Selasa, 20 Januari 2015

Motivasi belajar - SMAN 6 MADIUN



MOTIVASI BELAJAR DALAM SUATU TEORI PEMBELAJARAN DI KELAS
Oleh :
ADI SUPRAYITNO
SMAN 6 MADIUN
A.            Motivasi Belajar

1.             Pengertian Motivasi Belajar
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, motivasi diartikan sebagai suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Demikian setiap orang yang sempurna akalnya dapat dipastikan mempunyai keinginan. Apakah keinginan untuk memiliki atau sekedar mendapat sesuatu yang disenangi. Orang melakukan aktifitas dikarenakan ada motivasi atau kemauan. Tanpa didahului adanya motivasi tentu tidak akan terlaksana.
Adapun pengertian belajar yaitu apabila ingin mengerti dan memahami sesuatu harus belajar terlebih dahulu. Itulah serangkaian kata-kata yang sering kita dengar. Tentang pengertian belajar ada sejumlah ahli telah berusaha memberikan rumusan atau definisi belajar, diantaranya Ischak (1988 : 34) mengatakan bahwa : ”belajar adalah perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang relatif tetap, diperoleh karena pengalaman, perubahan tersebut dapat diukur, perubahan itu secara fungsional harus bermakna.” Dengan demikian merupakan perubahan dari suatu abilitas ke abilitas lain.
Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar ini disebut motivasi. Berikut ini penulis berikan beberapa definisi motivasi.
Raths (1971 : 419) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu hal yang penting dan menentukan untuk mengarahkan seseorang      serta mengendalikan perbuatannya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki. Begitu juga, Ardhana (1989 : 3) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu unsur yang sangat penting dalam proses pendidikan maupun proses menjalankan tugas dalam kehidupan sehari-hari.
Melihat pentingnya motivasi dalam kehidupan, para ahli telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang berhubungan dengan motivasi, baik dalam bidang pendidikan, bidang ketenaga-kerjaan, maupun dalam bidang lain yang menyangkut kehidupan manusia.
Para ahli tersebut antara lain, misalnya Good dan kawan-kawan (Good dan Jere B. Brophy, 1986 ; Mark dan Thomburg, H 1984) menegaskan bahwa motivasi sebagai suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku. Para ahli itu mengumpamakan motivasi sebagai bahan bakar dalam beroperasinya motor bensin. Tidak menjadi berarti, betapapun baiknya mesin dan penyetelannya kalau bahan bakarnya tidak sama. Sama halnya dengan betapapun tingginya kemampuan intelektual atau bakat siswa, bila diajar materi IPA tanpa dilengkapi media pembelajaran, siswa kurang termotivasi untuk belajar secara optimal. Dalam kajian ini diharapkan penggunaan media model dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Berdasarkan gambaran singkat diatas, betapa pentingnya motivasi dalam proses belajar. Selanjutnya Hudojo (1981 : 30) menyimpulkan bahwa motivasi merupakan kunci keberhasilan belajar seseorang.
Suryobroto (1984 : 70) mengemukakan bahwa motivasi adalah motif yang sudah menjadi aktif pada saat tertentu. Sedangkan motif adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Begitu juga, Winskel (1987 : 92) mengemukakan motif adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya tujuan.
Dari konsep-konsep motivasi diatas, terlihat bahwa makna motivasi ini sangatlah besar pengaruhnya. Namun demikian, konsep motivasi tersebut memiliki konsep yang sama, yakni motivasi adalah pendorong seseorang untuk dapat melakukan sesuatu yang dikehendaki. Dengan kata lain, motivasi adalah keseluruhan atau totalitas kekuatan yang tersembunyi dalam diri seseorang, yang dapat seseorang itu mengerahkan tenaga atau energinya untuk melakukan sesuatu yang lebih baik, dibanding yang sebelumnya dalam mencapai tujuan tertentu. Jadi motivasi adalah identik dengan pendorong atau penggerak yang ada dalam diri seseorang, sehingga ia dapat melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang dikehendakinya, dalam hal ini guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
Motivasi belajar adalah pelaksanaan atau penerapan motivasi di bidang pendidikan, khususnya yang menyangkut proses belajar mengajar. Winskel (1987 : 94) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan kegiatan belajar itu demi tercapainya tujuan maksud yang sama, Sardiman (1986 : 45) mengemukakan bahwa motivasi belajar adalah faktor psikis yang bersifat non-intelektual, dan penerapannya yang khas yaitu menumbuhkan gairah, merasa senang, dan semangat dalam belajar, yang pada gilirannya dapat meningkatkan perolehan belajar. begitu juga, Ardhana (1990 : 21) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah suatu faktor yang sangat penting dalam mencapai suatu prestasi, baik akademik maupun prestasi dalam bidang lain.
Motivasi belajar yang dikemukakan para ahli diatas, memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang bermotivasi memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Serta memberikan arah yang tepat, sesuai dengan kemampuannya guna mencapai suatu tujuan.
Siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah umumnya tertinggal pelajarannya, seringkali pula memiliki kesalahan dalam belajar (Palardy, 1975 : 261). Sebaliknya, siswa yang mempunyai motivasi tinggi akan memiliki banyak energinya untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 1986 : 60).
Beberapa ciri siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, dapat dikenal selama mengikuti proses belajar-mengajar di kelas. Brown (1961 : 150) mengemukakan ada delapan ciri, yaitu sebagai berikut : (1) tertarik pada guru, artinya tidak bersikap acuh tak acuh, (2) tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan, (3) antusiasme tinggi, serta mengendalikan perhatian dan energinya kepada kegiatan belajar,               (4) ingin selalu tergabung dalam satu kelompok kelas, (5) ingin identitas diri diakui orang lain, (6) tindakan dan kebiasaannya, serta moralnya selalu dalam kontrol diri, (7) selalu mengingat pelajaran dan selalu mempelajarinya kembali di rumah, dan (8) selalu terkontrol oleh lingkungan.
Berdasarkan kutipan diatas, yang jelas motivasi adalah menyangkut suatu tingkah laku yang positif, dan tidak mengarah kepada hal yang negatif. Sejalan dengan itu, Sardiman (1986 : 51) mengemukakan motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki             ciri-ciri sebagai berikut : (1) tekun dalam menghadapi tugas atau bekerja secara terus menerus dalam waktu yang lama, (2) ulet menghadapi kesulitan dan tidak lekas putus asa, dan tidak cepat puas dengan prestasi yang diperolehnya, (3) menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah (belajar), sehingga kurang kreatif, (4) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau yakin akan sesuatu), (5) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini, serta (6) senang mencari dan memecahkan masalah.
Keller, dkk (1978) mengemukakan bahwa motivasi belajar sebagai keinginan seseorang untuk mencapai prestasi yang unggul. Motivasi belajar ini sebagai perluasan dari motivasi intrinsik (Husen, dkk, 1985 : 342) yang mempunyai ciri-ciri sikap dan perilaku seperti : ketekunan, keuletan, daya tahan, keberanian menghadapi tantangan, kegairahan, dan kerja keras (Ardhana, 1990 : 4).
Selanjutnya, Keller (1979 : 32) menegaskan bahwa motivasi belajar itu berpangkal pada bahan pelajaran itu sendiri, motivasi belajar itu ditentukan dalam situasi-situasi yang dibuat pelajaran, bila pelajaran itu memiliki arti penuh, dan berhubungan erat dengan realitas. Sejalan dengan itu Briggs (1964 : 189) juga menekankan bahwa motivasi memegang peranan utama dalam belajar, siswa akan bekerja secara terarah dan bersemangat.
Dari beberapa pendapat mengenai motivasi diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah daya penggerak dalam diri seseorang. Hal itu dapat dibangkitkan dengan menyediakan kondisi dan situasi belajar-mengajar sebaik-baiknya. Dengan demikian, menimbulkan kegairahan dan memberikan arah pada kegiatan itu, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh siswa dapat tercapai.
Jadi motivasi ekstrinsik adalah bentuk motivasi dimana aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar (Sardiman, 1986 : 87).
Begitu juga, motivasi belajar dapat pula berbentuk motivasi intrinsik yakni motif-motif yang menjadi aktif dan fungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuai ”intrinsik motivation are inherent in the learning situation and meet pupil needs and purposes”, motivasi intrinsik tidak dipisahkan dari situasi belajar dan dapat memenuhi kebutuhan dan maksud-maksud siswa (Sardiman, 1986 : 88). Maksud yang sama, dikemukakan Thornburgh (1984) motivasi intrinsik adalah keinginan bertindak yang disebabkan oleh faktor pendorong dari dalam diri (internal) individu. Misalnya, siswa belajar bahasa Inggris baik lisan maupun tertulis, bukan untuk mendapat izin atau pujian orang tua.
Di dalam proses belajar siswa yang bermotivasi intrinsik dapat dilihat dari kegiatannya, yang tekun dan mengerjakan tugas-tugas belajar karena butuh, dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Tujuan belajar yang sebenarnya adalah untuk menguasai apa yang dipelajari, bukan karena ingin mendapatkan pujian dari guru. Berlyne (1996) mengemukakan bahwa siswa yang bermotivasi secara intrinsik aktivitasnya lebih baik dalam belajar daripada siswa termotivasi secara ekstrinsik. Siswa seperti ini baru akan mencapai kepuasan kalau ia dapat memecahkan masalah pelajaran dengan benar, atau menegrjakan tugas-tugas belajar membentuk tantangan baginya, dan ia terpaksa terhadap tugas-tugas belajar tersebut.
Berdasarkan uraian diatas, untuk menciptakan situasi dari kondisi yang menunjang bangkitnya motivasi belajar siswa, guru dapat menggunakan strategis belajar tertentu, misalnya dengan menggunakan media pengajaran dalam proses belajar-mengajar. Berbagai media yang digunakan antara lain : media model, selain media biasa yang dipakai seperti papan tulis. Sejauhmana keberhasilan guru membangkitkan motivasi belajar siswa melalui penggunaan media tersebut, akan diuji dalam penelitian ini, khususnya bagi siswa Sekolah Dasar dalam bidang studi IPA.
2.             Peranan Motivasi dalam Belajar
Sebelum membicarakan tentang peranan motivasi dalam belajar siswa, sebaiknya ditinjau dahulu peran guru dalam menumbuhkan motivasi dalam diri siswa. Seperti diketahui, guru sesuai dengan tugasnya adalah sebagai fasilitator dan motivator (Raka Joni,             1985 : 12), dan sekaligus sebagai inspirator dalam kelas (Winskel, 1987 : 94).
Berdasarkan uraian diatas, kedudukan ini menunjukkan betapa pentingnya guru dalam menumbuhkan motivasi dalam belajar siswa. Guru sebagai fasilitator, maka ia harus dapat memberikan berbagai kemudahan, petunjuk, bantuan, dorongan kepada siswa, selama proses belajar mengajar di kelas. Memberikan petunjuk dalam belajar atau mengarahkan bagaimana agar siswa dapat belajar dengan mudah, dan sekaligus memberikan dorongan-dorongan yang diperlukan siswa.
Guru sebagai motivator, dalam proses belajar mengajar harus dapat membangkitkan motivasi, hasrat dan gairah belajar pada diri siswa. Pelaksanaan ini biasanya belum seoptimalnya dilakukan dalam pengajaran, sehingga dapat terjadi rendahnya motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, tugas guru sebagai motivator sebaiknya dapat dilakukan untuk membangkitkan motivasi belajar. Dalam penelitian ini upaya membangkitkan belajar siswa salah satunya menggunakan media pembelajaran (media model) yang disesuaikan dengan kondisi materi pelajaran yang disajikan.
Sedangkan guru sebagai inspirator, harus dapat memberikan semangat, tanpa memandang taraf kemampuan intelektual atau tingkat motivasinya. Setiap siswa harus dapat dibuat senang baik dalam mengikuti pelajaran maupun bergaul. Keadaan demikian, menuntun fleksibel tinggi, perhatian dan tindakan harus sesuai dengan norma yang berlaku.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa peranan motivasi dalam belajar adalah sebagai pendorong dan penggerak seseorang dalam berbuat, penentu arah perbuatan, dan dapat menyeleksi perbuatan.
Motivasi sebagai pendorong dapat menggerakkan dan menumbuhkan keinginan untuk belajar siswa tanpa adanya suatu pendorong atau motor penggerak, sangat sedikit keberhasilan siswa dalam belajar, dan sangat minim prestasi yang dicapai siswa. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik pula bagi siswa.
Motivasi sebagai penentu arah, dapat menentukan ke arah mana suatu perbuatan itu dapat mencapai sasaran yang diharapkan bagi siswa dalam belajar. Motivasi disini kompas atau penunjuk arah, maksudnya siswa dapat belajar sesuai yang diharapkan tanpa harus membuang energi yang melelahkan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Motivasi belajar sebagai penyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan yang harus dilakukan dan apa yang harus tidak dilakukan selama proses belajarnya berlangsung. Contohnya, bila seorang siswa akan menghadapi ujian dengan harapan lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar, dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain yang tidak karuan, sebab perbuatan tersebut tidak serasi dan tidak mendukung tercapainya tujuan.
3.             Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Telah dijelaskan bahwa belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan tingkah laku atau kecakapan, berhasil atau tidaknya belajar itu tergantung kepada bermacam-macam faktor. Adapun faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : faktor individual dan sosial.
Faktor individual terdapat dalam diri organisme itu sendiri antara lain : faktor kemauan atau pertumbuhan, faktor kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Kematangan atau pertumbuhan bagi seorang anak mutlak diperlukan karena apabila pertumbuhan mental atau jasmani matang tentunya diajarkan sesuatu dipastikan berhasil. Suatu contoh siswa kelas VI Sekolah Dasar tidak mungkin diajarkan filsafat, karena memang daya nalarnya belum mampu untuk menerimanya.
Sedangkan faktor sosial merupakan faktor yang berasal dari luar diri individual, seperti bahan pelajaran, faktor instrumen dan lingkungan (sosial dan non sosial). Motivasi sosial, sebab sebagian besar waktu yang digunakan anak untuk belajar adalah di rumah, berarti orang tualah yang harus banyak berperan. Oleh karena itu apabila orang tua sebagai pembawa pengaruh dapat memberikan motivasi yang baik tentunya timbullah kesadaran anak untuk belajar akan menjadi meningkat.
Soekamto T (1997 : 40), mengemukakan bahwa hubungan kebutuhan dengan motivasi menurut teori dorongan tingkah laku seseorang didorong ke arah tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan.
Zainula dan Nasoetion N (1997 : 10) berpendapat bahwa hasil tes seharusnya dapat memotivasi belajar siswa dan juga dapat menjadi pembimbing bagi mereka untuk belajar.
Skinner, seperti dikutip oleh Prayitno Elida (1989 : 5) mengemukakan bahwa motivasi sangat ditentukan oleh lingkungan. Siswa akan termotivasi dalam belajar jika lingkungan/ suasana belajar ditata secara bijaksana sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Motivasi dan lingkungan meliputi :
a.     Lingkungan fisik sekolah yang meliputi siswa, pengaturan tempat duduk, ukuran kelas, ukuran sekolah dan komposisi di dalam kelas.
b.    Lingkungan sosial.
Prayitno Elida (1989 : 130) mengemukakan bahwa merencanakan penggunaan media pengajaran adalah mendorong siswa agar memberikan respon terhadap rancangan pengajaran, respon siswa terhadap situasi pengajaran dapat saja dalam bentuk mengulangi kembali fakta-fakta yang telah dipelajari dan dapat juga berbentuk hasil ciptaan yang komplek.
Wardani IGAK berpendapat bahwa perhatian dan motivasi siswa untuk belajar ternyata sangat dipicu dan dipacu oleh para guru yang melibatkan mereka dalam pembelajaran. Persiapan guru yang matang, kegiatan berupa pengalaman langsung dan suatu yang baru berkaitan dengan pengalaman siswa sangat menentukan tingkat keterlibatan siswa.
Sementara Conny dkk mengemukakan bahwa perkembangan pikiran (kognitif) anak sesungguhnya dilandasi oleh gerakan dan perbuatan. Anak harus bergerak dan berbuat sesuatu terhadap obyek yang nyata. Dengan demikian akan memiliki motivasi dari dalam dirinya karena didorong oleh rasa ingin tahu.
Berdasar pada beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Faktor dari dalam diri siswa antara lain : kebutuhan siswa, daya kognitif siswa dan hasil tes siswa sedangkan lingkungan fisik sekolah, lingkungan sosial, guru dan media merupakan faktor dari luar diri siswa.
4.             Faktor-faktor Penghambat Belajar
Setiap anak mengalami hambatan didalam belajarnya dapat dilihat dari hasil-hasil yang ditugaskan oleh guru mereka. Banyak faktor-faktor yang menjadi hambatan didalam belajar. Lebih lanjut  M. Ischak mengatakan, “…banyak yang menjadi penyebab kesulitan belajar, diantaranya adalah : jasmani, rohani dan sosial” (Ischak, 1998 : 82). Masalah jasmani yaitu masalah-masalah yang menyebabkan kelemahan sebagai potensi jasmani. Kelemahan ini dapat berupa kelelahan atau gangguan fisik yang lain. Suatu contoh mengantuk, dapat juga dikatakan sebagai gangguan fisik, karena hal tersebut akibat kelelahan terus untuk memandang layar kaca tanpa hentinya. Akibat setelah tiba waktunya untuk belajar mereka tidak dapat konsentrasi pada apa yang dipelajari.
Sedangkan masalah rohani yaitu masalah-masalah yang berkaitan dengan potensi psykologi, seperti kondisi intelegensi normal juga mengalami hambatan dalam belajar. Mereka tidak sepenuhnya menghadapi pelajaran, mereka menampak jera, males dan sebagainya. Masalah sosial adalah masalah yang berkaitan dengan komunikasi (pemalu dan penakut).
Dari kutipan-kutipan tersebut diatas disimpulkan bahwa faktor penghambat bagi anak, disamping masalah-masalah sosial, yang berupa pengaruh-pengaruh dari luar. Suatu contoh hadirnya penayangan televisi swasta. Khususnya bagi anak usia Sekolah Dasar banyak menimbulkan permasalahan.
5.             Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan-bahan yang dipelajari dipenuhi sepenuhnya oleh siswa. Adapun usaha yang harus dilakukan bertalian dengan penguasaan materi dan faham. Menurut            S Nasution (1988 : 52) ”Salah satu prasyarat untuk penguasaan atau tuntas adalah merumuskan secara khusus bahan yang harus dituangkan dalam suatu alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa”. Selanjutnya dikatakan pula bahwa : ”Metode dan sumber belajar beraneka ragam dapat disajikan pada murid untuk menguasai pada bahan yang belum dipahami”. Menunjukkan letak kesalahan siswa disertai petunjuk memperbaikinya merupakan langkah yang baik, selain itu dapat diberikan bantuan tutorial, yaitu bantuan pribadi dari seorang Guru. Cara yang lain adalah menyuruh murid membaca kembali dengan cermat halaman atau bagian yang berkenaan dengan kesalahan murid untuk membaca bagian tertentu dari buku itu.
Dari kutipan diatas bahwa upaya yang harus dilakukan dalam meningkatkan belajar anak adalah, diarahkan agar mereka menyenangi pelajaran yang ditekuni. Apabila pelajaran yang sudah disenangi tentu mereka akan timbul motivasi dan kemauan yang tinggi untuk mempelajari. Lalu dilanjutkan dengan memberikan latihan yang sebelumnya telah dirumuskan atau dibuatkan rumusan bahan yang harus dipelajari. Dari latihan dan evaluasi itulah akan diketahui hasilnya, apakah si anak betul-betul sudah meningkat belajarnya atau belum. Apabila ternyata dalam evaluasi tersebut masih menunjukkan hasil yang kurang memuaskan maka anak dapat diberi bimbingan khusus serta mengulang kembali dan menunjukkan kesalahan dan perbaikan pula. Demikian pula dalam hal belajar pula pada umumnya dalam usaha guru untuk menciptakan kondisi-kondisi atau mengatur lingkungannya, termasuk guru, alat pelajaran dan sebagainya yang lazim disebut proses belajar.
Faktor guru sendiripun sangat besar pengaruhnya, misalnya latar belakang pendidikan, pengalaman, kemampuan, sikap terhadap anak, konsepnya tentang belajar mengajar, pribadinya, kekreatifannya dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar