BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang Masalah
Rendahnya hasil
belajar siswa dalam materi pelajaran geografi melatar belakangi penulis untuk
melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Asumsi penulis rendahnya hasil
belajar siswa tersebut disebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini
ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Untuk
menjawab permasalahan tersebut, penulis
mengupayakan memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan sebelumnya (pembelajaran
konvensional) yang menonjolkan peran guru secara dominan dalam proses
pembelajaran , dengan model pembelajaran lain yang lebih banyak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya sehingga belajar menjadi
milik siswa.
Guru
sebagai motivator dan fasilitator dituntut untuk menguasai materi pembelajaran
juga mampu menggunakan metode dan alat peraga sesuai kebutuhan siswa. Selain
itu, tak kalah pentingnya yang harus dikuasai guru adalah mampu memotivasi
siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena motivasi merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Siswa yang
telah mendapat dorongan yang tinggi, akan terlihat lebih aktif dibandingkan
dengan siswa yang tidak mendapat dorongan
baik dari guru maupun orang tua.
Salah satu
tujuan pendidikan adalah mencerdaskan bangsa dan menghasilkan siswa yang
mempunyai semangat untuk terus belajar, penuh rasa ingin tahu, dan mempunyai
keinginan yang tinggi untuk memiliki pengetahuan sebanyak banyaknya.
Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi atau kompetensi dasar dengan perolehan hasil
belajar mencapai ketuntasan belajar minimum yang ditentukan berdasarkan potensi
siswa.
Maka dari
itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran dan
menumbuh kembangkan semangat belajar siswa, penulis melaksanakan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas .Penelitian ini dilakukan
melalui repleksi diri hasil kerja, sehingga penguasaan siswa terhadap materi
pembelajaran dapat meningkat dengan hasil belajar yang memuaskan.
Suprayekti (2003:4)
Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat
interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak
terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya
terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi
perubahan perilaku disebut proses belajar, hasil belajar yang dicapai mencakup
ranah kognitif berorientasi pada kemampuan “berpikir”, ranah afektif
berhubungan dengan perasan”emosi, sistem nilai, dan sikap hati”,sedangkan
psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan
anggota tubuh.
Gagne dalam Suprayekti
(2003:5) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori yaitu informasi
verbal, kemahiran intelektual, strategi kognitif yang termasuk ranah kognitif,
sikap dari ranah afektif dan keterampilan motorik dari ranah psikomotor. Hasil
belajar diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja
direncanakan guru dalam pembelajaran. Interaksi belajar mengajar merupakan
suatu pendekatan khusus yang diupayakan guru untuk mengaktualisasikan proses
belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan
latar belakang di atas penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan
judul “ Penerapan Model Pembelajaran
Koopertif terpadu dalam Meningkatkan
Motivasi Belajar siswa pada Pelajaran Gegrafi di Kelas X A SMA Negeri 6 Madiun.
- Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah
yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.Apakah motivasi dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa ?
2.
Apakah model pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
3. Apakah hasil
belajar siswa ditentukan oleh motivasi
dan penggunaan model
pembelajaran
4. Apakah
motivasi dan model pembelajaran secara
bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa ?
5. Apakah
motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan guru dalam proses
pembelajaran ?
6.
Apakah model pembelajaran dapat menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien ?
- Pembatasan dan rumusan masalah
Agar
penelitian ini lebih jelas dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah
dan rumusan masalah sebagai berikut :
- Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif terpadu dalam proses pembelajaran di kelas XA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
- Apakah minat belajar siswa meningkat setelah diimplementasikannya model pembelajaran kooperatif terpadu dalam proses pembelajaran ?
- Apakah model pembelajaran kooperatif terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa ?
- Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini untuk meningkatkan :
1. Motivasi siswa dalam kegiatan
pembelajaran
2. Proses dan hasil belajar siswa
3. Keterampilan guru dalam
penerapan model-model pembelajaran di kelas
- Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian tindakan kelas
ini meliputi :
a. Manfaat bagi siswa:
1. Meningkatkan motivasi, daya
ingat dan hasil belajar siswa
2. Menumbuhkan sikap kerja sama
dan saling membantu di antara sesama siswa
3.
Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab dan
mengemukakan
pendapat
b.
Manfaat bagi guru :
1.
Meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Meningkatkan keterampilan menggunakan
metode pembelajaran
3.
Menumbuhkan untuk terus melakukan penelitian dan inovasi proses pembelajaran
4. Meningkatkan Pemahaman tentang
pelaksanaan penelitian.
BAB II
KAJIAN
TEORI
Pada bagian
ini di kemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti.
- Pengertian belajar
Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Kegiatan ini sangat
penting bagi manusia,dan ini merupakan ciri has yang dimiliki manusia . Hampir
semua kecakapan, keterampilan, kegemaran terbentuk dan berkembang disebabkan
belajar. Dengan belajar manusia akan mampu mengambil keputusan dan melakukan
perbuatan yang sesuai dengan harapan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Karena
kegiatan ini penting para akhli psikologi telah berusaha menemukan apa dan bagaimana sebenarnya belajar itu. Untuk ini
mereka telah melakukan bermacam pengamatan dan percobaan baik terhadap hewan
maupun manusia, yang kemudian disimpulkan sehingga menjadi teori dan
konsep yang dapat menjelaskan
tentang belajar.
Belajar
berarti perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mampu
menjadi mampu. Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktifitas mental
atau psikis, yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan
lingkungan,yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan,
pengalaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu relatif konstan dan
berbekas. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi karena belajar tidak
timbul begitu saja, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan yang disadari,
suatu aktifitas psikis dan latihan-latihan. Proses belajar terjadi karena
adanya perangsang-perangsang dari luar individu yang mengakibatkan perubahan
dalam hubungan aspek kepribadian. Winkel juga menjelaskan lebih lanjut bahwa
tidak setiap proses belajar disadari oleh seseorang , bahwa ia sedang belajar.
Hal ini tidak mutlak karena bisa saja seseorang sedang belajar sesuatu tanpa
menyadari sepenuhnya, bahwa ia
sedang belajar.
Menurut
Winkel ciri lain yang dapat
diidentifikasi dari proses belajar adalah dihasilkannya efek sampingan yang
bukan merupakan tujuan utama dari proses belajar yang sesungguhnya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang menghasilkan
perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa suatu hasil yang baru atau
penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil
yang utama atau berupa hasil sebagai efek sampingan.proses belajar dapat
berlangsung dengan penuh kesadaran dan dapat juga tidak demikian.
Chaplin (
1995:272) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama menyatakan bahwa “ belajar
adalah merupakan proses perolehan dari sembarang perubahan yang relatif
permanen dalam tingkah laku”. Rumusan kedua menyatakan bahwa “belajar proses memperoleh respon-respon
sebagai akibat adanya latihan khusus”.
Dari aliran
ilmu Gestalt dalam Sardiman ( 1987:33) mengemukakan beberapa prinsip belajar
antara lain :
a.
Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan
secara intelektual, tetapi juga secara
fisik, emosional, sosial dan sebaginya
b.
Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c.
Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil
sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
d.
Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang
lebih luas.
e.
Belajar hanya berhasil apabila mencapai kematangan untuk
memperoleh insight.
f.
Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemampuan untuk
belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerjakan seluruh organisme.
g.
Belajar akan berhasil kalau ada tujuan
h.
Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat bejana yang diisi.
Dari
definisi-definisi di atas tidak ada indikasi yang menunjukkan perbedaan yang
prinsipil, melainkan saling melengkapi. Bahwa dari definisi manapun secara
implisit maupun secara eksplisit pada akhirnya didapat kesamaan maknanya bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kepribadian yang
diakibatkan oleh praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan-perubahan tingkah
laku tersebut dapat dilihat dari kemampuan baru yang diperolehnya, berupa
pengetahuan, pemahaman,
kebiasaan, keterampilan, sikap
nilai, hubungan sosial dan penghargaan.
- Motivasi belajar
Motivasi
itu timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan
: (1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (instrinsik) dan (2)
datang dari lingkungan (ekstrinsik). Dengan demikian motivasi faktor yang
menjadikan perilaku untuk bekerja dengan penuh inisiatif, terarah, intensif dan
gigih.
Motivasi
mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan
motivasi siswa dapat mengembangkan aktifitasnya dan inisiatifnya, dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Sardiman
(1992::75) mengemukakan bahwa motivasi belajar
adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Pertanyaan
yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk
belajar . Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk
melakukan kegiatan belajar.
Motivasi
dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Makin tepat
motivasi yang diberikan akan semakin mendorong siswa meningkatkan aktivitas
belajarnya. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam
kegiatan belajar di sekolah, seperti memberi pujian, memberi nilai dari
kegiatan belajarnya, memberi hadiah bagi yang berprestasi, ulangan, penerapan
kompetisi dalam belajar, menumbuhkan kesadaran diri dan lain-lain.
Yang
terpenting bagi seorang guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna.
- Hasil Belajar
Dalam
kontek pembelajaran, penilaian hasil belajar mengandung tiga makna penting yang
saling berhubungan dan saling keterkaitan, yakni tes, pengukuran atau kriteria
dan penilaian itu sendiri. Mardjani dan Azhari (2002:5) mengemukakan bahwa hasil belajar pada hakekatnya adalah
perubahan tingkah laku yang terjadi
pada peserta diklat.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
luas mencakup bidang-bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.
Menurut
Dimyati dan Mudjiono (1999:200) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui
kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta
didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar
peserta didik. Pada umumnya hasil belajar diperoleh melalui kegiatan Tes atau
evaluasi belajar. Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling
banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses
belajar. Tes hasil belajar dibuat sedemikian sehingga mampu mengukur hasil belajar
seperti pengetahuan mengenai fakta atau istilah, pengertian mengenai sesuatu
konsep atau prinsip, kemampuan untuk menggunakan suatu konsep atau prinsip dan bermacam-macam
kemampuan berpikir lainnya yang lebih tinggi tingkatannya dari mengingat atau
memahami.Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam
proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang tercantum di dalam kurikulum yang
berlaku.
- Model Pembelajaran Kooperatif
Kelompok
belajar kooperatif bahwa siswa dituntut
belajar bekerjasama baik dengan sesama anggota kelompok, guru, orang tua, serta
pihak atau lembaga terkait yang harus dihubungi berkaitan dengan bidang kajian
yang sedang dilakukannya.
Model
pembelajaran kooperatif dilandasi oleh falsafah hidup bekerjasama dan bergotong
royong. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya
dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif menekankan pada
pembelajaran kelompok kecil beranggotakan antara 3 sampai dengan 5 orang ,
biasanya kelompok yang berjumlah ganjil sangat
dianjurkan , hal ini untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam
pembahasan persoalan. Dalam modul Pelatihan Terintegrasi disebutkan ciri-ciri
dan manfaat Pembelajaran Kooperatif (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,Depdiknas,2005:21)
sebagai berikut:
1.
Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif:
lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk
menuntaskan materi belajarnya.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi sedang dan redah.
c.
Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,suku jenis kelamin
yang berbeda-beda.
d.
Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada
individu.
2.
Manfaat Pembelajaran kooperatif bagi siswa.
a.
Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan
berorientasi
b.
Melatih kepekaan
diri ,empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama bekerjasama.
c.
Meningkatkan motivasi belajar hingga diri dan sikap
perilaku yang positif sehingga siswa akan tahu kedudukanya dan belajar untuk
saling menghargai satu sama lain.
d.
Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya
diri.
e.
Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas
akademik,sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Beberapa teknik
pembelajaran kooperatif, yaitu :
Mencari
pasangan kepala bernomor, dua
tamu dua tunggal ,jigsaw, kancing gemerincing,kooperatif terpadu membaca dan
menulis dan lain-lain. Dari beberapa teknik pembelajaran kooperatif, penulis
hanya akan meneliti teknik pembelajaran kooperatif terpada membaca dan menulis
menurut ( Steven dan Slavin,19995) :
1.
Membentuk kelompok yang anggotanya ± 4 orang yang secara heterogen
2.
Guru memberikan wacana /kliping sesuai topik pembelajaran
3.
siswa bekerjasama
saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada lembear kerja
4.
Mempersentasekan / membacakan hasil kerja kelompok
5.
Guru membuat kesimpulan
Diilhami
dari model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yang dikemukakan
Steven dan Slavin ,penulis mencoba menerapkan dalam proses pembelajaran dengan
memodifikasi,sehingga ada perubahan di dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah
teknik model pembelajaran koopertif terpadu membaca dan menulis dan berbagi
informasi yang coba penulis kembangkan adalah sebagai berikut :
1.
Membentuk kelompok kecil siswa yang beranggotakan 3 – 5
orang
2.
Menggunakan buku sumber/artikel/kliping yang berhubungan
dengan materi pelajaran
3.
Setiap siswa dalam kelompok membaca buku sumber dan
sumber belajar lainya serta berbagi informasi mengenai apa yang
dipelajarinya,kemudian menuliskan apa-apa yang telah dibacapada lembar tugas
yang dibuat oleh guru.
4.
Mempersentasekan hasil kerja kelompok dengan teknik
simulasi
5.
Siswa bersama guru membuat kesimpulan
Langkah –langkah Model
Pembelajaran Kooperatif lainnya yang dapat dijadikan sebagai acuan sebagaimana tergamkebar pada tabel berikut
(LPMP JABAR:2005:31)
Fase ke
|
Indikator
|
Aktivitas/Kegiatan
Guru1
|
1.
|
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
2
|
Menyajikan Informasi
|
Guru Menyajikan informasi pada siswa dengan
jalan demontrasi atau melalui bahan bacaan
|
3
|
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
belajar
|
Guru menjelaskan pada siswa bagaimana cara
membentukkelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien
|
4
|
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada
saat mereka mengerjakan tugas
|
5
|
Evaluasi
|
Guru menevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
|
6
|
Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
BAB III
METODOLOGI PENILITIAN
- Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tindakan kelas dalam 2
siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 1 Agustus 200 dan siklus 2
dari tanggal 14 sampai 26 Agustus 2014. subjek penelitian adalah kelas IX C SMA
Negeri 6 Madiun sumber tahun pembelajaran 2014/2015 sebanyak 32 orang
- Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
kegiatan-kegiatan yang berbentuk siklus yang mengacu pada model yang di
kemukakan beberapa ahli ( Suharsini Arikunto : 2014 ). Secara garis besar
terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu : 1) Perencanaan (planning) 2)
Pelaksanaan (acting) 3) Pengamatan (observing)
4) Refleksi (reflecting). Di dalam alur kegiatan, tahapan pelaksanaan
dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama.
Sebelum perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Penelitian
Tindakan Kelas, peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang dirasakan
dalam proses pembelajaran dan merumuskannya , kemudian didukung fakta,
informasi, dan teori-teori melalui studi perpustakaan, sebagaimana yang
dikembangkan oleh Lembaga Pemberdayaan Pendidikan Humaniora (LP2H) UPI Bandung
(2005),metode Penelitian tindakan Kelas menjadi tujuh langkah, yaitu:
1.
Identifikasi dan formulasi masalah
2.
Merumuskan permasalahan secara operasional
dan pernyataan penelitian
3.
Studi kepustakaan
4.
Menetapkan dan merumuskan rencana tindakan
5.
Pelaksanaan tindakan dan pengamatan
6.
Analisis dan interpretasi data
7.
Refleksi
Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan peneliti dalam tahapan perencanaan adalah :
(1) menyusun disain atau perencanaan PTK, (2) menyusun rancangan pengolahan
pembelajaran seperti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan (RPP), media dan alat
yang dipergunakan dan alat evaluasi hasil belajar siswa, (3) menyusun dan
mengumpulkan alat pengumpul data seperti lembar observasi dan kamera, (4)
menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuntitatif.
Di dalam tahapan pelaksanaan dan
pengamatan, kegiatan yang dilakukan adalah :
(1) peneliti di dalam hal ini guru melaksanakan rancangan pembelajaran yang
telah disusun, (2) peneliti melibatkan tiga orang guru sebagai observer, yaitu
satu orang guru serumpun mata pelajaran, satu orang guru BK dan satu orang
wakil kepala sekolah. Tugas observer adalah mencatat segala yang dilihat dan
diamatinya selama proses pembelajaran berlangsung, seperti suasana dan situasi
kelas, keterampilan guru mengelola KBM, bagaimana keterampilan guru memotivasi
siswa dan lain sebagainya (terlampir dalam lembar observasi).
Refleksi dilakukan peneliti dan
observer setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan setelah pengolahan data
dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan dan pengolahan data tersebut.
Hasil tang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas rancangan pembelajaran
yang telah disusun serta aspek-aspek permasalahan yang muncul di lapangan
selanjutnya dipakai sebagai dasar perencanaan dalam siklus kedua.
Tahapan kegiatan dalam siklus ke
dua disusun berdasarkan hasil temuan pada siklus pertama dan di dalam
pelaksanaannya telah mengalami perbaikan-perbaikan guna lebih mengoptimalkan
hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
C. Teknik Pengumpulan
Data
Untuk mendukung hasil penelitian
dan penilaian dilakukan pengumpulan data-data. Ada dua jenis teknik pengumpulan
data yang digunakan penulis, yaitu :
1.
Data
kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif,
misalnya dengan mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar dari
evaluasi belajar yang dilaksanakan.
2.
Data kualitatif yaitu data yang berupa hasil
observasi dan pengamatan yang dituangkan dalam informasi berbentuk kalimat yang
memberi gambaran tentang aktifitas siswa mengikuti pelajaran dan keterampilan
guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.
BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
A.
Siklus I
Berdasarkan refleksi yang dilakukan bersama rekan-rekan guru yang bertindak
sebagai pengamat, data hasil penelitian pada siklus pertama terlihat pada tabel
2.
Table 1
Data Hasil Pengamatan tiap aspek PTK pada
siklus 1
No
|
ASPEK YANG DITELITI
|
RATA-RATA NILAI
|
KRITERIA PENELITIAN
|
REFLEKSI
|
1
|
Aktifitas siswa dalam proses KBM
|
77,05
|
BAIK
|
Perlu ditingkatkan upaya
membangkitkan minat siswa memberikan pendapat,komentar dalam berdiskusi dan
dalam kegiatan simulasi
|
2
|
Keterampilan guru dalam proses
pembelajaran
|
83,55
|
SANGAT BAIK
|
Perlu dipertahankan bahkan
ditingkatkan lagi strategi dan teknik pembelajaran, agar lebih menarik minat
siswa dalam pembelajaran
|
Pada siklus pertama, hasil pengamatan observer menggambarkan bahwa
aktifitas siswa dalam proses pembelajaran baik dan keterampilan guru sangat
baik. Ada beberapa perbaikan yang harus diperhatikan untuk lebih meningkatkan
motifasi belajar siswa, yaitu membangkitkan minat siswa untuk mengemukakan
pendapat atau komentar,selain mengajukan pernyataan,namun pada hasil penelitian
siklus pertama telah menunjukkan hasil yang baik. Keterampilan guru dalam
mengelola KBM di kelas berpengaruh baik pada aktifitas belajar siswa.
Tabel 2
Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus Pertama
No
|
Rentan Nilai
|
Frekuensi Absolut (f)
|
Frekuensi Relatif (%)
|
1
2
3
4
5
6
7
|
3,01-4,00
4,01-5,00
5,01-6,00
6,01-7,00
7,01-8,00
8,01-9,00
9,01,10,00
|
2
4
8
9
5
5
10
|
4,65%
9,30%
18,60%
20,96%
11,63%
11,63%
23,26%
|
Jumlah
|
32
|
100%
|
Jika digambarkan
dalam histogram, akan tampak seperti gambar di bawah ini
|
Gambar 1 :Histogram
Data hasil Belajar Siswa
Sedangkan data
statistik hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Data Statistik Hasil Belajar
Statistik
|
Nilai
|
Minimum
Maksimum
Rentang
Rata-Rata
Modus
Angka Tengah
|
3,00
10,00
7,00
7,16
6,88
7,33
|
Hasil belajar siswa menunjukkan
hasil yang baik, angka rata-rata perolehan nilai siswa 7,16. keaktifan siswa
dalam KBM dan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran mempunyai
pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa,karena pada saat berlangsungnya
proses pembelajaran siswa terlihat cukup antusias dengan model pembelajaran
kooperatif terpadu yang dipergunakan.
B.
Siklus II
Penelitian Tindakan kelas pada siklus kedua dilaksanakan dengan berpedoman
pada hasil refleksi siklus pertama. Perbaikan-perbaikan dilakukan untuk lebih
mengoptimalkan hasil penelitian. Untuk lebih memotivasi kegiatan belajar siswa
peneliti membuat bagan-bagan alur simulasi yang harus di lakukan siswa dalam
selembar kertas karton dan ditempel pada papan tulis, penggunaan brosur-brosur
sebagai sumber belajar dibatasi jumlahnya sehingga tidak membingungkan siswa
dalam menarik kesimpulan, guru lebih aktif membimbing dan menuntut siswa
membaca brosur secara efektif dan kemudian menuliskannya ke dalam lembar kerja
yang disediakan oleh guru. Hasil penelitian pada siklus kedua terlihat pada
tabel 4.
Tabel 4
Data Hasil Pengamatan Tiap Aspek PTK Pada
Siklus 2
No
|
ASPEK YANG DITELITI
|
RATA-RATA NILAI
|
KRITERIA PENELITIAN
|
REFLEKSI
|
1
|
Aktifitas siswa dalam proses KBM
|
81,10
|
SANGAT BAIK
|
Perlu dipertahankan bahkan
ditingkatkan lagi proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan
|
2
|
Keterampilan guru dalam proses
pembelajaran
|
90,02
|
SANGAT BAIK
|
Perlu dipertahankan bahkan
ditingkatkan lagi dalam teknik dan strategi belajar mengajar (proses
pembelajaran)
|
Tabel hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa setelah dilakukan
perbaikan-perbaikan pada siklus kedua, aktifitas siswa dalam proses kegiatan
belajar mengajar sangat baik. Keterampilan guru dalam mengelola proses
pembelajaran juga menunjukkan sangat baik. Kondisi ini perlu dipertahankan dan
perlu diarahkan ke tingkat yang lebih baik. Dengan demikian model pembelajaran
kooperatif terpadu sangat baik diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Kondisi ini perlu dipertahankan dan perlu diarahkan ke tingkat yang lebih baik.
Tabel 5
Data Hasil Belajar Siswa Pada siklus Kedua
No
|
Rentan Nilai
|
Frekuensi Absolut (f)
|
Frekuensi Relatif (%)
|
1
2
3
4
5
6
|
4,01-5,00
5,01-6,00
6,01-7,00
7,01-8,00
8,01-9,00
8,01-10,00
|
1
1
3
1
19
18
|
2,33%
2,33%
6,98%
2,33%
44,18%
41,87%
|
Jumlah
|
32
|
100%
|
Data hasil belajar siswa dapat dilihat
dalam histogram di bawah ini :
|
Tabel 6
Data Statistik Hasil Belajar
Statistik
|
Nilai
|
Minimum
Maksimum
Rentang
Rata-Rata
Modus
Angka Tengah
|
5,00
110,00
5,00
8,83
8,55
8,68
|
Nilai hasil belajar sangat baik,
nilai rata-rata yang diperoleh siswa sangat tinggi sebesar 8,83, hal ini
dipengaruhi oleh aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keterampilan
guru dalam proses pembelajaran.
Bagaimana perbandingan hasil
pengolahan data pada siklus pertama dan kedua, tabel di bawah ini menunjukkan
keadaan tersebut.
Tabel 7
Hasil Tiap Aspek PTK Pada Siklus Pertama dan Kedua
No
|
Aspek Penelitian
|
Siklus 1 Rata-rata
|
Siklus 2 Rata-rata
|
Peningkatan (%)
|
1
|
Aktivitas siswa dalam proses KBM
|
77,05
|
81,10
|
5,13%
|
2
|
Keterampilan guru dalam proses pembelajaran
|
83,55
|
90,02
|
7,74%
|
3
|
Hasil evaluasi belajar siswa
|
7,16
|
8,83
|
23,32%
|
Berdasarkan data pada tabel di
atas, rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus pertama sebesar 77,05
dengan kriteria penilaian baik, sedangkan pada siklus kedua 81,10. Terjadi
peningkatan sebesar 5,13%. Lebih kecilnya tingkat aktivitas siswa pada siklus
pertama disebabkan beberapa hal :
1. Siswa baru
mengenal model pembelajaran kooperatif terpadu dan metode simulasi yang
dilakukan, kegiatan tidak dijelaskan dalam bagan alur kegiatan yang lebih
jelas, guru hanya menyampaikan secara lisan.
2. Kemungkinan
instrumen tes kurang sempurna
3. Masih ada
berapa anggota dari tiap kelompok yang belum memanfaatkan informasi melalui
brosur-brosur bank. Dan jumlah brosur bank yang dimiliki siswa sangat beragam.
Untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, penulis
mencoba alternatif pemecahan sebagai berikut :
1.
Lebih memperkenalkan model pembelajaran
kooperatif terpadu dan metode simulasi dalam KBM, alur kegiatan simulasi dibuat
lebih jelas melalui bagan yang ditempel pada papan tulis.
2.
Instrumen tes dibuat lebih baik dan lebih
dari satu bentuk penyampaian soal
3.
Guru lebih memaksimalkan pelayanan siswa
secara individu dalam tiap kelompok, membimbing dan menuntun siswa membaca
brosur-brosur yang dimiliki dan menuliskannya kembali dalam lembar tugas yang
dibuat oleh guru.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui model
pembelajaran kooperatif terpadu, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1.
Aktivitas belajar siswa mengalami perubahan
dari rata-rata 77,05 dengan kriteria baik menjadi rata-rata 81,10 sangat baik,
artinya dalam proses pembelajaran motivasi belajar siswa sangat baik, hal ini
dibuktikan dengan tingkat aktivitas siswa yang meningkat
2.
hasil belajar siswa mengalami peningkatan
dari rata-rata 7,16 yang berarti tinggi menjadi 8,83 yang berarti sangat tinggi
3.
model pembelajaran kooperatif terpadu sangat
baik diimplementasikan dalam proses pembelajaran
B. Saran
1.
Jika guru memutuskan untuk menggunakan model
pembelajaran kooperatif terpadu, konsekuensi yang harus dihadapi guru adalah :
a.
Guru harus memilih karakteristik materi
pembelajaran yang sesuai untuk didiskusikan dan disimulasikan
b.
Guru harus aktif mengawasi kegiatan siswa
agar kerja sama kelompok dapat efektif
c.
Memberi teguran dan bimbingan kepada siswa
secara langsung, bila ada siswa yang terlihat tidak bekerja sama
d.
Harus mengelola waktu KBM dengan tepat dan
melakukan kontrol waktu untuk setiap tahapan pembelajaran
2.
Buku paket hendaknya tidak dijadikan
satu-satunya sumber belajar, berikan siswa sumber belajar lainnya yang dapat
menimbulkan gairah untuk mengetahuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar