Kamis, 22 Januari 2015

Pandangan Tipe Kepemimpinan - SMAN 6 MADIUN



A.             Latar Belakang Masalah

Dalam menyongsong milenium III pendidikan di Indonesia menghadapi perubahan yang sangat kompleks dan mempengaruhi kehidupannya sebagai bangsa. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pergeseran nilia – nilai sehingga berakibat robohnya kemampuan struktural. Salah satu syarat untuk menghadapi pergeseran tersebut ialah adanya
keterbukaan, karena keterbukaan ini sangat diperlukan untuk merespon permasalahan baru sebagai akibat dari perubahan, serta untuk memodifikasi dari reditaksasi nilai – nilai lama yang masih relevan dengan kebutuhan dan tantangan. Keterbukaan harus dilandasi oleh rasionalitas dan obyektifitas. Dalam mewujudkan hal tersebut dituntut adanya disiplin terutama kemampuan untuk mengendalikan diri. Keterbukaan yang dilakukan secara selektif dalam bidang pendidikan sangat berperan karena berfungsi untuk meningkatkan daya pikir dan daya nalar siswa. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pemimpinan atau kepemimpinan yang solid.
Kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan dunia pendidikan. Sehingga hal ini menarik perhatian para ahli untuk menyelidiki macam – macam tipe kepemimpinan yang ada. Penyelidikan itu dilakukan pada pola tingkah laku pemimpin, kelompok dan nilai – nilai serta norma – norma yang berlaku. Oleh karena itu dapat dipahami bahwa :
“ Titik berat beralih dari pemimpin sebagai orang yang membuat rencana, berfikir dan mengambil tanggung jawab untuk kelompok          serta memberikan arah kepada orang lain, ada anggapan bahwa pemimpin itu pada tingkat pertama ialah pelatih dan koordinator bagi kelompok “ (1 : 3).
Perubahan konsep tentang kepemimpinan akan melahirkan peranan baru yang harus dimainkan oleh pemimpin. Tidak beranjak dari membuat rencana dan berfikir serta mengambil tanggung jawab dari pemimpin sebagai pelatih dan koordinator bagi kelompok yang dipimpin.
Demikian pula dalam peranannya sebagai pelatih dan koordinator, Pemimpin dapat memberikan bantuan kepada kelompoknya berupa penciptaan iklim sosial, pengorganisasian diri, penetapan prosedur kerja, pengambilan keputusan bersama dengan kelompok belajar dan pengalamannya sendiri.
Kemudian kaitannya dengan pola kepemimpinan, Ki Hajar Dewantara telah memberikan contoh dalam membina Perguruan Taman Siswa dengan menggunakan Panca Darma Siswa yang berisi lima syarat yaitu :
1.        Asas Kemerdekaan
2.        Asas Kodrat Alam
3.        Asas Kebudayaan
4.        Asas Kebangsaan
5.        Asas Kemanusiaan  ( 2 : 175 )
Selanjutnya dalam pelaksanaan beliau mengambil semboyan sebagai pola kepemimpinan sampai pada aplikasinya yang terdiri dari :
1.        Lawan Sastra Ngesti Mulya, maksudnya dengan kecerdasan jiwa menuju
2.        Suci Tata Ngesti Tunggal, maksudnya kesucian dan ketertiban menuju kesatuan
3.        Tut Wuri Handayani, yang berarti mengikuti di belakangnya sambil memberi pengarahan
4.        Kita Berhamba pada Sang Anak, yang berarti pendidikan dengan ikhlas dan tidak terikat oleh apapun juga, mendekati si terdidik untuk mengorbankan diri kepadanya.
5.        Rawe – rawe Rantas Malang – malang Putung, maksudnya segala yang menghalangi akan hancur  ( 2 : 182 )

Dengan Panca Dharma dan semboyan tersebut di atas, Ki Hajar Dewantara dalam mencapai tujuan pendidikan menggunakan pola kepemimpinan yang demoktratis, seperti yang tertera dalam adat ketamansiswaan. Yang dimaksud dengan demokrasi barat diadopsi mentah – mentah, tetapi ditempatkan dibawah pimpinan kebijaksanan ( 2 : 177 ).
Sebagai lanjutan pembangunan pendidikan yang kaitannya dengan kepemimpinan pendidikan Dr. Oteng Sutrisno berpendapat bahwa :
“ Persoalan kepemimpinan pendidikan bukan semata – mata persoalan politik dan pemerintah. Ia meliputi seluruh kehidupan sosial kita. Bagaimanakah perusahaan dan industri – industri akan dibangun dan dikembangkn, bagaimanakah lembaga – lembaga sosial dan kultural serta organisasi – organisasi buruh dan profesional akan dipengaruhi dn diawasi  ( 3 : 140 )
Dari uraian di atas jelas bahwa persoalan kepemimpinan sangat penting dalam mengelola satu lembaga perusahaan dan industri termasuk lembaga pendidikan. Dari sini dapat diambil suatu makna betapa pentingnya kepemimpinan dalam peranannya terhadap pendidikan khususnya pendidikan           ( Agama ) Islam.
Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat yang diarahkan dan dikembangkan serta dilaksanakan oleh ketiga komponen tersebut. Pernyataan ini sesuai dengan TAP MPR RI No. II/MPR/1993 tentang GBHN yang berbunyi :
“……. pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dilingkungan keluarga sekolah dan masyarakat. Karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah “  ( 4 : 67 )
Ketiga komponen tersebut merupakan tiga pusat kepemimpinan yang dalam interaksinya sangat menentukan berhasil atau tidaknya peranan pendidikan, khususnya pendidikan agama. Kepemimpinan dalam bahasan ini akan dibatasi hanya pada kepemimpinan dalam pendidikan formal di sekolah dan bagaimana peranannya dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam.
Pendidikan di sekolah sesuai dengan kedudukannya sebagai kelanjutan dari pendidikan di lingkungan keluarga dituntut untuk mampu mengembangkan apa yang diperoleh anak di lingkungan keluarganya. Dengan demikian sekolah tidak hanya mencukupkan diri pada pemberian ilmu pengetahuan dan ketrampilan saja, melainkan harus dapat menanamkan nilai – nilai dan norma – norma sosial serta agama pada diri anak didik, sehingga anak tumbuh dan berkembang memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran agama yang kelak dikemudian hari akan berguna bagi masyarakat, negara dan agamanya.
Dari pokok – pokok uraian di atas, dalam pembahasan ini lebih ditekankan pada langkah – langkah dan kebijaksanaan yang diambil oleh pemimpin pendidikan dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan agama disuatu sekolah.

B.             Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapatlah penulis kemukakan rumusan permasalahan sebagai berikut :
1.        Bagaimana tipe kepemimpinan pendidikan yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah ?
2.        Bagaimana peranan pimpinan pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas proses pendidikan Agama Islam di sekolah ?

C.             Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukan di atas, maka dapatlah penulis sampaikan tujuan dari penulisan makalah sebagai berikut :
a.        Ingin mengetahui tipe – tipe kepemimpinan yang relevan yang dipakai dalam hubungan dengan pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah.
b.       Untuk mengetahui peranan pemimpinan pendidikan atau kepala sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas proses pendidikan Agama Islam di sekolah.

D.             Manfaat Penulisan

Dari pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai :
1.        Bahan informasi tentang usaha – usaha yang dilaksanakan pimpinan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan Agama Islam di sekolah.
2.        Bahan pertimbangan paraa pemimpin sekolah untuk memilih dan menentukan langkah – langkh serta kebijaksanaan dalam meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan Agama Islam.

E.              Metode Penulisan

Dalam pembahasan masalah ini penulis menggunakan metode kepustakaan atau buku literatur. Mengutip pendapat – pendapat para ahli yang dapat dipertanggungjawabkan dan terdapat dalam berbagai buku literatur yang ada kaitannya dengan judul yaitu “ Tipe Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Peranannya Terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam “.
Agar mendapatkan data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka dalam pengumpulan dari buku – buku bacaan, penulis menggunakan metode mengutip :
“ Yang dimaksud dengan metode mengutip adalah suatu metode pengumpulan yang di dapat dengan memasukkan atau mengutip sesuatu sebagai anggota dalam suatu keseluruhan “  ( 5 : 13 )
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas maka dapat penulis kemukakan bahwa metode mengutip adalah metode memindahkan atau mencatat segala pendapat secara benar sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga data yang diperoleh dari metode ini adalah data yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Jadi untuk ini penulis dalam penulisan makalah secara langsung berdasarkan literatur, dengan cara mengumpulkan beberapa buku kemudian dibaca, dimengerti, dianalisa dan sekiranya cocok baru dipindahkan atau dikutip. Kemudian untuk menganalisa data penulis menggunakan teknik analisa “ Reflektif Thinking “ yaitu cara menganalisa data melalui berfikir induktif dan deduktif.
1.        Metode Induktif
“ Metode induktif berangkat dari fakta–fakta atau dari peristiwa–peristiwa yang khusus ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum “ ( 6 : 42 )
Metode ini penulis pergunakan untuk menganalisa secara kuantitatif tentang kepala sekoah dalam mengelola bawahannya baik yang bersifat administratif maupun superfisi, sehingga dari data – data ini penulis dapat simpulkan secara umum, apakah pola yang digunakan itu secara otoriter atau yang lainnya.
2.        Metode Deduktif
“ Metode Deduktif berangkat dari yang sifatnya umum dan bertitik tolak pada pengetahuan umum itu kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus “  ( 5 : 42 )
Adapun yang penulis maksud dengan metode deduktif adalah mengambil kesimpulan dengan berpijak dari fakta – fakta yang bersifat umum menuju kesimpulan yang bersifat khusus. Contoh kepala sekolah akan mengambil pola kepemimpinan yang tepat, bila ia mau mempelajari dasar – dasar kepemimpinan yang pelaksanaannya sesuai dengan situasi yang ada.

F.              Kerangka Berfikir

Kepemimpinan atau Leadership adalah setiap sumbangan terhadap terwujudnya dan tercapainya tujuan – tujuan kelompok atau golongan. Dalam hal ini masih dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau menguasai pikiran – pikiran, perasaan – perasaan atau tingkah laku orang lain. Pengaruh – pengaruh ini dilakukan melalui sikap, perbuatan dan perkataan secara langsung terhadap anak buah atau bawahannya. Tindakan kepemimpinan dapat berlaku sebentar atau pun lama. Demikian pula tanggung  jawab seorang pendidikan / guru dalam fungsi kependidikannya tidak dapat dikatakan kecil. Sesungguhnya semua guru mempunyai daya kesanggupan yang lebih besar dari pada yang mereka pergunakan, jika benar – benar mereka diberi kesempatan, bimbingan dan diberi jalan untuk mengembangkan kesanggupannya, untuk membuat murid – muridnya belajar secara objektif. Dengan demikian tampaklah dengan jelas peranan pimpinan dalam mempengaruhi atau membantu para guru dalam mengembangkan kesanggupan–kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan sekolah yang sehat, dan mendorong guru–guru, pegawai–pegawai, tata usaha, murid – murid serta orang  tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan tindakan dalam kegiatan – kegiatan kerjasama yang efektif bagi tercapainya tujuan – tujuan sekolah, khususnya pendidikan Agama Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar