MOTIVASI
BELAJAR DALAM SUATU TEORI PEMBELAJARAN DI KELAS
Oleh :
ADI SUPRAYITNO
SMAN 6 MADIUN
A.
Motivasi Belajar
1.
Pengertian Motivasi Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, motivasi diartikan sebagai suatu kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu. Demikian setiap orang yang sempurna akalnya dapat dipastikan
mempunyai keinginan. Apakah keinginan untuk memiliki atau sekedar mendapat
sesuatu yang disenangi. Orang melakukan aktifitas dikarenakan ada motivasi atau
kemauan. Tanpa didahului adanya motivasi tentu tidak akan terlaksana.
Adapun pengertian belajar
yaitu apabila ingin mengerti dan memahami sesuatu harus belajar terlebih
dahulu. Itulah serangkaian kata-kata yang sering kita dengar. Tentang
pengertian belajar ada sejumlah ahli telah berusaha memberikan rumusan atau
definisi belajar, diantaranya Ischak (1988 : 34) mengatakan bahwa : ”belajar
adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang relatif tetap, diperoleh
karena pengalaman, perubahan tersebut dapat diukur, perubahan itu secara
fungsional harus bermakna.” Dengan demikian merupakan perubahan dari suatu
abilitas ke abilitas lain.
Seseorang akan berhasil dalam
belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau
dorongan untuk belajar ini disebut motivasi. Berikut ini penulis berikan
beberapa definisi motivasi.
Raths (1971 : 419)
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu hal yang penting dan menentukan untuk
mengarahkan seseorang serta
mengendalikan perbuatannya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki. Begitu juga,
Ardhana (1989 : 3) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu unsur yang
sangat penting dalam proses pendidikan maupun proses menjalankan tugas dalam
kehidupan sehari-hari.
Melihat pentingnya motivasi
dalam kehidupan, para ahli telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
berhubungan dengan motivasi, baik dalam bidang pendidikan, bidang
ketenaga-kerjaan, maupun dalam bidang lain yang menyangkut kehidupan manusia.
Para ahli tersebut antara
lain, misalnya Good dan kawan-kawan (Good dan Jere B. Brophy, 1986 ; Mark dan
Thomburg, H 1984) menegaskan bahwa motivasi sebagai suatu energi penggerak,
pengarah dan memperkuat tingkah laku. Para ahli itu mengumpamakan motivasi
sebagai bahan bakar dalam beroperasinya motor bensin. Tidak menjadi berarti,
betapapun baiknya mesin dan penyetelannya kalau bahan bakarnya tidak sama. Sama
halnya dengan betapapun tingginya kemampuan intelektual atau bakat siswa, bila
diajar materi IPA tanpa dilengkapi media pembelajaran, siswa kurang termotivasi
untuk belajar secara optimal. Dalam kajian ini diharapkan penggunaan media
model dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan gambaran singkat
diatas, betapa pentingnya motivasi dalam proses belajar. Selanjutnya Hudojo
(1981 : 30) menyimpulkan bahwa motivasi merupakan kunci keberhasilan belajar
seseorang.
Suryobroto (1984 : 70)
mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat
tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong
individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan
yang diinginkan. Begitu juga, Winskel (1987 : 92) mengemukakan motif adalah
daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi tercapainya tujuan.
Dari konsep-konsep motivasi
diatas, terlihat bahwa makna motivasi ini sangatlah besar pengaruhnya. Namun
demikian, konsep motivasi tersebut memiliki konsep yang sama, yakni motivasi
adalah pendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu yang dikehendaki.
Dengan kata lain, motivasi adalah keseluruhan atau totalitas kekuatan yang
tersembunyi dalam diri seseorang, yang dapat seseorang itu mengerahkan tenaga
atau energinya untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, dibanding yang
sebelumnya dalam mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi adalah identik dengan
pendorong atau penggerak yang ada dalam diri seseorang, sehingga ia dapat
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang dikehendakinya, dalam hal ini guna meningkatkan
motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar adalah
pelaksanaan atau penerapan motivasi di bidang pendidikan, khususnya yang
menyangkut proses belajar mengajar. Winskel (1987 : 94) mengemukakan bahwa
motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa
yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar
itu demi tercapainya tujuan maksud yang sama, Sardiman (1986 : 45) mengemukakan
bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual, dan
penerapannya yang khas yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat
dalam belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan perolehan belajar.
begitu juga, Ardhana (1990 : 21) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu
faktor yang sangat penting dalam mencapai suatu prestasi, baik akademik maupun
prestasi dalam bidang lain.
Motivasi belajar yang
dikemukakan para ahli diatas, memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi
memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Serta memberikan arah
yang tepat, sesuai dengan kemampuannya guna mencapai suatu tujuan.
Siswa yang mempunyai motivasi
belajar rendah umumnya tertinggal pelajarannya, seringkali pula memiliki
kesalahan dalam belajar (Palardy, 1975 : 261). Sebaliknya, siswa yang mempunyai
motivasi tinggi akan memiliki banyak energinya untuk melakukan kegiatan belajar
(Sardiman, 1986 : 60).
Beberapa ciri siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi, dapat dikenal selama mengikuti proses
belajar-mengajar di kelas. Brown (1961 : 150) mengemukakan ada delapan ciri,
yaitu sebagai berikut : (1) tertarik pada guru, artinya tidak bersikap acuh tak
acuh, (2) tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, (3) antusiasme tinggi,
serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar, (4) ingin selalu tergabung dalam
satu kelompok kelas, (5) ingin identitas diri diakui orang lain, (6) tindakan
dan kebiasaannya, serta moralnya selalu dalam kontrol diri, (7) selalu
mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah, dan (8) selalu
terkontrol oleh lingkungan.
Berdasarkan kutipan diatas,
yang jelas motivasi adalah menyangkut suatu tingkah laku yang positif, dan
tidak mengarah kepada hal yang negatif. Sejalan dengan itu, Sardiman (1986 :
51) mengemukakan motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1)
tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja secara terus menerus dalam waktu yang
lama, (2) ulet menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa, dan tidak cepat
puas dengan prestasi yang diperolehnya, (3) menunjukkan minat terhadap
macam-macam masalah (belajar), sehingga kurang kreatif, (4) dapat
mempertahankan pendapatnya (kalau yakin akan sesuatu), (5) tidak mudah
melepaskan hal yang diyakini, serta (6) senang mencari dan memecahkan masalah.
Keller, dkk (1978)
mengemukakan bahwa motivasi belajar sebagai keinginan seseorang untuk mencapai
prestasi yang unggul. Motivasi belajar ini sebagai perluasan dari motivasi
intrinsik (Husen, dkk, 1985 : 342) yang mempunyai ciri-ciri sikap dan perilaku
seperti : ketekunan, keuletan, daya tahan, keberanian menghadapi tantangan,
kegairahan, dan kerja keras (Ardhana, 1990 : 4).
Selanjutnya, Keller (1979 :
32) menegaskan bahwa motivasi belajar itu berpangkal pada bahan pelajaran itu
sendiri, motivasi belajar itu ditentukan dalam situasi-situasi yang dibuat
pelajaran, bila pelajaran itu memiliki arti penuh, dan berhubungan erat dengan
realitas. Sejalan dengan itu Briggs (1964 : 189) juga menekankan bahwa motivasi
memegang peranan utama dalam belajar, siswa akan bekerja secara terarah dan
bersemangat.
Dari beberapa pendapat
mengenai motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya
penggerak dalam diri seseorang. Hal itu dapat dibangkitkan dengan menyediakan
kondisi dan situasi belajar-mengajar sebaik-baiknya. Dengan demikian,
menimbulkan kegairahan dan memberikan arah pada kegiatan itu, sehingga tujuan
yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
Jadi motivasi ekstrinsik
adalah bentuk motivasi dimana aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar (Sardiman, 1986 : 87).
Begitu juga, motivasi belajar
dapat pula berbentuk motivasi intrinsik yakni motif-motif yang menjadi aktif
dan fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuai ”intrinsik motivation are
inherent in the learning situation and meet pupil needs and purposes”,
motivasi intrinsik tidak dipisahkan dari situasi belajar dan dapat memenuhi
kebutuhan dan maksud-maksud siswa (Sardiman, 1986 : 88). Maksud yang sama,
dikemukakan Thornburgh (1984) motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak
yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Misalnya,
siswa belajar bahasa Inggris baik lisan maupun tertulis, bukan untuk mendapat
izin atau pujian orang tua.
Di dalam proses belajar siswa
yang bermotivasi intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya, yang tekun dan
mengerjakan tugas-tugas belajar karena butuh, dan ingin mencapai tujuan belajar
yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang
dipelajari, bukan karena ingin mendapatkan pujian dari guru. Berlyne (1996)
mengemukakan bahwa siswa yang bermotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih
baik dalam belajar daripada siswa termotivasi secara ekstrinsik. Siswa seperti
ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran
dengan benar, atau menegrjakan tugas-tugas belajar membentuk tantangan baginya,
dan ia terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas,
untuk menciptakan situasi dari kondisi yang menunjang bangkitnya motivasi
belajar siswa, guru dapat menggunakan strategis belajar tertentu, misalnya
dengan menggunakan media pengajaran dalam proses belajar-mengajar. Berbagai
media yang digunakan antara lain : media model, selain media biasa yang dipakai
seperti papan tulis. Sejauhmana keberhasilan guru membangkitkan motivasi
belajar siswa melalui penggunaan media tersebut, akan diuji dalam penelitian
ini, khususnya bagi siswa Sekolah Dasar dalam bidang studi IPA.
2.
Peranan
Motivasi dalam Belajar
Sebelum membicarakan tentang
peranan motivasi dalam belajar siswa, sebaiknya ditinjau dahulu peran guru
dalam menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Seperti diketahui, guru sesuai
dengan tugasnya adalah sebagai fasilitator dan motivator (Raka Joni, 1985 : 12), dan sekaligus sebagai
inspirator dalam kelas (Winskel, 1987 : 94).
Berdasarkan uraian diatas,
kedudukan ini menunjukkan betapa pentingnya guru dalam menumbuhkan motivasi
dalam belajar siswa. Guru sebagai fasilitator, maka ia harus dapat memberikan
berbagai kemudahan, petunjuk, bantuan, dorongan kepada siswa, selama proses
belajar mengajar di kelas. Memberikan petunjuk dalam belajar atau mengarahkan
bagaimana agar siswa dapat belajar dengan mudah, dan sekaligus memberikan
dorongan-dorongan yang diperlukan siswa.
Guru sebagai motivator, dalam
proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, hasrat dan gairah
belajar pada diri siswa. Pelaksanaan ini biasanya belum seoptimalnya dilakukan
dalam pengajaran, sehingga dapat terjadi rendahnya motivasi belajar siswa. Oleh
karena itu, tugas guru sebagai motivator sebaiknya dapat dilakukan untuk
membangkitkan motivasi belajar. Dalam penelitian ini upaya membangkitkan
belajar siswa salah satunya menggunakan media pembelajaran (media model) yang
disesuaikan dengan kondisi materi pelajaran yang disajikan.
Sedangkan guru sebagai
inspirator, harus dapat memberikan semangat, tanpa memandang taraf kemampuan
intelektual atau tingkat motivasinya. Setiap siswa harus dapat dibuat senang
baik dalam mengikuti pelajaran maupun bergaul. Keadaan demikian, menuntun
fleksibel tinggi, perhatian dan tindakan harus sesuai dengan norma yang berlaku.
Dari uraian diatas, dapat
disimpulkan bahwa peranan motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan
penggerak seseorang dalam berbuat, penentu arah perbuatan, dan dapat menyeleksi
perbuatan.
Motivasi sebagai pendorong dapat
menggerakkan dan menumbuhkan keinginan untuk belajar siswa tanpa adanya suatu
pendorong atau motor penggerak, sangat sedikit keberhasilan siswa dalam
belajar, dan sangat minim prestasi yang dicapai siswa. Adanya motivasi yang
baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula bagi siswa.
Motivasi sebagai penentu arah,
dapat menentukan ke arah mana suatu perbuatan itu dapat mencapai sasaran yang
diharapkan bagi siswa dalam belajar. Motivasi disini kompas atau penunjuk arah,
maksudnya siswa dapat belajar sesuai yang diharapkan tanpa harus membuang
energi yang melelahkan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi belajar sebagai
penyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan
dan apa yang harus tidak dilakukan selama proses belajarnya berlangsung.
Contohnya, bila seorang siswa akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu
akan melakukan kegiatan belajar, dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk
bermain yang tidak karuan, sebab perbuatan tersebut tidak serasi dan tidak
mendukung tercapainya tujuan.
3.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Telah dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan, berhasil atau tidaknya
belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor
tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : faktor individual dan
sosial.
Faktor individual terdapat dalam diri organisme itu sendiri antara lain
: faktor kemauan atau pertumbuhan, faktor kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor
pribadi. Kematangan atau pertumbuhan bagi seorang anak mutlak diperlukan karena
apabila pertumbuhan mental atau jasmani matang tentunya diajarkan sesuatu
dipastikan berhasil. Suatu contoh siswa kelas VI Sekolah Dasar tidak mungkin
diajarkan filsafat, karena memang daya nalarnya belum mampu untuk menerimanya.
Sedangkan faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari luar diri
individual, seperti bahan pelajaran, faktor instrumen dan lingkungan (sosial
dan non sosial). Motivasi sosial, sebab sebagian besar waktu yang digunakan
anak untuk belajar adalah di rumah, berarti orang tualah yang harus banyak
berperan. Oleh karena itu apabila orang tua sebagai pembawa pengaruh dapat
memberikan motivasi yang baik tentunya timbullah kesadaran anak untuk belajar akan
menjadi meningkat.
Soekamto T (1997 : 40), mengemukakan bahwa hubungan kebutuhan dengan
motivasi menurut teori dorongan tingkah laku seseorang didorong ke arah tujuan
tertentu karena adanya suatu kebutuhan.
Zainula dan Nasoetion N (1997 : 10) berpendapat bahwa hasil tes
seharusnya dapat memotivasi belajar siswa dan juga dapat menjadi pembimbing
bagi mereka untuk belajar.
Skinner, seperti dikutip oleh Prayitno Elida (1989 : 5) mengemukakan
bahwa motivasi sangat ditentukan oleh lingkungan. Siswa akan termotivasi dalam
belajar jika lingkungan/ suasana belajar ditata secara bijaksana sehingga siswa
termotivasi untuk belajar.
Motivasi dan lingkungan meliputi :
a. Lingkungan
fisik sekolah yang meliputi siswa, pengaturan tempat duduk, ukuran kelas,
ukuran sekolah dan komposisi di dalam kelas.
b. Lingkungan
sosial.
Prayitno Elida (1989 : 130) mengemukakan bahwa merencanakan penggunaan
media pengajaran adalah mendorong siswa agar memberikan respon terhadap
rancangan pengajaran, respon siswa terhadap situasi pengajaran dapat saja dalam
bentuk mengulangi kembali fakta-fakta yang telah dipelajari dan dapat juga
berbentuk hasil ciptaan yang komplek.
Wardani IGAK berpendapat bahwa perhatian dan motivasi siswa untuk
belajar ternyata sangat dipicu dan dipacu oleh para guru yang melibatkan mereka
dalam pembelajaran. Persiapan guru yang matang, kegiatan berupa pengalaman
langsung dan suatu yang baru berkaitan dengan pengalaman siswa sangat
menentukan tingkat keterlibatan siswa.
Sementara Conny dkk mengemukakan bahwa perkembangan pikiran (kognitif)
anak sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Anak harus bergerak dan
berbuat sesuatu terhadap obyek yang nyata. Dengan demikian akan memiliki
motivasi dari dalam dirinya karena didorong oleh rasa ingin tahu.
Berdasar pada beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulan bahwa
motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari
luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa antara lain : kebutuhan siswa,
daya kognitif siswa dan hasil tes siswa sedangkan lingkungan fisik sekolah,
lingkungan sosial, guru dan media merupakan faktor dari luar diri siswa.
4.
Faktor-faktor
Penghambat Belajar
Setiap anak mengalami hambatan didalam belajarnya dapat dilihat dari
hasil-hasil yang ditugaskan oleh guru mereka. Banyak faktor-faktor yang menjadi
hambatan didalam belajar. Lebih lanjut
M. Ischak mengatakan, “…banyak yang menjadi penyebab kesulitan belajar,
diantaranya adalah : jasmani, rohani dan sosial” (Ischak, 1998 : 82). Masalah jasmani yaitu masalah-masalah yang
menyebabkan kelemahan sebagai potensi jasmani. Kelemahan ini dapat berupa
kelelahan atau gangguan fisik yang lain. Suatu contoh mengantuk, dapat juga
dikatakan sebagai gangguan fisik, karena hal tersebut akibat kelelahan terus
untuk memandang layar kaca tanpa hentinya. Akibat setelah tiba waktunya untuk
belajar mereka tidak dapat konsentrasi pada apa yang dipelajari.
Sedangkan masalah rohani
yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan potensi psykologi, seperti kondisi
intelegensi normal juga mengalami hambatan dalam belajar. Mereka tidak
sepenuhnya menghadapi pelajaran, mereka menampak jera, males dan sebagainya.
Masalah sosial adalah masalah yang berkaitan dengan komunikasi (pemalu dan
penakut).
Dari kutipan-kutipan
tersebut diatas disimpulkan bahwa faktor penghambat bagi anak, disamping
masalah-masalah sosial, yang berupa pengaruh-pengaruh dari luar. Suatu contoh
hadirnya penayangan televisi swasta. Khususnya bagi anak usia Sekolah Dasar
banyak menimbulkan permasalahan.
5.
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Tujuan
pembelajaran secara ideal adalah agar bahan-bahan yang dipelajari dipenuhi
sepenuhnya oleh siswa. Adapun usaha yang harus dilakukan bertalian dengan
penguasaan materi dan faham. Menurut
S Nasution (1988 : 52) ”Salah satu prasyarat untuk penguasaan atau
tuntas adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dituangkan dalam suatu
alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan
siswa”. Selanjutnya dikatakan pula bahwa : ”Metode dan sumber belajar beraneka
ragam dapat disajikan pada murid untuk menguasai pada bahan yang belum
dipahami”. Menunjukkan letak kesalahan siswa disertai petunjuk memperbaikinya
merupakan langkah yang baik, selain itu dapat diberikan bantuan tutorial, yaitu
bantuan pribadi dari seorang Guru. Cara yang lain adalah menyuruh murid membaca
kembali dengan cermat halaman atau bagian yang berkenaan dengan kesalahan murid
untuk membaca bagian tertentu dari buku itu.
Dari
kutipan diatas bahwa upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan belajar anak
adalah, diarahkan agar mereka menyenangi pelajaran yang ditekuni. Apabila
pelajaran yang sudah disenangi tentu mereka akan timbul motivasi dan kemauan
yang tinggi untuk mempelajari. Lalu dilanjutkan dengan memberikan latihan yang
sebelumnya telah dirumuskan atau dibuatkan rumusan bahan yang harus dipelajari.
Dari latihan dan evaluasi itulah akan diketahui hasilnya, apakah si anak
betul-betul sudah meningkat belajarnya atau belum. Apabila ternyata dalam
evaluasi tersebut masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan maka anak dapat
diberi bimbingan khusus serta mengulang kembali dan menunjukkan kesalahan dan
perbaikan pula. Demikian pula dalam hal belajar pula pada umumnya dalam usaha
guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungannya, termasuk
guru, alat pelajaran dan sebagainya yang lazim disebut proses belajar.
Faktor guru sendiripun
sangat besar pengaruhnya, misalnya latar belakang pendidikan, pengalaman,
kemampuan, sikap terhadap anak, konsepnya tentang belajar mengajar, pribadinya,
kekreatifannya dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar