Guru dan anak didik adalah dua figur yang selalu
dibicarakan dan tidak pernah absen dari pembicaraan masyarakat. Guru tidak
hanya disanjung keberadaannya tetapi juga dicaci maki dengan sinis hanya karena
kealpaannya berbuat kebajikan. Keburukan prilaku anak didik cenderung
diindikasikan sebagai kegagalan
guru dalam membimbing dan memotivasi potensi
dan kreatifitas anak didik. Pada dasarnya guru bukan satu – satunya sumber
untuk memotivasi anak melainkan orang tua dan masyarakat juga harus ikut
membantu dalam pengembangan kreatifitas individu.
Pada
hakekatnya semua anak yang terlahir didunia ini telah dibekali berbagai potensi[1]
yaitu potensi berupa akal yang dapat dikembangkan kreatifitasnya.
Seiring
dengan berkembangnya ilmu dan teknologi pada zaman sekarang maka sangat
diperlukan sumber manusia yang mempunyai kreatifitas yang tinggi. “ manusia yang kreatif adalah
manusia yang dapat bersaing dan dapat memunculkan kreasi – kreasi baru ”[2]
Di
dalam menumbuh kembangkan kemampuan untuk bersaing dan memunculkan kreasi –
kreasi dan inisiatif baru tersebut sangat diperlukan latihan – latihan dan bimbingan untuk
memotivasinya seperti yang diungkapkan oleh Hasan Langgulung :
“ Sangat penting bagi
anak didik untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya, karena pada dasarnya
kreatif bukan merupakan bakat alamiah
melainkan suatu potensi yang dapat ditumbuhkan dan dilatih “[3].
Mengapa kreatifitas itu penting dan bermakna dalam hidup dan mengapa
kreatifitas perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak didik ?.
Pertama; Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan
diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia dan
sekaligus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.[4] Kedua; Kreatifitas atau berpikir kreatif
sebagai kemampuan untuk melihat bermacam – macam kemungkinan dalam
menyelesaikan suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sangat diharapkan
dan sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidikan.[5] Ketiga; Anak berbakat kreatif merupakan
sumber daya manusia yang berkualitas yang harus digali dan diperhatikan lebih
khusus dan selalu dikembangkan.
Berdasarkan pertimbangan di atas inilah guru
menyadari pentingnya usaha untuk memotivasi dalam membimbing dan mengembangkan
kreatifitas belajar siswa. Berbagai macam cara misalnya hadiah, penghargaan,
peranan – peranan kehormatan, piagam prestasi pujian dan lain – lain selalu
digunakann untuk memotivasi perubahan – perubahan dalam tingkah laku siswa.
Di
sekolah guru merupakan pribadi kunci yang menjadi panutan utama bagi anak
didik. Semua sikap dn prilakunya akan dilihat, didengar dan ditiru oleh anak
didik. Maka sangat tepat apabila guru menjadi pribadi kunci untuk menggali dan
memotivasi kreatifitas belajar bagi anak didik.
Permasalahannya
adalah bagaimana usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa, padahal
fenomena yang terjadi sekarang adalah belum tentu semua peserta didik ataupun
guru itu kreatif. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan bimbingan agar mereka
mampu berkreasi sebagai usaha untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini
sekolah merupakan sarana yang tepat untuk menumbuh kembangkan kreatifitas
belajar siswa.
Berangkat
dari permasalah diatas penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah yang
berjudul : “ Usaha Guru dalam Memotivasi Kreatifitas Belajar Siswa di Madrasah
Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Ajaran 2005 / 2006 “.
A.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas,
maka pembahasan pada karya ilmiah ini adalah :
1.
Bagaimana kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah
Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?
2.
Bagaimana usaha guru dalam memotivasi kreatifitas
belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?
3.
Bagaimana hasil usaha guru dalam memotivasi kreatifitas
belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?
B.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui kreatifitas belajar siswa di Madrasah
Aliyah Negeri ( MAN )
Mejayan Madiun.
2.
Untuk mengetahui usaha guru dalam memotivasi
kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
3.
Untuk mengetahui hasil usaha guru dalam memotivasi
kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
C.
Manfaat Penelitian
Dari pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai :
1.
Secara teoritis untuk kepentingan studi ilmiah dan
sebagai acuhan guna penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai usaha guru dalam
memotivasi kreatifitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
2.
Secara praktis sebagai tambahan pengetahuan tentang
pendidikan khususnya bagi peneliti dan bagi guru dalam usaha memotivasi
kreatifitas belajar siswa baik di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun
maupun lembaga pendidikan yang lain serta sebagai bahan informasi pendidikan.
D.
Batasan Masalah
Adapun pembahasan dalam karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1.
Kreatifitas belajar siswa kelas II di MAN Mejayan
Madiun tahun 2002 / 2003.
2.
Usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa
kelas II MAN Mejayan Madiun tahun 2002 / 2003.
E.
Metode Penelitian
a.
Pola Penelitian
Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.
b.
Lokasi Penelitian
Adapun lokasi
penelitian ini Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
c.
Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi
subjek dari penelitian ini adalah keseluruhan yang terlibat dalam proses
belajar mengajar di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun tahun 2002 /
2003.
d.
Sumber Data
Yang menjadi sumber
data dari penelitian ini adalah :
1.
Responden
Semua guru dan siswa di Madrasah Aliyah Negeri (
MAN ) Mejayan Madiun.
2.
Informan
Yang dimaksud informan
dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Karyawan Madrasah Aliyah Negeri
( MAN ) Mejayan Madiun.
3.
Dokumentasi
Yaitu sumber data yang
meliputi : arsip – arsip, gambar – gambar, yang sudah terhimpun maupun belum di
Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
e.
Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkn data
yang diperlukan maka digunakan beberapa metode dalam penelitian antara lain :
1.
Observasi
Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada
objek penelitian.
2.
Interview
Merupakan alat
pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan
untuk dijawab dengan lisan pula. Dalam hal ini yang bersangkutan adalah Kepala
Sekolah dan Karyawan.
3.
Angket
Yaitu suatu cara untuk
mendapatkan data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk
menjawab secara tertulis pula oleh responden.
4.
Dokumenter
Yaitu mengumpulkan
data melalui peninggalan tertulis, seperti
arsip – arsip, buku – buku tentang pendapat, teori dalil dan hukum yang
berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.
F.
Sistematik Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pemahaman karya ilmiah ini
sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
Bab
Pertama, berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan masalah, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, berisi tentang kajian kepustakaan mengenai
usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa antara lain tentang
pengertian motivasi, pengertian guru, kreatifitas belajar siswa, faktor –
faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajar siswa, kendala – kendala yang
dihadapi dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa dan cara mengatasinya.
Bab
Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri keadaan umum objek penelitian dan
data khusus yaitu usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa.
Bab
Keempat adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN
KEPUSTAKAAN
A. Motivasi
1.
Pengertian Motivasi
Menurut
Sudirman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi menjelaskan bahwa motivasi adalah
rangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang
itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia tidak
melakukannya.[6]
Dalam
kegiatan belajar motif dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di
dalam diri siswa misalnya motivasi belajar, berarti merupakan faktor non intelektual
atau penumbuh semangat dan gairah belajar.
2.
Macam – macam Motivasi
Macam – macam motivasi
dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari dua macam yaitu :
a.
Motivasi pembawaan / motivasi intrinsik yaitu motif
yang dibawa sejak lahir tanpa dipelajari, contoh dorongan untuk makan, minum,
hubungan sek dan lain – lain.
b.
Motivasi ekstrinsik / motivasi dari luar yaitu motif
yang timbul karena dipelajari misalnya dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan
tertentu, dorongan untuk mengajar di suatu lembaga masyarakat.[7]
3.
Fungsi Motivasi
Setelah
mengetahui beberapa definisi dan macam – macam motivasi maka ada beberapa
fungsi dari motivasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a.
Mendorong seseorang untuk bertindak atau berbuat. Dalam
hal ini motivasi tersebut berperan sebagai penggerak atau motor setiap kegiatan
atau pekerjaan.
b.
Menentukan arah perbuatan, yakni mengarahkan pada
tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan
kegiatan sesuai dengan kegiatan.
c.
Menyeleksi perbuatan yaitu : menentukan perbuatan –
perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[8]
Kemudian
untuk membangkitkan hal tersebut khususnya dalam hal belajar, M. Usman
mengemukakan beberapa cara diantaranya :
a.
Kompetisi ( persaingan )
Guru berusaha
menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
b.
Pace making ( membuat
tujuan sementara atau skor )
Menyampaikan tujuan
instruksional khusus yang hendak dicapai.
c.
Tujuan yang jelas
Karena
makin jelas tujuan, makin bisa pula dorongan bagi siswa / orang untuk
mencapainya.
d.
Kesempurnaan untuk sukses
Dalam hal ini guru
berusaha mendorong siswa untuk sukses dengan usahanya sendiri.
e.
Minat yang besar
Motif akan timbul jika
individu memiliki minat yang besar / kuat.
f.
Mengadakan penilaian atau tes
Pada siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan
bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi bila
guru menyatakan bahwa lusa akan ada ulangan barulah siswa giat belajar. Jadi
dalam hal ini, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.[9]
B.
Guru
1.
Pengertian Guru
Pandangan
sederhana tentang guru secara umum adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik. Menurut pandangan Balnadi Sutadi Pura yang
dikutip oleh Syafrudin Nurdin bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan
ditiru.[10]
Sedangkan
menurut Muhubin Syah yang mengutib dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru
adalah orang yang pekerjaannya ( mata pencahariannya ) mengajar. Dalam hal ini
bukan berarti hanya orang yang sehari – hari mengajar di sekolah melainkan juga
yang mempunyai status sebagai Kyai di Pondok Pesantren, Instruktur di Balai
Pendidikan dan Pelatihan dan pesilat di padepokan.[11]
Selain
pengertian di atas menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan guru adalah
seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak
didik sehingga menunjang hubungan sebaik – baiknya dengan anak didik, sehingga
menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut
agama, kebudayaan dan juga keilmuan.[12]
Berdasarkan
sejumlah pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru bukanlah hanya
sekedar seorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada murid – murid,
melainkan seorang tenaga profesional yang diharapkan mampu merencanakan,
menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapi dalam hal ini “ seorang guru
hendaklah bercita – cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian baik, dan
mampu dijadikan teladan bagi anak didik.[13]
2.
Guru Yang Kreatif
Kreatifitas
adalah kemampuan untuk melahirkan pola – pola yang baru atas dasar prakarsa dan
inisiatif sendiri.[14] Dari pengertian di atas seorang guru harus
mampu memunculkan kreasi – kreasi yang baru untuk mengembangkan kreatifitas
belajar siswa.
Untuk
mengetahui seorang guru itu kreatif atau tidak Umar Hamalik menyebutkan ciri
orang yang kreatif antara lain :
a.
Lancar berbicara dan kaya akan ide
b.
Fleksibel dan adaptif
c.
Bersifat inventif dan berfikir divergen
d.
Memiliki ingatan yang baik dan berfikir asosiatif
e.
Cenderung memiliki sifat humor dan melucu
f.
Sering tidak menyukai hal – hal yang lazim
g.
Memiliki pandangan yang baik tentang dirinya[15]
Untuk
melengkapan penjelasan di atas maka dikemukakan tingkat – tingkat dalam
kreatifitas menurut Conni R dkk dalam bukunya yang berjudul Dimensi Kreatif,
adapun tingkat yang dimaksud adalah :
1)
Tingkat Kreatifitas
Yang disebut tingkat
kreatif ditandai oleh ciri – ciri timbulnya pemikiran yang difergen dan baru
secara intuitif, atau penemuan pemikiran baru yang hidup di masyarakat itu,
dari segi efektif kehidupan tingkat ini ditandai oleh keterbukaan dan toleransi
terhadap keraguan tentang sesuatu, kehidupan perasaan ditandai oleh kepercayaan
pada diri dalam menghadapi tantangan.
2)
Tingkat Psikodelik
Yang disebut tingkat
psikodelik atau perluasan pikiran dan perasaan ( expansion of mind and
emotion ) ditandai oleh pengembangan kesadaran untuk menjangkau yang tak
terbatas.
3)
Tingkat Iluminatif
Yaitu tingkat
imajinatif, pada tingkat ini sudah ada suatu perkembangan produk ( hasil,
produk development ) ciri utama dari produk development adalah sudah
teresapinya empat tahap. Diantara empat tahap yang dimaksud adalah :
a.
Tahap Persiapan
Pada tahap ini ide
itu datang dan timbul dari berbagai kemungkinan seperti ketrampilan, keahlian,
ilmu pengetahuan tertentu sebagaimana sumber ide atau inisiatif itu lahir.
b.
Tahap Inkubasi
Pada masa ini
diharapkan adanya suatu pemahaman terhadap ide yang timbul.
c.
Tahap Iluminasi ( tingkat penemuan saat inspirasi yang
tadi diperoleh, dikelola menuju pada hasil tertentu ).
d.
Tahap Verifikasi ( perbaikan dari keluarnya ide yang
lalu )[16]
Berdasarkan penjelasan
tentang guru dan berbagai penjelasan tentang kreatifitas di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud guru yang kreatif adalah guru yang mampu
bersaing dan mampu menciptakan sesuatu yang baru yang dapat dimanfaatkan oleh
dirinya sendiri dan peserta didik berdasarkan prakarsa dan inisiatif sendiri
serta memiliki ciri – ciri yang telah dijelaskan di atas, dan juga mampu
mengajar secara kreatif.
C.
Kreatifitas Belajar Siswa
Kreatifitas
adalah kemampuan untuk melahirkan pola – pola, gerak – gerak yang baru atas
dasar prakarsa dan inisiatif sendiri ( mampu memunculkan kreasi yang baru ).
Secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Jamarah bahwa belajar
adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan
atau pengalaman.[17]
Sedangkan
menurut Slamet, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil individu dalam interaksi dengan lingkungan.[18]
Dari
pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang
harus ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan
baik fisik maupun jiwa dengan masuknya kesan – kesan baru kemudian menghasilkan
tingkah laku ( perubahan ) sebagai hasil dari pengalaman tertentu yang
menyangkut ranah kognitif ( pengetahuan ), afektif ( ketrampilan ) dan
psikomotorik ( penanaman sikap ). Ketiga hasil belajar ini merupakan tiga hal
yang diharapkan dimiliki oleh semua peserta didik sebab jika seseorang
mempunyai pengetahuan yang luas, kepribadian yang baik dan kelakuan yang baik
maka peserta didik tersebut berarti telah mengalami suatu bentuk belajar yang
membawa pada perubahan.
Adapun
yang dimaksud dengan siswa atau peserta didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan
pendidikan ( dalam interaksi edukatif ).[19]
Dari
penjelasan di atas tentang kreatifitas, belajar dan siswa maka dapat diambil
kesimpulan bahwa kreatifitas belajar siswa adalah pola – pola, gerak – gerik
atau gagasan – gagasan yang baru berdasarkan prakarsa atau inisiatif sendiri
dalam rangka mendapatkan perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan lingkungan baik yang terjadi di sekolah
maupun diluar sekolah.
D.
Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas Belajar
Siswa
Faktor yang
mempengaruhi kreatifitas belajar siswa ada dua yaitu :
1.
Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu
sendiri ( pembawaan / gen )
Yaitu
kreatifitas seseorang muncul dari pembawaan itu sendiri atau genetika meskipun
tanpa ada rangsangan ( pendidikan ) dari luar. Hal ini dapat diketahui jika ada
seorang anak yang mempunyai orang tua kreatif maka besar kemungkinan anak
tersebut juga kreatif yang disebabkan gen atau pembawaan dari orang tuanya.[20]
2.
Faktor dari luar yaitu lingkungan
Lingkungan
yang dimaksud ada 3 yaitu (a) lingkungan
keluarga : lingkungan bersama ayah, ibu dan anak ; (b) lingkungan sekolah yang
terdiri dari institusi, guru, proses kegiatan belajar mengajar, sarana dan
prasarana untuk mengembangkan kreatifitas belajar anak atau siswa ; (c)
masyarakat yaitu sekelompok orang yang mendiami suatu daerah tertentu dengan
menjalankan aturan atau norma tertentu.[21]
Dari
penjelasan faktor – faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajar di atas tidak
ada faktor yang paling mendominasi diantara kedua faktor diatas karena antara
faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi antar yang satu dengan
lainnya.
E.
Kendala – kendala Dalam Memotivasi Kreatifitas
Belajar Siswa
Adapun kendala – kendala dalam memotivasi kreativitas belajar
anak terdiri dari kendala internal dan kendala eksternal.[22]
Kendala
internal meliputi : persepsi, emosi, imajinasi, intelektual sedangkan kendala
eksternal meliputi :
a.
Kendala Budaya
Seseorang sangat
dipengaruhi oleh pola – pola budaya masyarakat dan kekuatan sosial budaya ini
akan mempengaruhi perkembangan perilaku, perasaan, sikap interaksi, sistem
nilai, pendidikan, norma bahkan semua aspek kehidupan siswa.
Dari aspek ini seorang
guru harus mampu memberikan pelajaran yang dapat mengarahkan dan memilih budaya
yang cocok dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.
Kendala Lingkungan
Yang dimaksud
lingkungan disini adalah lingkungan keluarga, lingkungan bermain, ataupun
lingkungan kerja. Lingkungan ini sangat menentukan dalam membentuk pribadi
siswa.
F.
Cara Mengatasi Kendala – kendala Dalam
Memotivasi Kreatifitas Belajar Siswa
Pada
dasarnya cara untuk mengatasi dan menghindari kendala – kendala yang dihadapi
oleh seorang guru dalam usaha memotivasi kreativitas belajar siswa tergantung
pada jenis kendala itu sendiri, baik kendala internal maupun kendala internal.
Dalam
hal ini ada beberapa cara dan strategi yang secara umum dapat digunakan untuk
membantu kinerja kreatif, antara lain :
1.
Mengubah cara berpikir verbal menjadi non verbal.
Untuk mengubah cara
berpikir tersebut seorang guru harus mampu menerangkan atau menjelaskan secara
detail tentang objek pembicaraan sekaligus memberi contoh – contoh yang konkrit
kepada siswa. Misalnya dengan menggunakan berfikir visual ( gambaran atau
bayangan ) sehingga siswa seolah – olah mengalami sendiri tentang objek
tersebut.
2.
Mempunyai sikap mempertanyakan dan menyelidiki
Guru harus selalu
mempunyai rasa ingin tahu ( bertanya ) tentang perkembangan anak didiknya.
Dengan sikap tersebut maka akan muncul sikap kreatif baik dari guru maupun dari
siswa.
3.
Kelancaran dan kelenturan dalam berpikir
Hal ini sangat
menentukan dalam menghadapi kendala yang dialami oleh siswa dan mampu mencari
alternatif penyelesaian dalam memecahkan masalah.
4.
Menggunakan teknik – teknik kreatif [23]
Teknik – teknik kreatif
tersebut meliputi :
a.
Teknik kreatif tingkat pertama yang terdiri dari
pemanasan, sumbang saran, pertanyaan yang memicu gagasan.
b.
Teknik kreatif tingkat kedua meliputi : Pertama,
Synectic yaitu teknik berpikir menggunakan kiasan untuk membantu pemikir
menganalisis masalah dan mengembangkan berbagai sudut tinjauan. Kedua,
Futuristic yaitu cara berpikir dengan pandangan tentang berbagai perubahan yang
terjadi di masa depan. Misalnya membekali siswa dengan ketrampilan yang sesuai
dengan masa depan.
c.
Teknik kreatif tingkat ketiga, meliputi tahap penemuan
fakta, tahap menemukan masalah, tahap menemukan gagasan, tahap penilaian dan
tahap pelaksanaan.[24]
Dari penjelasan di atas
dapat diketahui bahwa meskipun usaha guru dalam memotivasi kreativitas belajar
terdapat kendala secara teoritis maupun praktis bukan berarti bahwa kendala
tersebut mengakibatkan kegagalan bagi usaha guru dalam memotivasi anak,
melainkan menjadikan pengetahuan dan juga kewaspadaan seorang guru dalam
menjalankan tugasnya. Karena pada dasarnya baik yang kecil maupun yang besar,
ringan maupun yang berat akan terdapat kendala dan rintangan dan semua itu
harus diatasi dengan baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
[1] Syaifuk
Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka
Cipta, Jakarta, 2000, hal 1.
[2] H.A.R.
Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Tera Indonesia,
Magelang, 1998, hal 409.
[3] Hasan
Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Al Husna Dzikra, Jakarta, 1995, hal
249.
[5] Noeng
Muhadjir, Ilmu Pendidikan, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1993, hal 82 – 83.
[6]
Sudirman, Interaksi dan Motivasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996,
hal 75.
[7] Ibid, hal 85.
[8] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung, 1997, hal 70.
[9] Moh.
Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995,
hal 29.
[10]
Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat
Pers, Jakarta, 2002, hal 7.
[11] Ahmad
Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda Karya,
Bandung, 1993, hal 75.
[12] Ibid.
hal 8.
[13] Ibid.
hal 10.
[14] W.S.
Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta, 1984, hal 154.
[15] Oemar
Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 2000, hal
147.
[16] Conny
R, dkk, Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu, Remadja Karya, Bandung,
1998, hal 68.
[17] Syaiful
Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hal 12.
[18] Ibid.
13
[19] Syaiful
Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik, hal
51.
[20] Utami
Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta,
1999, hal 79.
[21] Ibid.
hal 119.
[22] Utami
Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, hal 231 – 232.
[23] Ibid.
hal 232.
[24] Ibid.
hal 213.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar