatkan sumber daya alam, manusia
perlu berdasar pada prinsip ekoefisien. Artinya tidak merusak ekosistem,
pengambilan secara efisien, dan memikirkan kelanjutan sumber daya alam itu.
Pembangunan yang berkelanjutan bertujuan
pada terwujudnya keberadaan sumber daya alam untuk mendukung kesejahteraan
manusia. Hal itu berarti, prioritas utama pengelolaan sumber daya alam adalah
pada upaya pelestarian lingkungan.
Ada dua pendapat mengenai pengelolaan sumber
daya alam yang berkelanjutan. Pendapat pertama dikemukakan oleh praktisi
pembangunan dan pendapat kedua oleh para praktisi lingkungan (environment).
Menurut para praktisi pembangunan,
pembangunan yang bekelanjutan bertujuan pada tersedianya sistem program,
sarana-prasarana, sumber daya manusia, dan dana untuk memenuhi kesejahteraan
manusia. Pendapat ini menekankan pada upaya penggunaan sela sumber daya yang
ada untuk pelaksanaan pembangunan.
Menurut para praktisi lingkungan, pembangunan
yang berkelanjutan harus memikirkan kelestarian sumber daya alam untuk masa
yang akan dating. Pendapat ini menekankan pada pelestarian sumber daya alam.
Kedua pendapat tersebut memiliki keuntungan.
Perbedaanya, praktisi pembangunan menekankan keuntungan ekonomis secara cepat /
singkat. Sementara praktisi lingkungan menekankan keuntungan ekonomis jangka
panjang.
Agar kita bisa menikmati keuntungan maksimal,
sebaiknya kita gunakan kedua pendapat praktisi tersebut. Dengan begitu, kita
akan mendapat keuntungan pemanfaatan sumber daya alam yang ekonomis pada saat
ini hingga masa yang akan datang.
Dalam pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan
berbagai upaya berikut :
a. menyatukan persepsi
tentang pelestarian / konservasi biosfer
b. menstabilkan populasi bumi
baik di darat maupun di laut.
c. melanjutkan dan
mengamankan penggunaan sumber daya
d. menggunakan sumber daya
secara efisien dan tidak membahayakan biosfer
e. mengembangkan
dan menerapkan teknologi maju untuk mendukung pengelolaan dan pengembangan
lingkungan.
f. Mendukung
program ekonomi baru yang memiliki strategi berkelanjutan dalam pengelolaan
sumber daya dan pengembangan lingkungan.
g. mengefektifkan
implementasi peraturan-peraturan konservasi keanekaragaman hayati.
Dunia pendidikan berperan strategis
dalam mendukung, mengimplementasikan dan mengembangkan program pembangunan
berkelanjutan. Anak didik harus dibekali hal-hal berikut :
1.
Ilmu dan teknologi yang berhubungan dengan permasalahan/siu lingkungan
global.
2. Menyusun kesatuan materi ajar yang terkait
dengan ilmu dan teknologi kemasyarakatan.
3.
Melakukan pendekatan terintegrasi untuk pembelajaran isu lingkungan.
4.
Melibatkan dukungan public dalam melaksanakan kegiatan studi mengenai
lingkungan.
Kebutuhan Manusia dan Kualitas Lingkungan
Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas
dari keterikatan pada lingkungan dan sumber daya yang terkandung di dalamnya.
Keterikatan ini terjadi karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia
memerlukan sumber daya.
Manusia, baik secara pribadi maupun berkelompok,
menginginkan pemenuhan bahkan pemuasan tingkat kebutuhannya yang makin tinggi.
Harapan tersebut dapat tercapai apabila sumber daya alam masih mampu mendukung
pemenuhan kebutuhan manusia yang terus meningkat. Dengan kata lain, dapat
dinyatakan bahwa daya dukung lingkungan masih memadai untuk mendukung pemenuhan
kebutuhan populasi.
Daya dukung adalah kemampuan dukungan maksimum lingkungan
terhadap populasi dari spesies tertentu dalam suatu habitat tertentu, tanpa
berdampak mengganggu produktivitas habitat tersebut. Oleh karena itu, daya
dukung bukanlah berfokus pada maksimum populasi, tetapi pada maksismum beban
lingkungan yang dapat terjaga.
Lingkungan hidup terdiri dari berbagai komponen /
unsur. Apabila salah satu komponen lingkungan hidup mengalami kepunahan maka
keharmonisan lingkungan itu akan terganggu.
Beberapa faktor bisa mempengaruhi lingkungan hidup
adalah sebagai berikut
1. Jenis dan jumlah tiap unsur lingkungan hidup
2. Hubungan atau interaksi
antar unsur dalam lingkungan hidup. Interaksi ini tidak hanya menyangkut
komponen
biofisik saja melainkan juga hubungan
sosial, karena unsur-unsur lingkungan hidup memiliki sifat dinamis.
3. Pola perilaku dan kondisi
lingkungan hidup.
4. Faktor non material, misalnya
suhu, iklim, dan cuaca
Meningkatnya jumlah penduduk bumi menyebabkan
peningkatan berbagai kebutuhan, mulai dari pangan, sandang, maupun permukiman.
Dibutuhkan juga sumber daya alam lainnya seperti tanah, air, energi, mineral
dan lainnya yang diambil dari persediaan sumber daya alam di bumi. Semula
kehidupan manusia bumi dikuasai oleh alam, namun dengan munculnya etika Barat
lahirlah sistem nilai. Yang hakikatnya memandang bahwa manusialah yang
menguasai dan menjadi pusat (antroposentris). Dalam sistem nilai seperti ini
lahirlah anggapan bahwa apa yang di bumi ini segala-galanya adalah untuk
manusia. Disamping kebutuhan tersebut maka pada manusia terdapat keinginan-keinginan
agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Eksploitasi sumber daya alam yang
berlebihan untuk kepentingan manusia menyebabkan menipisnya persediaan sumber
daya alam. Bahkan sisa-sisa pengolahan berbagai barang akhirnya menimbulkan
berbagai bencana.
Berbagai gangguan lingkungan yang mengancam
kehidupan tersebut menarik perhatian para ahli. The Club of Rome dalam
penelitiannya berhasil menemukan adanya limafaktor yang saling berkaitan
dan berkembang secara eksponensial yang menyebabkan rusaknya lingkungan. Kelima
factor tersebut adalah pertumbuhan penduduk, pemingkatan produksi pertanian,
pengembangan industri, pencemaran lingkungan, dan konsumsi sumber-sumber alam
yang tidak dapat diperbarui makin meningkat. Bila kelima faktor tersebut tidak
diperhatikan, tidak dikelola dengan baik, dan tidak segera diatasi permasalahan
yang timbul, maka diperkirakan pada tahun 2100 mendatang manusia akan
dihadapkan dengan kehancuran bumi tempat tinggalnya. Hal tersebut akan diawali
dengan munculnya berbagai bencana yang mengganggu kehidupan manusia.
DESA
TENGANAN DI BALI DI LEMBAH GUNUNG
DESA PERKEBUNAN DI BERANGBANG, BALI ( PERKEBUNAN DG SUBAK )
PETERNAKAN DOMBA DI CIBITUNG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar