Gelombang elektromagnetik yang bersumber dari matahari
dan bergerak menuju permukaan bumi dimanfaatkan sebagai dasar pengenalan obyek pada sistem penginderaan jauh pasif. Gelombang yang jatuh pada suatu permukaan obyek akan mengalami beberapa kejadian terhadap gelombang elektromagnetik tersebut. Sebagian dari gelombang elektromagnetik akan dipantulkan oleh permukaan obyek. Sebagian akan dihamburkan ke atmosfer yang berada di atasnya. Sebagian lagi akan diserap dan ditransmisikan ke balik permukaan obyek tersebut sebagai panas.
dan bergerak menuju permukaan bumi dimanfaatkan sebagai dasar pengenalan obyek pada sistem penginderaan jauh pasif. Gelombang yang jatuh pada suatu permukaan obyek akan mengalami beberapa kejadian terhadap gelombang elektromagnetik tersebut. Sebagian dari gelombang elektromagnetik akan dipantulkan oleh permukaan obyek. Sebagian akan dihamburkan ke atmosfer yang berada di atasnya. Sebagian lagi akan diserap dan ditransmisikan ke balik permukaan obyek tersebut sebagai panas.
Nilai pantulan, serapan, dan
transmisi banyak dipengaruhi oleh sifat obyek atau benda. Pada benda hitam
(black bodies), nilai serapan lebih besar dari pada nilai energi yang
dipantulkan. Kebalikannya, pada benda putih, nilai energi yang diserap lebih
sedikit daripada energi yang dipantulkan.
Energi yang dihamburkan oleh obyek sangat dipengaruhi oleh tingkat
kekasaran permukaan obyek. Pada permukaan obyek yang kasar, dimana tingkat
kekasarannya lebih besar dari panjang gelombang yang jatuh pada permukaan
tersebut, maka gelombang akan di hamburkan ke segala arah. Gelombang yang jatuh
pada permukaan obyek dengan tingkat kekasaran permukaan lebih kecil dari
panjang gelombang, maka akan terjadi pemantulan specular.
Gambar .
Pemantulan, penyerapan, transmisi dan penghaburan gelombang oleh obyek
Kondisi kekasaran dan sudut
permukaan obyek mempengaruhi tipe pantulan yang akan terjadi. Beberapa tipe
pantulan dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Tipe Specular
Pantulan tipe ini terjadi
ketika gelombang elektromagnetik yang datang jatuh pada sebuah bidang datar
dengan permukaan yang halus. Sudut pantulan memiliki besaran yang sama dengan
sudut datang gelombang elektromagnetik tersebut pada permukaan.
Gambar . Pemantulan tipe specular
2. Tipe Lambertian (Diffuse)
Pada tipe ini, gelombang
elektromagnetik dipantulkan ke segala arah. Pantulan pada tipe ini terjadi
ketika gelombang elektromagnetik jatuh pada permukaan yang kasar dengan permukaan
yang menghadap ke segala arah.
Gambar . Pemantulan tipe specular
3. Tipe Corner Reflector
Pantulan gelombang
elektromagnetik akan berbalik kembali ke asal sumber gelombang tersebut.
Pantulan ini terjadi ketika gelombang elektromagnetik jatuh pada dua bidang
datar dan halus yang saling tegak lurus membentuk sudut 90 derajad.
Gambar . Pemantulan tipe corner reflektor
Spektrum gelombang elektromagnetik terbagi menjadi beberapa bagian berdasar
pada panjang gelombang tersebut. Beberapa diantaranya adalah saluran audio,
saluran radio, saluran gelombang mikro, saluran infra merah, saluran sinar
tampak, saluran ultra violet, dan saluran sinar X. Berikut adalah pembagian
spektrum gelombang elektromagnetik.
Tabel. Rentangan spektrum dalam
penginderaan jauh
Spektrum
|
λ
|
g ray
|
< 0.3 Å
|
X ray
|
0.3 Å - 300 Å
|
Ultraviolet
|
300 Å – 0.4 µm
|
Visible
|
0.4 – 0.7 µm
|
Near Infrared (NIR)
|
0.7 – 1.1 µm
|
Short Wave Infrared (SWIR)
|
1.1 – 1.35 µm
1.4 – 1.8 µm
2 – 2.5 µm
|
Mid Wave Infrared (MWIR)
|
2 – 4 µm
4.5 – 5 µm
|
Thermal Infrared (TIR)
|
8 – 9.5 µm
10 – 14 µm
|
Microwave
|
1 mm – 1 m
|
Sumber : Elachi & Zyl, 2006; Schowengerdt,
2007
Sinar gamma dan sinar X jarang digunakan dalam penginderaan jauh sumber
daya pada saat ini. Rentangan ultraviolet dimanfaatkan dalam studi permukaan
atmosferik sesuai sifatnya yang peka terhadap berbagai hamburan.
Saluran tampak (visible) yang terrentang antara 0.4 – 0.7 µm dimanfaatkan
dalam penginderaan jauh sistem fotografik dan satelit. Saluran tampak bermula
dari spektrum biru dan berakhir pada spektrum merah. Mata manusia memiliki
sensitifitas terhadap rentangan saluran tampak ini. Saluran tampak ini memiliki
puncak sensitifitas pada 5.5 µm. Secara detil panjang gelombang tampak ini
terbagi sebagai berikut.
Tabel. Rentangan spektrum tampak
Warna
|
Panjang Gelombang (λ)
|
Violet
|
0.390 - 0.455 µm
|
Biru
|
0.455 - 0.492 µm
|
Hijau
|
0.492 - 0.588 µm
|
Kuning
|
0.577 - 0.597 µm
|
Orange
|
0.597 - 0.622 µm
|
Merah
|
0.622 - 0.780 µm
|
Sumber : Mather, 2004
Saluran inframerah
merupakan saluran perluasan dalam penginderaan jauh satelit. Sistem
penginderaan jauh sumberdaya banyak memanfaatkan saluran ini karena dapat
meningkatkan ketajaman interpretasi pada data citra penginderaan jauh. Saluran gelombang mikro berkisar antara 1 mm hingga 1 m. Saluran ini
dimanfaatkan untuk sistem radar.
Tabel. Panjang gelombang Mikro pada penginderaan jauh
Saluran
|
Panjang gelombang
|
Ka
|
0.8 - 1.1 cm
|
K
|
1.1 – 1.7 cm
|
Ku
|
1.7 – 2.4 cm
|
X
|
2.4 – 3.8 cm
|
C
|
3.8 – 7.5 cm
|
S
|
7.5 – 15 cm
|
L
|
15 – 30 cm
|
P
|
30 – 100 cm
|
Sumber : Schowengerdt, 2007
Saluran berikutnya adalah saluran radio meliputi
wilayah panjang gelombang dengan panjang lebih dari 10 cm atau frekuensi lebih
rendah dari 3GHz. Liputan ini sering dimanfaatkan untuk pemancaran radio,
radar, serta sounding.
Daftar Pustaka
Elachi,
C., Jakob van Zyl. 2006. Introduction to the Physics and Techniques of Remote Sensing, John Wiley & Sons, New Jersey.
Mather,
P.M., 2004. Computer
Processing of Remotely-Sensed Images, Third Edition, John
Wiley & Sons, New Jersey.
Schowengerdt,
R.A., 2007. Remote
Sensing: Models and Methods for Image Processing, Third Edition, Elsevier
Inc. California
Konsep
penginderaan jauh sering dihubungkan dengan berbagai teknik menggunakan
gelombang elektromagnetik dalam perolehan informasi di permukaan bumi. Radiasi
elektromagnetik membawa energi dalam perjalannya. Energi yang tertangkap oleh
sensor dipengaruhi oleh bentuk fisik obyek dan kondisi atmosferik. Gelombang elektromagnetik
memiliki dua komponen pokok, yaitu komponen elektrik dan komponen magnetik
(Mather, 2004).
Gambar . Komponen
gelombang elektromagnetik
Terdapat beberapa istilah terkait dengan energi
dan gelombang elektromagnetik. Energi yang berasosiasi dengan gelombang
elektromagnetik tersebut dikenal dengan istilah Radiant Energy.
Rata-rata energi yang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain disebut
dengan flux energy. Flux energy diukur dengan menggunakan satuan Watts
(W). Rata-rata energi yang dipindahkan oleh gelombang elektromagnetik disebut
dengan Radiant Flux. Magnitude dari radiant flux pada suatu satuan
permukaan disebut dengan Radiant Flux Density. Radian flux density ini
diukur dengan satuan Watts per meter persegi (Wm-2).
Informasi yang diperoleh melalui gelombang
elektromagnetik dapat terkodifikasi dalam frekuensi, intensitas atau polarisasi
gelombang elektromagnetik tersebut. Informasi diperoleh dari radiasi secara
langsung gelombang elektromagnetik dari sumber benda ke sensor melalui bidang
bebas, atau radiasi tidak langsung melalui pantulan, penghamburan, atau radiasi
ulang menuju sensor (Elachi & Zyl, 2006).
Gambar . Beberapa model perambatan gelombang menuju sensor
Panjang gelombang dan frekuensi dapat memberikan
informasi yang sama, oleh karena itu kedua terminologi tersebut sering
digunakan secara bersamaan ataupun saling menggantikan satu sama lain
(Schowengerdt; 2006). Keterkaitan panjang gelombang dengan frekuensi dapat di
formulasikan sebagai berikut.
f=c/λ
λ=c/f
T=1/f=λ/c
Keterangan :
f
: frekuensi (Hz)
λ
: Panjang gelombang
c
: Kecepatan cahaya (299.792.458 m/detik)
T
: waktu yang digunakan gelombang mencapai satu periode
Gambar. Gelombang dengan frekuensi berbeda
Kedua gambar di atas menggambarkan gelombang
dengan panjang gelombang yang berbeda. Panjang gelombang A lebih panjang
dibandingkan B. Pada satuan waktu yang sama, gelombang A hanya membentuk dua
puncak gelombang, sedangkan gelombang B membentuk puncak gelombang yang lebih
banyak. Frekuensi dapat dilihat pada jumlah puncak gelombang yang terbentuk
pada satu satuan waktu tertentu. Dari gambar tersebut dapat dikatakan gelombang
A memiliki frekuensi yang lebih rendah dibandingkan dengan gelombang B. Semakin
panjang suatu gelombang, akan semakin rendah frekuensinya.
Panjang gelombang disimbolkan dengan lambda (λ).
Panjang gelombang diukur dalam satuan meter (m) ataupun faktor turunannya
seperti centimeter (cm), nanometer (nm), mikrometer (µm).
Satuan yang digunakan untuk pengukuran panjang
gelombang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel. Satuan ukuran panjang gelombang
Faktor
|
Awalan
|
Simbol
|
10-18
|
Atto
|
a
|
10-15
|
Femto
|
f
|
10-12
|
Pico
|
p
|
10-9
|
Nano
|
n
|
10-6
|
Micro
|
µ
|
10-3
|
Mili
|
m
|
103
|
Kilo
|
K
|
106
|
Mega
|
M
|
109
|
Giga
|
G
|
1012
|
Tera
|
T
|
Frekuensi diukur dalam satuan Hertz yang disingkat Hz.
Frekuensi memiliki hubungan yang terbalik dengan panjang
gelombang elektromagnetik. Semakin pendek panjang gelombang elektromagnetik,
akan semakin tinggi frekuensi gelombang tersebut. Sebaliknya dengan semakin panjangnya
suatu gelombang elektromagnetik, frekuensinya akan semakin rendah. Tabel
berikut memberikan gambaran keterkaitan antara panjang gelombang dengan
frekuensinya.
Tabel. Panjang gelombang dan frekuensi
λ
|
f
|
0.03Å
|
1019Hz
|
0.3 Å
|
1018Hz
|
3 Å
|
1017Hz
|
30 Å
|
1016Hz
|
0.3µ
|
1015Hz
|
3 µ
|
100THz
|
30 µ
|
10THz
|
0.3mm
|
1THz
|
3mm
|
100GHz
|
30mm
|
10GHz
|
0.3m
|
1GHz
|
3m
|
100MHz
|
30m
|
10MHz
|
0.3km
|
1MHz
|
3km
|
100kHz
|
30km
|
10kHz
|
300km
|
1kHz
|
3000km
|
100Hz
|
30000km
|
10Hz
|
Total energi yang dibawa oleh suatu gelombang dapat
dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
E=h.f
Keterangan :
E
: Total energi pada suatu panjang gelombang
h
: Konstanta Plank ( 6.625 x 10-34
J s)
f
: frekuensi (Hz)
Energi
suatu gelombang akan meningkat sejalan dengan frekuensi. Oleh karena itu energi
yang dibawa oleh sinar X jauh lebih besar dibandingkan dengan energi pada sinar
tampak atau gelombang radio.
Daftar Pustaka
Elachi, C.,
Jakob van Zyl. 2006. Introduction to the Physics and Techniques of
Remote Sensing, John Wiley & Sons, New Jersey.
Mather, P.M.,
2004. Computer Processing of Remotely-Sensed Images, Third
Edition, John Wiley & Sons, New
Jersey.
Schowengerdt,
R.A., 2007. Remote Sensing: Models and Methods for Image Processing,
Third Edition, Elsevier Inc. California.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar