Sabtu, 24 Januari 2015

Guru dalam memotivasi kretaifitas siswa-ADISA SMAN 6 Madiun



Guru dan anak didik adalah dua figur yang selalu dibicarakan dan tidak pernah absen dari pembicaraan masyarakat. Guru tidak hanya disanjung keberadaannya tetapi juga dicaci maki dengan sinis hanya karena kealpaannya berbuat kebajikan. Keburukan prilaku anak didik cenderung diindikasikan sebagai kegagalan
guru dalam membimbing dan memotivasi potensi dan kreatifitas anak didik. Pada dasarnya guru bukan satu – satunya sumber untuk memotivasi anak melainkan orang tua dan masyarakat juga harus ikut membantu dalam pengembangan kreatifitas individu.
Pada hakekatnya semua anak yang terlahir didunia ini telah dibekali berbagai potensi[1] yaitu potensi berupa akal yang dapat dikembangkan kreatifitasnya.
Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi pada zaman sekarang maka sangat diperlukan sumber manusia yang mempunyai kreatifitas yang tinggi.           “ manusia yang kreatif adalah manusia yang dapat bersaing dan dapat memunculkan kreasi – kreasi baru ”[2]
Di dalam menumbuh kembangkan kemampuan untuk bersaing dan memunculkan kreasi – kreasi dan inisiatif baru tersebut sangat diperlukan   latihan – latihan dan bimbingan untuk memotivasinya seperti yang diungkapkan oleh Hasan Langgulung :
“ Sangat penting bagi anak didik untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya, karena pada dasarnya kreatif  bukan merupakan bakat alamiah melainkan suatu potensi yang dapat ditumbuhkan dan dilatih “[3].
Mengapa kreatifitas itu penting dan bermakna dalam hidup dan mengapa kreatifitas perlu dipupuk dan dikembangkan sejak dini dalam diri anak didik ?. Pertama; Karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya dan perwujudan diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia dan sekaligus mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitar.[4]  Kedua; Kreatifitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam – macam kemungkinan dalam menyelesaikan suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sangat diharapkan dan sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam dunia pendidikan.[5]  Ketiga; Anak berbakat kreatif merupakan sumber daya manusia yang berkualitas yang harus digali dan diperhatikan lebih khusus dan selalu dikembangkan.
Berdasarkan pertimbangan di atas inilah guru menyadari pentingnya usaha untuk memotivasi dalam membimbing dan mengembangkan kreatifitas belajar siswa. Berbagai macam cara misalnya hadiah, penghargaan, peranan – peranan kehormatan, piagam prestasi pujian dan lain – lain selalu digunakann untuk memotivasi perubahan – perubahan dalam tingkah laku siswa.
Di sekolah guru merupakan pribadi kunci yang menjadi panutan utama bagi anak didik. Semua sikap dn prilakunya akan dilihat, didengar dan ditiru oleh anak didik. Maka sangat tepat apabila guru menjadi pribadi kunci untuk menggali dan memotivasi kreatifitas belajar bagi anak didik.
Permasalahannya adalah bagaimana usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa, padahal fenomena yang terjadi sekarang adalah belum tentu semua peserta didik ataupun guru itu kreatif. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan bimbingan agar mereka mampu berkreasi sebagai usaha untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini sekolah merupakan sarana yang tepat untuk menumbuh kembangkan kreatifitas belajar siswa.
Berangkat dari permasalah diatas penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah yang berjudul : “ Usaha Guru dalam Memotivasi Kreatifitas Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Kabupaten Madiun Tahun Ajaran 2005 / 2006 “.

A.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pembahasan pada karya ilmiah ini adalah :
1.      Bagaimana kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?
2.      Bagaimana usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?
3.      Bagaimana hasil usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun ?

B.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri                   ( MAN ) Mejayan Madiun.
2.      Untuk mengetahui usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
3.      Untuk mengetahui hasil usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.

C.      Manfaat Penelitian
Dari pembahasan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai :
1.      Secara teoritis untuk kepentingan studi ilmiah dan sebagai acuhan guna penelitian lebih lanjut, khususnya mengenai usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar.
2.      Secara praktis sebagai tambahan pengetahuan tentang pendidikan khususnya bagi peneliti dan bagi guru dalam usaha memotivasi kreatifitas belajar siswa baik di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun maupun lembaga pendidikan yang lain serta sebagai bahan informasi pendidikan.

D.     Batasan Masalah
Adapun pembahasan dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1.      Kreatifitas belajar siswa kelas II di MAN Mejayan Madiun tahun 2002 / 2003.
2.      Usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa kelas II MAN Mejayan Madiun tahun 2002 / 2003.

E.      Metode Penelitian
a.       Pola Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
b.      Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
c.       Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek dari penelitian ini adalah keseluruhan yang terlibat dalam proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun tahun 2002 / 2003.
d.      Sumber Data
Yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :
1.      Responden
Semua guru dan siswa di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
2.      Informan
Yang dimaksud informan dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah dan Karyawan Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
3.      Dokumentasi
Yaitu sumber data yang meliputi : arsip – arsip, gambar – gambar, yang sudah terhimpun maupun belum di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Mejayan Madiun.
e.       Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkn data yang diperlukan maka digunakan beberapa metode dalam penelitian antara lain :
1.      Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
2.      Interview
Merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab dengan lisan pula. Dalam hal ini yang bersangkutan adalah Kepala Sekolah dan Karyawan.
3.      Angket
Yaitu suatu cara untuk mendapatkan data dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara tertulis pula oleh responden.
4.      Dokumenter
Yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, seperti      arsip – arsip, buku – buku tentang pendapat, teori dalil dan hukum yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

F.       Sistematik Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pemahaman karya ilmiah ini sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut :
Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, batasan masalah, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab Kedua, berisi tentang kajian kepustakaan mengenai usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa antara lain tentang pengertian motivasi, pengertian guru, kreatifitas belajar siswa, faktor – faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajar siswa, kendala – kendala yang dihadapi dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa dan cara mengatasinya.
Bab Ketiga, laporan hasil penelitian yang terdiri keadaan umum objek penelitian dan data khusus yaitu usaha guru dalam memotivasi kreatifitas belajar siswa.
Bab Keempat adalah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
















BAB  II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

A.     Motivasi

1.      Pengertian Motivasi
Menurut Sudirman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi menjelaskan bahwa motivasi adalah rangkaian usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka maka ia tidak melakukannya.[6]
Dalam kegiatan belajar motif dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa misalnya motivasi belajar, berarti merupakan faktor non intelektual atau penumbuh semangat dan gairah belajar.

2.      Macam – macam Motivasi
Macam – macam motivasi dilihat dari dasar pembentukannya terdiri dari dua macam yaitu :
a.       Motivasi pembawaan / motivasi intrinsik yaitu motif yang dibawa sejak lahir tanpa dipelajari, contoh dorongan untuk makan, minum, hubungan sek dan lain – lain.
b.      Motivasi ekstrinsik / motivasi dari luar yaitu motif yang timbul karena dipelajari misalnya dorongan untuk belajar ilmu pengetahuan tertentu, dorongan untuk mengajar di suatu lembaga masyarakat.[7]
3.      Fungsi Motivasi
Setelah mengetahui beberapa definisi dan macam – macam motivasi maka ada beberapa fungsi dari motivasi diantaranya adalah sebagai berikut :
a.       Mendorong seseorang untuk bertindak atau berbuat. Dalam hal ini motivasi tersebut berperan sebagai penggerak atau motor setiap kegiatan atau pekerjaan.
b.      Menentukan arah perbuatan, yakni mengarahkan pada tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan sesuai dengan kegiatan.
c.       Menyeleksi perbuatan yaitu : menentukan perbuatan – perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan – perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.[8]
Kemudian untuk membangkitkan hal tersebut khususnya dalam hal belajar, M. Usman mengemukakan beberapa cara diantaranya :
a.       Kompetisi ( persaingan )
Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
b.      Pace making ( membuat  tujuan sementara atau skor )
Menyampaikan tujuan instruksional khusus yang hendak dicapai.
c.       Tujuan yang jelas
Karena makin jelas tujuan, makin bisa pula dorongan bagi siswa / orang untuk mencapainya.
d.      Kesempurnaan untuk sukses
Dalam hal ini guru berusaha mendorong siswa untuk sukses dengan usahanya sendiri.
e.       Minat yang besar
Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar / kuat.
f.        Mengadakan penilaian atau tes
Pada siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi bila guru menyatakan bahwa lusa akan ada ulangan barulah siswa giat belajar. Jadi dalam hal ini, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.[9]

B.     Guru
1.      Pengertian Guru
Pandangan sederhana tentang guru secara umum adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Menurut pandangan Balnadi Sutadi Pura yang dikutip oleh Syafrudin Nurdin bahwa guru adalah orang yang layak digugu dan ditiru.[10]
Sedangkan menurut Muhubin Syah yang mengutib dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya ( mata pencahariannya ) mengajar. Dalam hal ini bukan berarti hanya orang yang sehari – hari mengajar di sekolah melainkan juga yang mempunyai status sebagai Kyai di Pondok Pesantren, Instruktur di Balai Pendidikan dan Pelatihan dan pesilat di padepokan.[11]
Selain pengertian di atas menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus diwujudkan untuk kepentingan anak didik sehingga menunjang hubungan sebaik – baiknya dengan anak didik, sehingga menjunjung tinggi, mengembangkan dan menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan juga keilmuan.[12]
Berdasarkan sejumlah pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru bukanlah hanya sekedar seorang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada murid – murid, melainkan seorang tenaga profesional yang diharapkan mampu merencanakan, menganalisa dan menyimpulkan masalah yang dihadapi dalam hal ini “ seorang guru hendaklah bercita – cita tinggi, berpendidikan luas, berkepribadian baik, dan mampu dijadikan teladan bagi anak didik.[13]

2.      Guru Yang Kreatif
Kreatifitas adalah kemampuan untuk melahirkan pola – pola yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.[14]  Dari pengertian di atas seorang guru harus mampu memunculkan kreasi – kreasi yang baru untuk mengembangkan kreatifitas belajar siswa.
Untuk mengetahui seorang guru itu kreatif atau tidak Umar Hamalik menyebutkan ciri orang yang kreatif antara lain :
a.       Lancar berbicara dan kaya akan ide
b.      Fleksibel dan adaptif
c.       Bersifat inventif dan berfikir divergen
d.      Memiliki ingatan yang baik dan berfikir asosiatif
e.       Cenderung memiliki sifat humor dan melucu
f.        Sering tidak menyukai hal – hal yang lazim
g.       Memiliki pandangan yang baik tentang dirinya[15]
Untuk melengkapan penjelasan di atas maka dikemukakan tingkat – tingkat dalam kreatifitas menurut Conni R dkk dalam bukunya yang berjudul Dimensi Kreatif, adapun tingkat yang dimaksud adalah :
1)      Tingkat Kreatifitas
Yang disebut tingkat kreatif ditandai oleh ciri – ciri timbulnya pemikiran yang difergen dan baru secara intuitif, atau penemuan pemikiran baru yang hidup di masyarakat itu, dari segi efektif kehidupan tingkat ini ditandai oleh keterbukaan dan toleransi terhadap keraguan tentang sesuatu, kehidupan perasaan ditandai oleh kepercayaan pada diri dalam menghadapi tantangan.
2)      Tingkat Psikodelik
Yang disebut tingkat psikodelik atau perluasan pikiran dan perasaan ( expansion of mind and emotion ) ditandai oleh pengembangan kesadaran untuk menjangkau yang tak terbatas.
3)      Tingkat Iluminatif
Yaitu tingkat imajinatif, pada tingkat ini sudah ada suatu perkembangan produk ( hasil, produk development ) ciri utama dari produk development adalah sudah teresapinya empat tahap. Diantara empat tahap yang dimaksud adalah :
a.       Tahap Persiapan
Pada tahap ini ide itu datang dan timbul dari berbagai kemungkinan seperti ketrampilan, keahlian, ilmu pengetahuan tertentu sebagaimana sumber ide atau inisiatif itu lahir.
b.      Tahap Inkubasi
Pada masa ini diharapkan adanya suatu pemahaman terhadap ide yang timbul.
c.       Tahap Iluminasi ( tingkat penemuan saat inspirasi yang tadi diperoleh, dikelola menuju pada hasil tertentu ).
d.      Tahap Verifikasi ( perbaikan dari keluarnya ide yang lalu )[16]
Berdasarkan penjelasan tentang guru dan berbagai penjelasan tentang kreatifitas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud guru yang kreatif adalah guru yang mampu bersaing dan mampu menciptakan sesuatu yang baru yang dapat dimanfaatkan oleh dirinya sendiri dan peserta didik berdasarkan prakarsa dan inisiatif sendiri serta memiliki ciri – ciri yang telah dijelaskan di atas, dan juga mampu mengajar secara kreatif.

C.     Kreatifitas Belajar Siswa
Kreatifitas adalah kemampuan untuk melahirkan pola – pola, gerak – gerak yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri ( mampu memunculkan kreasi yang baru ).
Secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan tingkah laku individu sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Hal ini sesuai dengan pendapat Syaiful Bahri Jamarah bahwa belajar adalah suatu proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[17]
Sedangkan menurut Slamet, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil individu dalam interaksi dengan lingkungan.[18]
Dari pendapat tersebut di atas dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur yaitu jiwa dan raga. Gerak raga yang harus ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan baik fisik maupun jiwa dengan masuknya kesan – kesan baru kemudian menghasilkan tingkah laku ( perubahan ) sebagai hasil dari pengalaman tertentu yang menyangkut ranah kognitif ( pengetahuan ), afektif ( ketrampilan ) dan psikomotorik ( penanaman sikap ). Ketiga hasil belajar ini merupakan tiga hal yang diharapkan dimiliki oleh semua peserta didik sebab jika seseorang mempunyai pengetahuan yang luas, kepribadian yang baik dan kelakuan yang baik maka peserta didik tersebut berarti telah mengalami suatu bentuk belajar yang membawa pada perubahan.
Adapun yang dimaksud dengan siswa atau peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan ( dalam interaksi edukatif ).[19]
Dari penjelasan di atas tentang kreatifitas, belajar dan siswa maka dapat diambil kesimpulan bahwa kreatifitas belajar siswa adalah pola – pola, gerak – gerik atau gagasan – gagasan yang baru berdasarkan prakarsa atau inisiatif sendiri dalam rangka mendapatkan perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungan baik yang terjadi di sekolah maupun diluar sekolah.
D.     Faktor Yang Mempengaruhi Kreatifitas Belajar Siswa
Faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajar siswa ada dua yaitu :
1.      Faktor yang berasal dari dalam diri seseorang itu sendiri ( pembawaan / gen )
Yaitu kreatifitas seseorang muncul dari pembawaan itu sendiri atau genetika meskipun tanpa ada rangsangan ( pendidikan ) dari luar. Hal ini dapat diketahui jika ada seorang anak yang mempunyai orang tua kreatif maka besar kemungkinan anak tersebut juga kreatif yang disebabkan gen atau pembawaan dari orang tuanya.[20]
2.      Faktor dari luar yaitu lingkungan
Lingkungan yang dimaksud ada 3 yaitu  (a) lingkungan keluarga : lingkungan bersama ayah, ibu dan anak ; (b) lingkungan sekolah yang terdiri dari institusi, guru, proses kegiatan belajar mengajar, sarana dan prasarana untuk mengembangkan kreatifitas belajar anak atau siswa ; (c) masyarakat yaitu sekelompok orang yang mendiami suatu daerah tertentu dengan menjalankan aturan atau norma tertentu.[21]
Dari penjelasan faktor – faktor yang mempengaruhi kreatifitas belajar di atas tidak ada faktor yang paling mendominasi diantara kedua faktor diatas karena antara faktor internal dan eksternal saling mempengaruhi antar yang satu dengan lainnya.

E.      Kendala – kendala Dalam Memotivasi Kreatifitas Belajar Siswa
Adapun kendala – kendala dalam memotivasi kreativitas belajar anak terdiri dari kendala internal dan kendala eksternal.[22]
Kendala internal meliputi : persepsi, emosi, imajinasi, intelektual sedangkan kendala eksternal meliputi :
a.       Kendala Budaya
Seseorang sangat dipengaruhi oleh pola – pola budaya masyarakat dan kekuatan sosial budaya ini akan mempengaruhi perkembangan perilaku, perasaan, sikap interaksi, sistem nilai, pendidikan, norma bahkan semua aspek kehidupan siswa.
Dari aspek ini seorang guru harus mampu memberikan pelajaran yang dapat mengarahkan dan memilih budaya yang cocok dan sesuai dengan tujuan pendidikan.
b.      Kendala Lingkungan
Yang dimaksud lingkungan disini adalah lingkungan keluarga, lingkungan bermain, ataupun lingkungan kerja. Lingkungan ini sangat menentukan dalam membentuk pribadi siswa.

F.      Cara Mengatasi Kendala – kendala Dalam Memotivasi Kreatifitas Belajar Siswa
Pada dasarnya cara untuk mengatasi dan menghindari kendala – kendala yang dihadapi oleh seorang guru dalam usaha memotivasi kreativitas belajar siswa tergantung pada jenis kendala itu sendiri, baik kendala internal maupun kendala internal.
Dalam hal ini ada beberapa cara dan strategi yang secara umum dapat digunakan untuk membantu kinerja kreatif, antara lain :
1.      Mengubah cara berpikir verbal menjadi non verbal.
Untuk mengubah cara berpikir tersebut seorang guru harus mampu menerangkan atau menjelaskan secara detail tentang objek pembicaraan sekaligus memberi contoh – contoh yang konkrit kepada siswa. Misalnya dengan menggunakan berfikir visual ( gambaran atau bayangan ) sehingga siswa seolah – olah mengalami sendiri tentang objek tersebut.
2.      Mempunyai sikap mempertanyakan dan menyelidiki
Guru harus selalu mempunyai rasa ingin tahu ( bertanya ) tentang perkembangan anak didiknya. Dengan sikap tersebut maka akan muncul sikap kreatif baik dari guru maupun dari siswa.
3.      Kelancaran dan kelenturan dalam berpikir
Hal ini sangat menentukan dalam menghadapi kendala yang dialami oleh siswa dan mampu mencari alternatif penyelesaian dalam memecahkan masalah.
4.      Menggunakan teknik – teknik kreatif [23]
Teknik – teknik kreatif tersebut meliputi :
a.       Teknik kreatif tingkat pertama yang terdiri dari pemanasan, sumbang saran, pertanyaan yang memicu gagasan.
b.      Teknik kreatif tingkat kedua meliputi : Pertama, Synectic yaitu teknik berpikir menggunakan kiasan untuk membantu pemikir menganalisis masalah dan mengembangkan berbagai sudut tinjauan. Kedua, Futuristic yaitu cara berpikir dengan pandangan tentang berbagai perubahan yang terjadi di masa depan. Misalnya membekali siswa dengan ketrampilan yang sesuai dengan masa depan.
c.       Teknik kreatif tingkat ketiga, meliputi tahap penemuan fakta, tahap menemukan masalah, tahap menemukan gagasan, tahap penilaian dan tahap pelaksanaan.[24]
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa meskipun usaha guru dalam memotivasi kreativitas belajar terdapat kendala secara teoritis maupun praktis bukan berarti bahwa kendala tersebut mengakibatkan kegagalan bagi usaha guru dalam memotivasi anak, melainkan menjadikan pengetahuan dan juga kewaspadaan seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Karena pada dasarnya baik yang kecil maupun yang besar, ringan maupun yang berat akan terdapat kendala dan rintangan dan semua itu harus diatasi dengan baik sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.


[1] Syaifuk Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal 1.
[2] H.A.R. Tilaar, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional, Tera Indonesia, Magelang, 1998, hal 409.
[3] Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, Al Husna Dzikra, Jakarta, 1995, hal 249.
[4] H.A.R. Tilaar, Op.Cit  hal  410.
[5] Noeng Muhadjir, Ilmu Pendidikan, Rake Sarasin, Yogyakarta, 1993, hal  82 – 83.
[6] Sudirman, Interaksi dan Motivasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hal  75.
[7] Ibid, hal  85.
[8] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Rosdakarya, Bandung, 1997, hal  70.
[9] Moh. Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1995, hal  29.
[10] Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Ciputat Pers, Jakarta, 2002, hal 7.
[11] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Remaja Rosda Karya, Bandung, 1993, hal 75.
[12] Ibid. hal  8.
[13] Ibid. hal  10.
[14] W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Gramedia, Jakarta, 1984, hal 154.
[15] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 2000, hal 147.

[16] Conny R, dkk, Dimensi Kreatif Dalam Filsafat Ilmu, Remadja Karya, Bandung, 1998, hal  68.
[17] Syaiful Bahri Jamarah, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 2002, hal  12.
[18] Ibid. 13
[19] Syaiful Bahri Jamarah, Guru dan Anak Didik, hal  51.
[20] Utami Munandar, Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat, Rineka Cipta, Jakarta, 1999, hal  79.
[21] Ibid. hal  119.
[22] Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, hal  231 – 232.
[23] Ibid. hal  232.
[24] Ibid. hal  213.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar