A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Sekolah Menegah Atas ( SMA ) Sebagai alat
penunjang pendidikan anak yang lebih tinggi, maka peningkatan mutu pendidikan
perlu mendapatkan penaganan yang sungguh – sunguh, walaupun telah banyak maka
yang di lakukan namun kenyataan masih dalam sesuai dengan harapan kita. Hal ini
di sebabkan oleh berbagai faktor
yang sangat terkait. Salah satu faktor adalah
gagalnya anak adalah dengan model pembelajaran atau model guru yang tidak cukup
dalam proses belajar mengajar di kelas di samping itu tidak sedikit guru yang
kurang memahami materi pelajaran yang di ajarkan sekarang tidak sedikit siswa
merasa jemu dan kurang memperhatikan pelajaran.
Untuk memecahkan masalah
pembelajaran yang demikian perlu melakukan upaya antara lain dengan menggunakan
model pembelajaran STAD di harapkan dapat memotivasi dalam menambah keberanian
siswa dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran secara menyenangkan dan
dapat menambah semangat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Pelajaran Geografi di
sekolah menengah merupakan mata pelajaran yang bersifat sosial, maka kalau guru
tidak pandai memikat metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan keadaan siswa
juga pelajaran itu tidak akan di ikuti dengan baik oleh peserta didik sehingga
anak pada waktu ulangan mendapatkan nilai yang jelek. Berangkat dari rendahnya
hasil yang di peroleh anak tersebut. Masalah ini muncul karena beberapa sebab
dan banyaknya hambatan yang di temui guru dalam melaksanakan tugasnya dalam
kurikulum yang di tuntut dan sistem evaluasi yang diterapkan oleh guru kurang
memperhitungkan perbedaan kemampuan di antara siswa dalam belajar serta akan menekankan
dalam tugas selanjutnya berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa semangat
belajar siswa di bidang studi Geografi sangat
rendah oleh karena itu peneliti mencoba dengan menggunakan netode pembelajaran STAD
siswa dapat tergugah mengikuti pelajaran dengan baik karena anak di wajibkan
untuk ikut berfikir dalam kelompoknya yang nanti akan dimintai laporan
presentasi sebagai hasil diskusi kelompok masing – masing di muka kelas yang
selanjutnya akan di tangapi oleh kelompok dengan siswa yang lain.
Demikian latar belakang
penelitian judul di atas sebagai bahan penelitian yang akan di laksanakan di
Sekolah Di SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun. Semoga ada guna dan manfaatnya
untuk sekaligus menambah keberanian siswa dan akan membawa anak mendapat nilai
yan baik terutama di bidang studi pelajaran Geografi.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas
maka dapat di rumuskan masalahnya
sebagai berikut :
1) Suasana
Belajar yang tak Kondusif
Rendahnya suasana yang kondusif itu bisa di sebabkan
oelh rendahnya guru mencari metode yang tepat dalam melaksnakan tugas belajar
mengajar dalam kelas sehingga tak sedikit siswa kurang memperhatikan materi
pelajaran yang di samapaikan oleh Bapak dan Ibu Guru sehingga ada yang bicara
sesama teman, da yang membuat ricuh ada
yang mengantuk dan sebagainya. Lebih tinggi lagi ada siswa yang sama sekali
tidak memperhatikan sama sekali pelajaran dalam kelas.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut kami
peneliti perlu melakukan upaya yang di antara lain berupa metode pembelajaran STAD
di harapkan mampu megoptimalkan belajar siswa .dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran secara menyeluruh. Hal ini sejalan dengan pandanagan ardhana (
1992 ). Bahwa persoalan yang di hapai pendidik di Indonesia dewasa ini bukan
hanya terbatasnnya upaya membuat pembelajaran yang menarik, tetapi juga
mengenai cara memotivasi belajar dan bekerja terdidik, sebab motovasi merupakan
variabel antara yang menjembatani pengajaran dengan prestasi belajar. Dalam
dunia pendidik sulit dibyangkan prestasi daapt di capai tanpa adanay motivasi.
Debdikbud ( 1992 ) dalam program kerjanya untuk meningkatkan kualitas pendidik
dasar telah merencanakan perbaikan proses belajar mengajar dengan menciptakan
iklim yang membuat anak betah dan tertarik terhadap kegiatan di sekolah, salah
satu untuk meningkatkan motivasi dan belajar yang kondusif dalam belajar dapat
di lakukan melalui model pembelajar STAD dalam pengembangan model ini belum di
tandai secara tuntas. Walaupun banayak teori telah memasukkan sistem ini
sebagai salah satu elemen dasar untuk menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Namun belum ada teori yang secara ekspl0sif prosedur operasionalnya
akan kegaitan belajar mengajar. Untuk itu peneliti mencoba melalui pembelajaran
STAD ini nantinya dapat meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan belajar dan
siswa memiliki keyakinan bahwa saya harus bisa melakukan kegiatan yang diikuti
rasa puas terhadap belajar yang di lakukan.
2) Tim
peneliti tindakan, percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari siswa yang kurang
aktif dalam proses belajar mengajar.
Penyebab
terjadinya siswa yang kurang aktif menurut pengamatan saya bahwa dalam kegiatan
belajar mengajar selalu : 1). Menggunakan metode ceramah, mencatat ,
penugasan. 2). Ruangan : Ventilasi
kurang, tidak ada kipas angin, 3). Kurang menguasai meteri 4). Kurang mampu menguasai kelas 5 ). Lokasi
kelas dekat dengan jalan raya.
Dari kelemahan – kelemahan tersebut di atas maka
peneliti mencoba menerapkan metode diskusi dengan metode pembelajaran STAD yang
di terapkan pada SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun Kelas XII-IS-2 Semester Genap.
C.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang paling
utama adalah untuk peningkatan dan perbaikan pembelajar an yang di lakukan oleh
Guru yang berkaiatan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Adapun secara rinci tujuan
tersebut adalah sebagai berikut :
( 1 ) . Bagi Siswa
-
Dengan
model pembelajaran STAD mengajak siswa yang kurang aktif dapat menjadi aktif.
-
Dengan
model pembelajaran STAD ini siswa ikut kreatif dalam mengikuti proses belajar
mengajar dengan baik.
-
Dengan
menggunakan model pembelajaran STAD ini dapat menambah nilai siswa bertambah
baik.
-
Dengan
model pembelajaran STAD dapat menambah kerjasama bersama tema semakain aktif
karena puasnya rasa tanggung jawab yang sama.
( 2 ) . Bagi
Guru.
-
Di
harapkan dapat mengurangi kesulitan guru dalam proses belajar mengajar dalam
kelas karena guru hanya sebagai monitoring jalannya pembelajaran.
-
Menambah
ilmu pengetahuan guru untuk meningkatkan kinerja pendidik dalam proses belajar
mengajar dalam kelas.
-
Sesuai
dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi maka dengan model pembelajaran STAD maka
sekaligus telah menerapkannya . karena siswa aktif.
( 3 ) . Bagi Sekolah.
Dengan menggunakan model pembelajaran STAD di
harapkan meningkatkan prestasi siswa
yang bersangkutan.
-
Dengan
penerapan model pembelajaran STAD di harapkan dapat menambah kreatifitas guru
dan siswa daalm proses belajar mengajar.
-
Dengan
Penerapan model belajar STAD siswa yang masih ketinggalan.
-
Sebagai
masukan tentang alternatif yang dapat digunakan oleh para Guru Geografi atau bidang
studi pelajaran yang lain.
( 4 ) . Bagi Kurikulum
-
Pembelajaran
model STAD di harapkan dapat meningkatkan prestasi siswa pada beberapa bidang
studi pelajaran.
-
Pembelajaran
model STAD di harapkan dapat menambah cara guru untuk mengajar dengan efektif.
-
Pembelajaran
STAD di harapkan dapat di kembangkan lagi sesuai dengan kondisi sekolah masing
– masing.
( 5 ). Bagi Khasanah Ilmu
-
Setelah
penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengurangi
kekurangan yang terdapat di dalam kelas yang sekaligus dapat di pakai sebagi
bahan pemecahannya kesulitan tersebut.
D. Manfaat
Penelitian
Dari tujuan yang telah
dirumuskan di atas, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
antara lain:
i.
Sebagai
masukan kepada guru melengkapi metode dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata Bidang Studi Geografi
ii.
Sebagai
bahan informasi kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran lembar kerja
siswa dalam peningkatan prestasi belajar pada mata Bidang Studi Geografi
E. Hipotesis
Menurut Winarno Surakhmat yang
dimaksud hipotesis adalah sebagai berikut:
Hipotesis adalah merupakan seluruh kesimpulan, tetapi
kesimpulan ini belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis
merupakan suatu dugaan yang dianggap benar kemungkinannya untuk menjadi benar
bila dengan data yang diolah dapat disimpulkan bahwa hipotesis itu benar
(1982:68).
Dengan demikian dapat dikatakan
hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atau dugaan sementara suatu
permasalahan yang diteliti. Adapun dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan
adalah “Jika Metode STAD diterapkan dalam pembelajaran, maka prestasi
belajar siswa Kelas XII-IS-2 Semester Genap Di SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun
Tahun Pelajaran 2008/2009 akan
meningkat.
F. SAJIAN
DEFINISI
1. Belajar adalah suatu perubahan
di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian”.
(dalam Ngalim Purwanto, 1990 : 84)
2. Prestasi adalah kemampuan siswa yang
semaksimal mungkin dari hasil yang dicapai” (W.J.S. Poerwodarminto, 1982 :
108). Menurut Suhartono, “Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil
yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan
sesuatu pada saat tertentu pula
3. Pembelajaran
STAD diajarkan keterampilan –
keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti
menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok
dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas
yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Aspek – aspek yang di kemukan dalam Kajian Pustaka
ini, yaitu ( A ). Pengertian Belajar, ( B ). Pengertian Prestasi Belajar, ( C )
Pengertian STAD, ( D ) . Pembelajaran STAD dan ( E ) Hubungan Metode STAD
terhadap Prestasi belajar
A. Pengertian Belajar
1.
Pengertian Belajar
Sebagai
landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu
akan dikemukakan beberapa definisi :
Witherington dalam buku
Educational Psycology mengemukakan, bahwa :
“Belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu
pengertian”. (dalam Ngalim Purwanto, 1990 : 84)
Menurut Wasty Soemanto (1990 : 99)
“Belajar adalah
proses sedemikian hingga tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek,
latihan atau pengalaman”.
Dari definisi di Atas dapat
dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan tentang belajar,
yaitu :
a)
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui
latihan atau pengalaman. Dalam arti perubahan – perubahan yang disebabkan oleh
pertumbuhan atau perkembangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti
perubahan – perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
b)
Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti :
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, ketrampilan
kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Belajar merupakan proses dasar
perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan kualitas
individu, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi
hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kita hidup dan bekerja menurut
apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah
suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu berlangsung secara aktif
dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai
suatu tujuan. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan rangsangan dalam
rangka membimbing siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Proses belajar berbeda dengan
proses kematangan. Kematangan adalah proses sedemikian hingga tingkah laku
dimodifikasi sebagai akibat dan pertumbuhan dalam perkembangan struktur serta
fungsi – fungsi pembelajaran. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah
laku pada diri individu merupakan hasil belajar.
Menurut pengertian secara
psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya, dalam memenuhi kebutuhan hidup.
2.
Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Dalam belajar banyak sekali
faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang
mempengaruhi belajar, menurut Wasty Soemarno (1989) dapat digolongkan menjadi
tiga faktor :
1)
Faktor – faktor stimuli belajar
Yang dimaksud Stimuli belajar di
sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk
mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup
material penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau
dipelajari oleh siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan
dengan faktor – faktor stimuli belajar.
a.
Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran
berhubungan dengan banyak bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran,
semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh siswa untuk mempelajarinya.
Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan
siswa dalam belajar. Kesulitan siswa itu tidak semata – mata karena panjangnya
waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelemahan atau
faktor kejenuhan siswa dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.
b.
Kesulitan bahan pelajaran
Tiap – tiap
bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan
bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit bahan pelajaran
makin lambat orang mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas
belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mempengaruhi
intensitas belajar seseorang.
c.
Beratnya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal
pengalaman yang diperoleh dari belajar sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat
berupa penguasaan bahasa, pengetahuan dan prinsip– prinsip. Modal pengalaman
itu menentukan keberartian bahan yang dipelajari pada waktu sekarang. Bahan
yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan
siswa untuk belajar, karena siswa dapat mengenalnya. Bahan yang tanpa arti
sukar dikenali akibat tidak ada perhatian siswa terhadap bahan itu.
d.
Berat ringannya tugas
Mengenalinya berat ringannya
tugas, hal ini erat kaitannya dengan tingkat kemampuan siswa. Tugas yang sama
kesukarannya berbeda bagi masing – masing siswa. Hal ini disebabkan karena
kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula,
berat ringannya tugas berhubung dengan usia siswa. Ini berarti bahwa kematangan
individu ikut menjadi indikator Atas berat atau ringannya tugas bagi siswa yang
bersangkutan. Dapat dibuktikan bahwa tugas – tugas yang terlalu ringan atau
mudah akan mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas – tugas yang terlalu
berat atau sukar membuat jera bagi siswa untuk belajar.
e.
Suasana lingkungan Eskternal
Suasana lingkungan eksternal
menyangkut banyak hal antara lain : cuaca, waktu, kondisi, tempat, penerangan
dan sebagainya. Faktor – faktor ini mempengaruhi sikap dan interaksi siswa
dalam aktifitas belajarnya, sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan
lingkungannya.
2)
Faktor – faktor metode belajar
Faktor metode belajar menyangkut hal – hal sebagai berikut
:
a.
Kegiatan berlatih dan praktek
Berlatih dapat diberikan secara
maraton (non stop) atau secara distribusi (dengan selingan waktu istirahat).
Latihan yang diberikan secara marathon dapat melelahkan dan membosankan,
sedangkan latihan yang didistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan
kegairahan belajar. Jam pelajaran yang terlalu panjang kurang efektif, makin
pendek distribusi waktu untuk latihan semakin efektif latihan itu. Latihan
memerlukan waktu istirahat yang sedang, lamanya tergantung tugas atau
keterampilan yang dipelajari atau lamanya waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.
b.
Resitasi selama belajar
Kombinasi lamanya dengan resitasi
(transfer belajar) sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu
maupun untuk menghafalkan tanpa melihat bacaannya. Jika setelah menguasai suatu
bagian dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya. Resitasi sangat cocok
diterapkan pada belajar membaca atau menghafal.
c.
Pengenalan tentang hasil belajar
Dalam proses belajar, sering
mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Hasil
penelitian para ahli psikologi menunjukkan bahwa pengenalan seorang terhadap
hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui yang
telah dicapai seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar
selanjutnya.
d.
Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak
yang diberikan oleh seorang guru atau orang lain cenderung membuat siswa
tergantung.
Bimbingan menjadi dapat diberikan
dalam bAtas yang diperlukan siswa. Hal yang paling penting yaitu perlunya
pemberian odal kecakapan pada individu. Sehingga yang bersangkutan dapat
melaksanakan tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.
3)
Faktor – faktor individual
Kecuali faktor stimulasi dan
metode belajar, faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar
siswa. Adapun faktor itu menyangkut hal – hal sebagai berikut :
a.
Kematangan
Kematangan diapai individu dari proses pertumbuhan
psikologisnya. Kematangan terjadi akibat perubahan kuantitatif di dalam
struktur dibarengi dengan perubahan kuantitatif terhadap struktur tersebut.
Kematangan memberi kondisi pada fungsi psikologis termasuk sistem saraf dan
otak menjadi berkembang.
b.
Minat
“Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan memegang beberapa kegiatan yang diminati seseorang. Diperhatikan terus –
menerus yang disertai rasa senang” (Slameto, 1988 : 57).
Minat besar pengaruhnya terhadap
prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa – siswi
tersebut akan malas dalam belajarnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat
terhadap belajar biarkan atau dapatlah diusahakan agar ia lebih mempunyai minat
yang lebih besar dengan menjelaskan hal – hal menarik.
c.
Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar karena kemampuan itu
baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar dan berlatih
(Slameto, 1988 : 59).
Bakat itu juga mempengaruhi
prestasi belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, hasil,
pelajaran akan lebih baik karena ia akan senang terhadap bahan pelajaran
tersebut, selanjutnya mereka akan lebih giat lagi, oleh karena itu penting
sekali untuk mengetahui bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di sekolah yang
sesuai dengan bakatnya.
d.
Kesiapan
Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga
berhubungan dengan kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan.
Dengan sudah siapnya untuk menerima pelajaran, hasil pelajaran akan lebih baik,
lain halnya apabila belum siap menerima pelajaran. Prestasi yang dihasilkan
akan lebih rendah. Dengan demikian faktor kesiapan juga berpengaruh pada
prestasi siswa.
e.
Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam usia selalu
dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia anak
semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang
lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas – tugas
yang lebih berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu
yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan
yang lebih baik dan tingkat kemampuan belajar siswa.
f.
Faktor perbedaan jenis kelamin
Hingga saat ini belum ada
petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skill, sikap, minat,
temperamen, bakat dan pola – pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan
jenis kelamin. Misalnya dalam prestasi akademik dapat kita lihat banyak anak
perempuan yang menunjukkan prestasi yang lebih baik tidak kalah dengan prestasi
anak laki – laki. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada yang perbedaan berarti antara anak laki – laki dan perempuan
dalam hal intelegensi.
g.
Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh
individu ikut mempengaruhi belajar yang bersangkutan, terutama dalam hal
transfer belajarnya.
h.
Kondisi kesehatan jasmani
Siswa yang belajar membutuhkan
kondisi yang sehat. Siswa yang badannya sakit akibat penyakit – penyakit
tertentu serta kelemahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat – cacat
fisik juga mengganggu belajar.
i.
Kondisi kesehatan rohani
Gangguan terhadap cacat – cacat
mental pada seseorang sangat mengganggu belajar orang yang bersangkutan.
j.
Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan
kebutuhan, motif dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar.
Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakkan
organisme, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasakan
penting bagi siswa.
B. Pengertian Prestasi
Belajar
Untuk
mengetahui hasil prestasi belajar siswa, penulis memberikan pengertian tentang
belajar. Dalam kamus umum Geografi oleh
W.J.S. Poerwodarminto disebut bahwa : “Prestasi adalah kemampuan siswa yang
semaksimal mungkin dari hasil yang dicapai” (W.J.S. Poerwodarminto, 1982 :
108). Menurut Suhartono, “Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil
yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan
sesuatu pada saat tertentu pula.”
Dari sini dapat ditarik
kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai yang mewujudkan hasil
belajar yang menunjukkan kemampuan dalam mengerjakan pada saat tertentu dalam
suatu lembaga pendidikan. Jadi dari pengertian prestasi belajar tersebut di
Atas dan peristiwa mengajar yang mengarah pada tujuan, maka untuk mengetahui
apakah kegiatan belajar mengajar akan berhasil atau sudah mencapai tujuan, yang
diperlukan adalah nilai. Penilaian itu diperlukan untuk mengetahui hasil usaha
pendidikan kita terhadap siswa, hasil inilah yang kita sebut prestasi belajar
siswa.
C. Pengertian STAD
Pendekatan konstruktivis dalam
pengajaran menerapkan pembelajaran STAD
secara ekstensif, Atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah
menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit apabila mereka dapat saling
mendiskusikan konsep – konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995).
Menurut Thomson, et al (1995),
pembelajaran STAD turut menambah unsur –
unsur interaksi sosial pada pembelajaran Geografi . Di dalam pembelajaran
STAD siswa belajar bersama dalam
kelompok – kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen.
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis
kelamin dan suku (Thomson, 1995). Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya. Pada pembelajaran STAD
diajarkan keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di
dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan
kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
Perlu ditekankan kepada siswa
bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa
seluruh anggota timnya menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan
jawabannya di lembar kerja siswa (LKS). Apabila seorang siswa memiliki
pertanyaan, teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan
jawabannya kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru
berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati
bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran STAD
dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan–gagasan dan dapat mendorong
munculnya refleksi yang mengarah pada konsep – konsep secara aktif (Thomson et
al. 1995).
Pada saatnya, kepada siswa
diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes yang
diberikan. Diusahakan agar siswa tidak bekerjasama pada saat mengikuti
evaluasi, pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang mereka pelajari
sebagai individu.
a).
Langkah – langkah Pembelajaran STAD
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam
pembelajaran STAD (Arends, 1997 : 113).
Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi
siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering
dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim –
tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama
menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran STAD yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok,
dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha
– usaha kelompok maupun individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar