Kamis, 22 Januari 2015

Pembelajaran dan Motivasi Belajar - SMAN 6 MADIUN



BAB    I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah
Rendahnya hasil belajar siswa dalam materi pelajaran geografi melatar belakangi penulis untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Asumsi penulis rendahnya hasil belajar siswa tersebut disebabkan rendahnya motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh rendahnya aktivitas dan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Untuk menjawab permasalahan tersebut,  penulis mengupayakan memperbaiki model pembelajaran yang diterapkan sebelumnya (pembelajaran konvensional) yang menonjolkan peran guru secara dominan dalam proses pembelajaran , dengan model pembelajaran lain yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya sehingga belajar menjadi milik siswa.
Guru sebagai motivator dan fasilitator dituntut untuk menguasai materi pembelajaran juga mampu menggunakan metode dan alat peraga sesuai kebutuhan siswa. Selain itu, tak kalah pentingnya yang harus dikuasai guru adalah mampu memotivasi siswa untuk belajar. Hal ini disebabkan karena motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar.
Siswa yang telah mendapat dorongan yang tinggi, akan terlihat lebih aktif dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapat dorongan   baik dari guru maupun orang tua.
Salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan bangsa dan menghasilkan siswa yang mempunyai semangat untuk terus belajar, penuh rasa ingin tahu, dan mempunyai keinginan yang tinggi untuk memiliki pengetahuan sebanyak banyaknya. Pembelajaran yang berhasil ditunjukkan dengan dikuasainya materi  atau kompetensi dasar dengan perolehan hasil belajar mencapai ketuntasan belajar minimum yang ditentukan berdasarkan potensi siswa.
Maka dari itu, untuk meningkatkan kemampuan siswa terhadap materi pembelajaran dan menumbuh kembangkan semangat belajar siswa, penulis melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas .Penelitian ini dilakukan melalui repleksi diri hasil kerja, sehingga penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dapat meningkat dengan hasil belajar yang memuaskan.
Suprayekti (2003:4) Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja  direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut proses belajar, hasil belajar yang dicapai mencakup ranah kognitif berorientasi pada kemampuan “berpikir”, ranah afektif berhubungan dengan perasan”emosi, sistem nilai, dan sikap hati”,sedangkan psikomotorik berorientasi pada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh.
Gagne dalam Suprayekti (2003:5) mengklasifikasikan hasil belajar menjadi lima kategori yaitu informasi verbal, kemahiran intelektual, strategi kognitif yang termasuk ranah kognitif, sikap dari ranah afektif dan keterampilan motorik dari ranah psikomotor. Hasil belajar diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja direncanakan guru dalam pembelajaran. Interaksi belajar mengajar merupakan suatu pendekatan khusus yang diupayakan guru untuk mengaktualisasikan proses belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai secara efektif dan efisien.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Koopertif  terpadu dalam Meningkatkan Motivasi Belajar siswa pada Pelajaran Gegrafi di Kelas X A SMA Negeri 6 Madiun.
  1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang  di atas, maka masalah yang hendak diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1.Apakah motivasi dapat menentukan keberhasilan belajar siswa ?
                2. Apakah model pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
                3. Apakah hasil belajar siswa ditentukan oleh  motivasi dan penggunaan model
                        pembelajaran
4. Apakah motivasi dan model pembelajaran  secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa  ?
5. Apakah motivasi belajar siswa dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan guru dalam proses pembelajaran ?
6. Apakah  model pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien ?

  1. Pembatasan dan rumusan masalah
Agar penelitian ini lebih jelas dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah dan  rumusan masalah  sebagai berikut :
    1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif terpadu dalam proses pembelajaran di kelas XA dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ?
    2. Apakah minat belajar siswa meningkat setelah diimplementasikannya model pembelajaran kooperatif terpadu dalam proses pembelajaran ?
    3. Apakah model pembelajaran kooperatif terpadu dapat meningkatkan hasil belajar siswa ? 

  1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk meningkatkan :
1. Motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Proses dan hasil belajar  siswa
3. Keterampilan guru dalam penerapan model-model pembelajaran di kelas


  1. Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian tindakan kelas ini meliputi :
a. Manfaat bagi siswa:
1. Meningkatkan motivasi, daya ingat dan hasil belajar siswa
2. Menumbuhkan sikap kerja sama dan saling membantu di antara sesama siswa
3. Meningkatkan keberanian siswa untuk bertanya, menjawab dan
        mengemukakan pendapat
                b. Manfaat bagi guru :
1. Meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Meningkatkan keterampilan menggunakan metode pembelajaran
3. Menumbuhkan untuk terus melakukan penelitian dan inovasi proses pembelajaran
4. Meningkatkan Pemahaman tentang pelaksanaan penelitian.


BAB II
KAJIAN TEORI

Pada bagian ini di kemukakan beberapa teori yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.
  1. Pengertian belajar
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar      hanya dialami  oleh siswa sendiri. Kegiatan ini sangat penting bagi manusia,dan ini merupakan ciri has yang dimiliki manusia . Hampir semua kecakapan, keterampilan, kegemaran terbentuk dan berkembang disebabkan belajar. Dengan belajar manusia akan mampu mengambil keputusan dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan harapan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
Karena kegiatan ini penting para akhli psikologi telah berusaha menemukan apa dan  bagaimana sebenarnya belajar itu. Untuk ini mereka telah melakukan bermacam pengamatan dan percobaan baik terhadap hewan maupun manusia, yang kemudian disimpulkan sehingga menjadi    teori dan  konsep yang dapat menjelaskan   tentang belajar.
Belajar berarti perubahan tingkah laku, dari tidak tahu menjadi tahu dan tidak mampu menjadi mampu. Menurut Winkel (1996:53) belajar adalah suatu aktifitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam  interaksi aktif dengan  lingkungan,yang menghasilkan perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan nilai sikap, perubahan itu relatif konstan dan berbekas. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi karena belajar tidak timbul begitu saja, belajar lebih banyak membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktifitas psikis dan latihan-latihan. Proses belajar terjadi karena adanya perangsang-perangsang dari luar individu yang mengakibatkan perubahan dalam hubungan aspek kepribadian. Winkel juga menjelaskan lebih lanjut bahwa tidak setiap proses belajar disadari oleh seseorang , bahwa ia sedang belajar. Hal ini tidak mutlak karena bisa saja seseorang sedang belajar sesuatu tanpa menyadari  sepenuhnya, bahwa ia sedang   belajar.
Menurut Winkel  ciri lain yang dapat diidentifikasi dari proses belajar adalah dihasilkannya efek sampingan yang bukan merupakan  tujuan  utama dari proses belajar yang sesungguhnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang menghasilkan perubahan. Perubahan tersebut dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama atau berupa hasil sebagai efek sampingan.proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran dan dapat juga tidak demikian.
Chaplin ( 1995:272) membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama menyatakan bahwa “ belajar adalah merupakan proses perolehan dari sembarang perubahan yang relatif permanen dalam    tingkah  laku”. Rumusan kedua menyatakan bahwa “belajar proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus”.
Dari aliran ilmu Gestalt dalam Sardiman ( 1987:33) mengemukakan beberapa prinsip belajar antara lain :
a.                           Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan secara intelektual, tetapi juga secara  fisik, emosional, sosial dan sebaginya
b.                           Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c.                           Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
d.                           Belajar adalah perkembangan ke arah diferensiasi yang lebih luas.
e.                           Belajar hanya berhasil apabila mencapai kematangan untuk memperoleh insight.
f.                            Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemampuan untuk belajar, motivasi memberi dorongan yang mengerjakan seluruh organisme.
g.                           Belajar akan berhasil kalau ada tujuan
h.                           Belajar merupakan suatu proses bila seseorang  itu aktif, bukan ibarat bejana yang diisi.
Dari definisi-definisi di atas tidak ada indikasi yang menunjukkan perbedaan yang prinsipil, melainkan saling melengkapi. Bahwa dari definisi manapun secara implisit maupun secara eksplisit pada akhirnya didapat kesamaan maknanya bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau kepribadian yang diakibatkan oleh praktek atau pengalaman tertentu. Perubahan-perubahan tingkah laku tersebut dapat dilihat dari kemampuan baru yang diperolehnya, berupa pengetahuan, pemahaman,
kebiasaan, keterampilan, sikap nilai, hubungan sosial dan penghargaan.
  1. Motivasi belajar
Motivasi itu timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan  : (1) datang dari dalam diri individu itu sendiri (instrinsik) dan (2) datang dari lingkungan (ekstrinsik). Dengan demikian motivasi faktor yang menjadikan perilaku untuk bekerja dengan penuh inisiatif, terarah, intensif dan gigih.
Motivasi mempunyai peran yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan motivasi siswa dapat mengembangkan aktifitasnya dan inisiatifnya, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar.
Sardiman (1992::75) mengemukakan bahwa motivasi belajar  adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Pertanyaan yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar . Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.
Motivasi dapat berfungsi  sebagai pendorong  usaha dan pencapaian prestasi. Makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin mendorong siswa meningkatkan aktivitas belajarnya. Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, seperti memberi pujian, memberi nilai dari kegiatan belajarnya, memberi hadiah bagi yang berprestasi, ulangan, penerapan kompetisi dalam belajar, menumbuhkan kesadaran diri dan lain-lain.
Yang terpenting bagi seorang guru adanya bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan diarahkan untuk melahirkan hasil belajar yang bermakna.
  1. Hasil Belajar
Dalam kontek pembelajaran, penilaian hasil belajar mengandung tiga makna penting yang saling berhubungan dan saling keterkaitan, yakni tes, pengukuran atau kriteria dan penilaian itu sendiri. Mardjani dan Azhari (2002:5) mengemukakan bahwa  hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan     tingkah laku yang terjadi pada peserta diklat.Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang-bidang kognitif, afektif dan psikomotoris.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:200) mengemukakan bahwa hasil belajar        adalah      proses untuk   menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran hasil belajar. Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa  objek yang dinilainya adalah hasil belajar peserta didik. Pada umumnya hasil belajar diperoleh melalui kegiatan Tes atau evaluasi belajar. Tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar. Tes hasil belajar dibuat sedemikian sehingga mampu mengukur hasil belajar seperti pengetahuan mengenai fakta atau istilah, pengertian mengenai sesuatu konsep atau prinsip, kemampuan untuk menggunakan suatu konsep atau prinsip dan bermacam-macam kemampuan berpikir lainnya yang lebih tinggi tingkatannya dari mengingat atau memahami.Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran  yang tercantum di dalam kurikulum yang berlaku.
  1. Model Pembelajaran Kooperatif
Kelompok belajar kooperatif  bahwa siswa dituntut belajar bekerjasama baik dengan sesama anggota kelompok, guru, orang tua, serta pihak atau lembaga terkait yang harus dihubungi berkaitan dengan bidang kajian yang sedang dilakukannya.
Model pembelajaran kooperatif dilandasi oleh falsafah hidup bekerjasama dan bergotong royong. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif menekankan pada pembelajaran kelompok kecil beranggotakan antara 3 sampai dengan 5 orang , biasanya kelompok yang berjumlah ganjil sangat  dianjurkan , hal ini untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam pembahasan persoalan. Dalam modul Pelatihan Terintegrasi disebutkan ciri-ciri dan manfaat Pembelajaran Kooperatif (Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah,Depdiknas,2005:21) sebagai berikut:
1.        Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan model kooperatif: lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
a.        Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b.       Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi sedang dan redah.
c.        Bila memungkinkan, anggota kelompok  berasal dari ras, budaya,suku jenis kelamin yang berbeda-beda.
d.       Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu.
2.        Manfaat Pembelajaran kooperatif bagi siswa.
a.        Meningkatkan kemampuan untuk bekerja sama dan berorientasi
b.       Melatih  kepekaan diri ,empati melalui variasi perbedaan sikap dan perilaku selama bekerjasama.
c.        Meningkatkan motivasi belajar hingga diri dan sikap perilaku yang positif sehingga siswa akan tahu kedudukanya dan belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
d.       Mengurangi rasa kecemasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
e.        Meningkatkan prestasi belajar dengan menyelesaikan tugas akademik,sehingga dapat membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Beberapa teknik pembelajaran kooperatif,   yaitu : Mencari
pasangan kepala bernomor, dua tamu dua tunggal ,jigsaw, kancing gemerincing,kooperatif terpadu membaca dan menulis dan lain-lain. Dari beberapa teknik pembelajaran kooperatif, penulis hanya akan meneliti teknik pembelajaran kooperatif terpada membaca dan menulis menurut ( Steven dan Slavin,19995) :
1.        Membentuk kelompok yang anggotanya  ± 4 orang yang secara heterogen
2.        Guru memberikan wacana /kliping sesuai topik pembelajaran
3.        siswa  bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembear kerja
4.        Mempersentasekan / membacakan hasil kerja kelompok
5.        Guru membuat kesimpulan
Diilhami dari model pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yang dikemukakan Steven dan Slavin ,penulis mencoba menerapkan dalam proses pembelajaran dengan memodifikasi,sehingga ada perubahan di dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah teknik model pembelajaran koopertif terpadu membaca dan menulis dan berbagi informasi yang coba penulis kembangkan adalah sebagai berikut :
1.        Membentuk kelompok kecil siswa yang beranggotakan 3 – 5 orang
2.        Menggunakan buku sumber/artikel/kliping yang berhubungan dengan materi pelajaran
3.        Setiap siswa dalam kelompok membaca buku sumber dan sumber belajar lainya serta berbagi informasi mengenai apa yang dipelajarinya,kemudian menuliskan apa-apa yang telah dibacapada lembar tugas yang dibuat oleh guru.
4.        Mempersentasekan hasil kerja kelompok dengan teknik simulasi
5.        Siswa bersama guru membuat kesimpulan
Langkah –langkah Model Pembelajaran Kooperatif lainnya yang dapat dijadikan sebagai acuan  sebagaimana tergamkebar pada tabel berikut (LPMP JABAR:2005:31)
Fase ke
Indikator
Aktivitas/Kegiatan Guru1
1.
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
2
Menyajikan Informasi
Guru Menyajikan informasi pada siswa dengan jalan demontrasi atau melalui bahan bacaan
3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan pada siswa bagaimana cara membentukkelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok- kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
5
Evaluasi
Guru menevaluasi hasil belajar tentang materi  yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

       


BAB III
METODOLOGI PENILITIAN

  1. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian tindakan kelas dalam 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal 1 sampai 1 Agustus 200 dan siklus 2 dari tanggal 14 sampai 26 Agustus 2014. subjek penelitian adalah kelas IX C SMA Negeri 6 Madiun sumber tahun pembelajaran 2014/2015 sebanyak 32 orang

  1. Prosedur Penelitian
Prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang berbentuk siklus yang mengacu pada model yang di kemukakan beberapa ahli ( Suharsini Arikunto : 2014 ). Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu : 1) Perencanaan (planning) 2) Pelaksanaan (acting) 3) Pengamatan (observing)  4) Refleksi (reflecting). Di dalam alur kegiatan, tahapan pelaksanaan dan pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama.
Sebelum perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas, peneliti mencoba untuk mengidentifikasi masalah yang dirasakan dalam proses pembelajaran dan merumuskannya , kemudian didukung fakta, informasi, dan teori-teori melalui studi perpustakaan, sebagaimana yang dikembangkan oleh Lembaga Pemberdayaan Pendidikan Humaniora (LP2H) UPI Bandung (2005),metode Penelitian tindakan Kelas menjadi tujuh langkah, yaitu:
1.        Identifikasi dan formulasi masalah
2.        Merumuskan permasalahan secara operasional dan pernyataan penelitian
3.        Studi kepustakaan
4.        Menetapkan dan merumuskan rencana tindakan
5.        Pelaksanaan tindakan dan pengamatan
6.        Analisis dan interpretasi data
7.        Refleksi
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahapan perencanaan adalah :
(1) menyusun disain atau perencanaan PTK, (2) menyusun rancangan pengolahan pembelajaran seperti mempersiapkan Rencana Pelaksanaan (RPP), media dan alat yang dipergunakan dan alat evaluasi hasil belajar siswa, (3) menyusun dan mengumpulkan alat pengumpul data seperti lembar observasi dan kamera, (4) menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuntitatif.
    Di dalam tahapan pelaksanaan dan pengamatan, kegiatan yang dilakukan adalah :
(1) peneliti di dalam hal ini guru melaksanakan rancangan pembelajaran yang telah disusun, (2) peneliti melibatkan tiga orang guru sebagai observer, yaitu satu orang guru serumpun mata pelajaran, satu orang guru BK dan satu orang wakil kepala sekolah. Tugas observer adalah mencatat segala yang dilihat dan diamatinya selama proses pembelajaran berlangsung, seperti suasana dan situasi kelas, keterampilan guru mengelola KBM, bagaimana keterampilan guru memotivasi siswa dan lain sebagainya (terlampir dalam lembar observasi).
    Refleksi dilakukan peneliti dan observer setelah pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan setelah pengolahan data dilakukan dengan mendiskusikan hasil pengamatan dan pengolahan data tersebut. Hasil tang diperoleh berupa temuan tingkat efektifitas rancangan pembelajaran yang telah disusun serta aspek-aspek permasalahan yang muncul di lapangan selanjutnya dipakai sebagai dasar perencanaan dalam siklus kedua.
    Tahapan kegiatan dalam siklus ke dua disusun berdasarkan hasil temuan pada siklus pertama dan di dalam pelaksanaannya telah mengalami perbaikan-perbaikan guna lebih mengoptimalkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

C. Teknik Pengumpulan Data
    Untuk mendukung hasil penelitian dan penilaian dilakukan pengumpulan data-data. Ada dua jenis teknik pengumpulan data yang digunakan penulis, yaitu :
1.        Data  kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis secara deskriptif, misalnya dengan mencari nilai rata-rata, persentase keberhasilan belajar dari evaluasi belajar yang dilaksanakan.
2.        Data kualitatif yaitu data yang berupa hasil observasi dan pengamatan yang dituangkan dalam informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang aktifitas siswa mengikuti pelajaran dan keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.


BAB IV
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A.      Siklus I
Berdasarkan refleksi yang dilakukan bersama rekan-rekan guru yang bertindak sebagai pengamat, data hasil penelitian pada siklus pertama terlihat pada tabel 2.
Table 1
Data Hasil Pengamatan tiap aspek PTK pada siklus 1
No
ASPEK YANG DITELITI
RATA-RATA NILAI
KRITERIA PENELITIAN
REFLEKSI
1

Aktifitas siswa dalam proses KBM
77,05
BAIK
Perlu ditingkatkan upaya membangkitkan minat siswa memberikan pendapat,komentar dalam berdiskusi dan dalam kegiatan simulasi
2
Keterampilan guru dalam proses pembelajaran
83,55
SANGAT BAIK
Perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi strategi dan teknik pembelajaran, agar lebih menarik minat siswa dalam pembelajaran
               
Pada siklus pertama, hasil pengamatan observer menggambarkan bahwa aktifitas siswa dalam proses pembelajaran baik dan keterampilan guru sangat baik. Ada beberapa perbaikan yang harus diperhatikan untuk lebih meningkatkan motifasi belajar siswa, yaitu membangkitkan minat siswa untuk mengemukakan pendapat atau komentar,selain mengajukan pernyataan,namun pada hasil penelitian siklus pertama telah menunjukkan hasil yang baik. Keterampilan guru dalam mengelola KBM di kelas berpengaruh baik pada aktifitas belajar siswa.
Tabel 2
Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus Pertama
No
Rentan Nilai
Frekuensi Absolut (f)
Frekuensi Relatif (%)
1
2
3
4
5
6
7
3,01-4,00
4,01-5,00
5,01-6,00
6,01-7,00
7,01-8,00
8,01-9,00
9,01,10,00
2
4
8
9
5
5
10
4,65%
9,30%
18,60%
20,96%
11,63%
11,63%
23,26%
Jumlah
32
100%





Jika digambarkan dalam histogram, akan tampak seperti gambar di bawah ini
Nilai
 
Text Box: F
r
e
k
u
e
n
s
i

Gambar 1 :Histogram Data hasil Belajar Siswa
Sedangkan data statistik hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Data Statistik Hasil Belajar
Statistik
Nilai
Minimum
Maksimum
Rentang
Rata-Rata
Modus
Angka Tengah
3,00
10,00
7,00
7,16
6,88
7,33


    Hasil belajar siswa menunjukkan hasil yang baik, angka rata-rata perolehan nilai siswa 7,16. keaktifan siswa dalam KBM dan keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran mempunyai pengaruh yang baik terhadap hasil belajar siswa,karena pada saat berlangsungnya proses pembelajaran siswa terlihat cukup antusias dengan model pembelajaran kooperatif terpadu yang dipergunakan.

B.      Siklus II
Penelitian Tindakan kelas pada siklus kedua dilaksanakan dengan berpedoman pada hasil refleksi siklus pertama. Perbaikan-perbaikan dilakukan untuk lebih mengoptimalkan hasil penelitian. Untuk lebih memotivasi kegiatan belajar siswa peneliti membuat bagan-bagan alur simulasi yang harus di lakukan siswa dalam selembar kertas karton dan ditempel pada papan tulis, penggunaan brosur-brosur sebagai sumber belajar dibatasi jumlahnya sehingga tidak membingungkan siswa dalam menarik kesimpulan, guru lebih aktif membimbing dan menuntut siswa membaca brosur secara efektif dan kemudian menuliskannya ke dalam lembar kerja yang disediakan oleh guru. Hasil penelitian pada siklus kedua terlihat pada tabel 4.






Tabel 4
Data Hasil Pengamatan Tiap Aspek PTK Pada Siklus 2
No
ASPEK YANG DITELITI
RATA-RATA NILAI
KRITERIA PENELITIAN
REFLEKSI
1
Aktifitas siswa dalam proses KBM
81,10
SANGAT BAIK
Perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi proses pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan
2
Keterampilan guru dalam proses pembelajaran
90,02
SANGAT BAIK
Perlu dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi dalam teknik dan strategi belajar mengajar (proses pembelajaran)

Tabel hasil penelitian di atas menjelaskan bahwa setelah dilakukan perbaikan-perbaikan pada siklus kedua, aktifitas siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat baik. Keterampilan guru dalam mengelola proses pembelajaran juga menunjukkan sangat baik. Kondisi ini perlu dipertahankan dan perlu diarahkan ke tingkat yang lebih baik. Dengan demikian model pembelajaran kooperatif terpadu sangat baik diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Kondisi ini perlu dipertahankan dan perlu diarahkan ke tingkat yang lebih baik.

Tabel 5
Data Hasil Belajar Siswa Pada siklus Kedua
No
Rentan Nilai
Frekuensi Absolut (f)
Frekuensi Relatif (%)
1
2
3
4
5
6

4,01-5,00
5,01-6,00
6,01-7,00
7,01-8,00
8,01-9,00
8,01-10,00

1
1
3
1
19
18
2,33%
2,33%
6,98%
2,33%
44,18%
41,87%
Jumlah
32
100%

Data hasil belajar siswa dapat dilihat dalam histogram di bawah ini :
Nilai
 
Text Box: F
r
e
k
u
e
n
s
i
                                                 Gambar 2 : Histogram data Hasil Belajar Siswa



Tabel 6
Data Statistik Hasil Belajar
Statistik
Nilai
Minimum
Maksimum
Rentang
Rata-Rata
Modus
Angka Tengah
5,00
110,00
5,00
8,83
8,55
8,68
    Nilai hasil belajar sangat baik, nilai rata-rata yang diperoleh siswa sangat tinggi sebesar 8,83, hal ini dipengaruhi oleh aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran dan keterampilan guru dalam proses pembelajaran.
    Bagaimana perbandingan hasil pengolahan data pada siklus pertama dan kedua, tabel di bawah ini menunjukkan keadaan tersebut.
Tabel 7
Hasil Tiap Aspek PTK Pada Siklus Pertama dan Kedua
No
Aspek Penelitian
Siklus 1 Rata-rata
Siklus 2 Rata-rata
Peningkatan (%)
1
Aktivitas siswa dalam proses KBM
77,05
81,10
5,13%
2
Keterampilan guru dalam proses pembelajaran
83,55
90,02
7,74%
3
Hasil evaluasi belajar siswa
7,16
8,83
23,32%

    Berdasarkan data pada tabel di atas, rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus pertama sebesar 77,05 dengan kriteria penilaian baik, sedangkan pada siklus kedua 81,10. Terjadi peningkatan sebesar 5,13%. Lebih kecilnya tingkat aktivitas siswa pada siklus pertama disebabkan beberapa hal :
1.  Siswa baru mengenal model pembelajaran kooperatif terpadu dan metode simulasi yang dilakukan, kegiatan tidak dijelaskan dalam bagan alur kegiatan yang lebih jelas, guru hanya menyampaikan secara lisan.
2.  Kemungkinan instrumen tes kurang sempurna
3.  Masih ada berapa anggota dari tiap kelompok yang belum memanfaatkan informasi melalui brosur-brosur bank. Dan jumlah brosur bank yang dimiliki siswa sangat beragam.
Untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, penulis mencoba alternatif pemecahan sebagai berikut :
1.        Lebih memperkenalkan model pembelajaran kooperatif terpadu dan metode simulasi dalam KBM, alur kegiatan simulasi dibuat lebih jelas melalui bagan yang ditempel pada papan tulis.
2.        Instrumen tes dibuat lebih baik dan lebih dari satu bentuk penyampaian soal
3.        Guru lebih memaksimalkan pelayanan siswa secara individu dalam tiap kelompok, membimbing dan menuntun siswa membaca brosur-brosur yang dimiliki dan menuliskannya kembali dalam lembar tugas yang dibuat oleh guru.




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) melalui model pembelajaran kooperatif terpadu, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa :
1.        Aktivitas belajar siswa mengalami perubahan dari rata-rata 77,05 dengan kriteria baik menjadi rata-rata 81,10 sangat baik, artinya dalam proses pembelajaran motivasi belajar siswa sangat baik, hal ini dibuktikan dengan tingkat aktivitas siswa yang meningkat
2.        hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari rata-rata 7,16 yang berarti tinggi menjadi 8,83 yang berarti sangat tinggi
3.        model pembelajaran kooperatif terpadu sangat baik diimplementasikan dalam proses pembelajaran
B.      Saran
1.        Jika guru memutuskan untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif terpadu, konsekuensi yang harus dihadapi guru adalah :
a.        Guru harus memilih karakteristik materi pembelajaran yang sesuai untuk didiskusikan dan disimulasikan
b.       Guru harus aktif mengawasi kegiatan siswa agar kerja sama kelompok dapat efektif
c.        Memberi teguran dan bimbingan kepada siswa secara langsung, bila ada siswa yang terlihat tidak bekerja sama
d.       Harus mengelola waktu KBM dengan tepat dan melakukan kontrol waktu untuk setiap tahapan pembelajaran
2.        Buku paket hendaknya tidak dijadikan satu-satunya sumber belajar, berikan siswa sumber belajar lainnya yang dapat menimbulkan gairah untuk mengetahuinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar