Selasa, 03 Maret 2015

STAD dan Pembelajaran - Adisa SMAN 6 Madiun



A.     LATAR BELAKANG MASALAH
 Sekolah Menegah Atas ( SMA ) Sebagai alat penunjang pendidikan anak yang lebih tinggi, maka peningkatan mutu pendidikan perlu mendapatkan penaganan yang sungguh – sunguh, walaupun telah banyak maka yang di lakukan namun kenyataan masih dalam sesuai dengan harapan kita. Hal ini di sebabkan oleh berbagai faktor
yang sangat terkait. Salah satu faktor adalah gagalnya anak adalah dengan model pembelajaran atau model guru yang tidak cukup dalam proses belajar mengajar di kelas di samping itu tidak sedikit guru yang kurang memahami materi pelajaran yang di ajarkan sekarang tidak sedikit siswa merasa jemu dan kurang memperhatikan pelajaran.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian perlu melakukan upaya antara lain dengan menggunakan model pembelajaran STAD di harapkan dapat memotivasi dalam menambah keberanian siswa dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran secara menyenangkan dan dapat menambah semangat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran di kelas.
Pelajaran Geografi   di sekolah menengah merupakan mata pelajaran yang bersifat sosial, maka kalau guru tidak pandai memikat metode mengajar yang cocok dan sesuai dengan keadaan siswa juga pelajaran itu tidak akan di ikuti dengan baik oleh peserta didik sehingga anak pada waktu ulangan mendapatkan nilai yang jelek. Berangkat dari rendahnya hasil yang di peroleh anak tersebut. Masalah ini muncul karena beberapa sebab dan banyaknya hambatan yang di temui guru dalam melaksanakan tugasnya dalam kurikulum yang di tuntut dan sistem evaluasi yang diterapkan oleh guru kurang memperhitungkan perbedaan kemampuan di antara siswa dalam belajar serta akan menekankan dalam tugas selanjutnya berdasarkan pengamatan di lapangan bahwa semangat belajar siswa  di bidang studi Geografi   sangat rendah oleh karena itu peneliti mencoba dengan menggunakan netode pembelajaran STAD siswa dapat tergugah mengikuti pelajaran dengan baik karena anak di wajibkan untuk ikut berfikir dalam kelompoknya yang nanti akan dimintai laporan presentasi sebagai hasil diskusi kelompok masing – masing di muka kelas yang selanjutnya akan di tangapi oleh kelompok dengan siswa yang lain.
Demikian latar belakang penelitian judul di atas sebagai bahan penelitian yang akan di laksanakan di Sekolah Di SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun. Semoga ada guna dan manfaatnya untuk sekaligus menambah keberanian siswa dan akan membawa anak mendapat nilai yan baik terutama di bidang studi pelajaran Geografi.

B.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka dapat di rumuskan  masalahnya sebagai berikut :
1)     Suasana Belajar yang tak Kondusif
Rendahnya suasana yang kondusif itu bisa di sebabkan oelh rendahnya guru mencari metode yang tepat dalam melaksnakan tugas belajar mengajar dalam kelas sehingga tak sedikit siswa kurang memperhatikan materi pelajaran yang di samapaikan oleh Bapak dan Ibu Guru sehingga ada yang bicara sesama teman, da yang membuat ricuh  ada yang mengantuk dan sebagainya. Lebih tinggi lagi ada siswa yang sama sekali tidak memperhatikan sama sekali pelajaran dalam kelas.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut kami peneliti perlu melakukan upaya yang di antara lain berupa metode pembelajaran STAD di harapkan mampu megoptimalkan belajar siswa .dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran secara menyeluruh. Hal ini sejalan dengan pandanagan ardhana ( 1992 ). Bahwa persoalan yang di hapai pendidik di Indonesia dewasa ini bukan hanya terbatasnnya upaya membuat pembelajaran yang menarik, tetapi juga mengenai cara memotivasi belajar dan bekerja terdidik, sebab motovasi merupakan variabel antara yang menjembatani pengajaran dengan prestasi belajar. Dalam dunia pendidik sulit dibyangkan prestasi daapt di capai tanpa adanay motivasi. Debdikbud ( 1992 ) dalam program kerjanya untuk meningkatkan kualitas pendidik dasar telah merencanakan perbaikan proses belajar mengajar dengan menciptakan iklim yang membuat anak betah dan tertarik terhadap kegiatan di sekolah, salah satu untuk meningkatkan motivasi dan belajar yang kondusif dalam belajar dapat di lakukan melalui model pembelajar STAD dalam pengembangan model ini belum di tandai secara tuntas. Walaupun banayak teori telah memasukkan sistem ini sebagai salah satu elemen dasar untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif. Namun belum ada teori yang secara ekspl0sif prosedur operasionalnya akan kegaitan belajar mengajar. Untuk itu peneliti mencoba melalui pembelajaran STAD ini nantinya dapat meningkatkan perhatian siswa dalam kegiatan belajar dan siswa memiliki keyakinan bahwa saya harus bisa melakukan kegiatan yang diikuti rasa puas terhadap belajar yang di lakukan.
2)     Tim peneliti tindakan, percaya bahwa hal ini merupakan hasil dari siswa yang kurang aktif dalam proses belajar mengajar.
 Penyebab terjadinya siswa yang kurang aktif menurut pengamatan saya bahwa dalam kegiatan belajar mengajar selalu : 1). Menggunakan metode ceramah, mencatat , penugasan.  2). Ruangan : Ventilasi kurang, tidak ada kipas angin, 3). Kurang menguasai meteri  4). Kurang mampu menguasai kelas 5 ). Lokasi kelas dekat dengan jalan raya.
Dari kelemahan – kelemahan tersebut di atas maka peneliti mencoba menerapkan metode diskusi dengan metode pembelajaran STAD yang di terapkan pada SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun Kelas XII-IS-2   Semester Genap.

C.          TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian tindakan kelas ( PTK ) yang paling utama adalah untuk peningkatan dan perbaikan pembelajar an yang di lakukan oleh Guru yang berkaiatan dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah.
Adapun secara rinci tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
   ( 1 ) . Bagi Siswa
-    Dengan model pembelajaran STAD mengajak siswa yang kurang aktif dapat menjadi aktif.
-    Dengan model pembelajaran STAD ini siswa ikut kreatif dalam mengikuti proses belajar mengajar dengan baik.
-    Dengan menggunakan model pembelajaran STAD ini dapat menambah nilai siswa bertambah baik.
-    Dengan model pembelajaran STAD dapat menambah kerjasama bersama tema semakain aktif karena puasnya rasa tanggung jawab yang sama.
   ( 2 ) . Bagi Guru.
-    Di harapkan dapat mengurangi kesulitan guru dalam proses belajar mengajar dalam kelas karena guru hanya sebagai monitoring jalannya pembelajaran.
-    Menambah ilmu pengetahuan guru untuk meningkatkan kinerja pendidik dalam proses belajar mengajar dalam kelas.
-    Sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi maka dengan model pembelajaran STAD maka sekaligus telah menerapkannya . karena siswa aktif.


     ( 3 ) . Bagi Sekolah.
Dengan menggunakan model pembelajaran STAD di harapkan     meningkatkan prestasi siswa yang bersangkutan.
-    Dengan penerapan model pembelajaran STAD di harapkan dapat menambah kreatifitas guru dan siswa daalm proses belajar mengajar.
-    Dengan Penerapan model belajar STAD siswa yang masih ketinggalan.
-    Sebagai masukan tentang alternatif yang dapat digunakan oleh para Guru Geografi   atau bidang studi pelajaran yang lain.
      ( 4 ) . Bagi Kurikulum
-    Pembelajaran model STAD di harapkan dapat meningkatkan prestasi siswa pada beberapa bidang studi pelajaran.
-    Pembelajaran model STAD di harapkan dapat menambah cara guru untuk mengajar dengan efektif.
-    Pembelajaran STAD di harapkan dapat di kembangkan lagi sesuai dengan kondisi sekolah masing – masing.
   ( 5 ). Bagi Khasanah Ilmu
-    Setelah penelitian ini di harapkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengurangi kekurangan yang terdapat di dalam kelas yang sekaligus dapat di pakai sebagi bahan pemecahannya kesulitan tersebut.

D.    Manfaat Penelitian
Dari tujuan yang telah dirumuskan di atas, maka dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain:
                                                  i.      Sebagai masukan kepada guru melengkapi metode dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata Bidang Studi Geografi 
                                                ii.      Sebagai bahan informasi kepada guru untuk menggunakan metode pembelajaran lembar kerja siswa dalam peningkatan prestasi belajar pada mata Bidang Studi Geografi 

E.     Hipotesis
Menurut Winarno Surakhmat yang dimaksud hipotesis adalah sebagai berikut:
Hipotesis adalah merupakan seluruh kesimpulan, tetapi kesimpulan ini belum final, masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis merupakan suatu dugaan yang dianggap benar kemungkinannya untuk menjadi benar bila dengan data yang diolah dapat disimpulkan bahwa hipotesis itu benar (1982:68).
Dengan demikian dapat dikatakan hipotesis merupakan suatu jawaban sementara atau dugaan sementara suatu permasalahan yang diteliti. Adapun dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah “Jika Metode STAD diterapkan dalam pembelajaran, maka prestasi belajar siswa Kelas XII-IS-2 Semester Genap Di SMA Negeri 6 Madiun, Kota Madiun Tahun Pelajaran 2008/2009  akan meningkat.

F.     SAJIAN DEFINISI
1. Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian”. (dalam Ngalim Purwanto, 1990 : 84)
     2.  Prestasi adalah kemampuan siswa yang semaksimal mungkin dari hasil yang dicapai” (W.J.S. Poerwodarminto, 1982 : 108). Menurut Suhartono, “Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula
     3. Pembelajaran STAD  diajarkan keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).





















BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Aspek – aspek yang di kemukan dalam Kajian Pustaka ini, yaitu ( A ). Pengertian Belajar, ( B ). Pengertian Prestasi Belajar, ( C ) Pengertian STAD, ( D ) . Pembelajaran STAD dan ( E ) Hubungan Metode STAD terhadap Prestasi belajar

A. Pengertian Belajar
1.   Pengertian Belajar
Sebagai landasan penguraian mengenai apa yang dimaksud dengan belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa  definisi :
Witherington dalam buku Educational Psycology mengemukakan, bahwa :
“Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau sesuatu pengertian”. (dalam Ngalim Purwanto, 1990 : 84)

Menurut Wasty Soemanto (1990 : 99)
Belajar adalah proses sedemikian hingga tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek, latihan atau pengalaman”.

Dari definisi di Atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen penting yang mencirikan tentang belajar, yaitu :
a)   Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Dalam arti perubahan – perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau perkembangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan – perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
b)   Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berfikir, ketrampilan kecakapan, kebiasaan atau sikap.
Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan kualitas individu, sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktifitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah hasil belajar. Kita hidup dan bekerja menurut apa yang telah dipelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Oleh karena itu berlangsung secara aktif dan interaktif dengan menggunakan berbagai bentuk perubahan untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu guru harus dapat memberikan rangsangan dalam rangka membimbing siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Proses belajar berbeda dengan proses kematangan. Kematangan adalah proses sedemikian hingga tingkah laku dimodifikasi sebagai akibat dan pertumbuhan dalam perkembangan struktur serta fungsi – fungsi pembelajaran. Dengan demikian tidak setiap perubahan tingkah laku pada diri individu merupakan hasil belajar.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya, dalam memenuhi kebutuhan hidup.

2.   Faktor – faktor yang mempengaruhi belajar
Dalam belajar banyak sekali faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Wasty Soemarno (1989) dapat digolongkan menjadi tiga faktor :
1)   Faktor – faktor stimuli belajar
Yang dimaksud Stimuli belajar di sini yaitu segala hal di luar individu yang merangsang individu untuk mengadakan reaksi atau perubahan belajar. Stimuli dalam hal ini mencakup material penugasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima atau dipelajari oleh siswa. Berikut ini dikemukakan beberapa hal yang berhubungan dengan faktor – faktor stimuli belajar.
a.   Panjangnya bahan pelajaran
Panjangnya bahan pelajaran berhubungan dengan banyak bahan pelajaran. Semakin panjang bahan pelajaran, semakin panjang pula waktu yang diperlukan oleh siswa untuk mempelajarinya. Bahan yang terlalu panjang atau terlalu banyak dapat menyebabkan kesulitan siswa dalam belajar. Kesulitan siswa itu tidak semata – mata karena panjangnya waktu untuk belajar, melainkan lebih berhubungan dengan faktor kelemahan atau faktor kejenuhan siswa dalam menghadapi atau mengerjakan bahan yang banyak.
b.   Kesulitan bahan pelajaran
Tiap – tiap bahan pelajaran mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda. Tingkat kesulitan bahan pelajaran mempengaruhi kecepatan belajar. Makin sulit bahan pelajaran makin lambat orang mempelajarinya. Bahan yang sulit memerlukan aktifitas belajar yang lebih intensif, sedangkan bahan yang sederhana mempengaruhi intensitas belajar seseorang.
c.    Beratnya bahan pelajaran
Belajar memerlukan modal pengalaman yang diperoleh dari belajar sebelumnya. Modal pengalaman itu dapat berupa penguasaan bahasa, pengetahuan dan prinsip– prinsip. Modal pengalaman itu menentukan keberartian bahan yang dipelajari pada waktu sekarang. Bahan yang berarti adalah bahan yang dapat dikenali. Bahan yang berarti memungkinkan siswa untuk belajar, karena siswa dapat mengenalnya. Bahan yang tanpa arti sukar dikenali akibat tidak ada perhatian siswa terhadap bahan itu.
d.   Berat ringannya tugas
Mengenalinya berat ringannya tugas, hal ini erat kaitannya dengan tingkat kemampuan siswa. Tugas yang sama kesukarannya berbeda bagi masing – masing siswa. Hal ini disebabkan karena kapasitas intelektual serta pengalaman mereka tidak sama. Boleh jadi pula, berat ringannya tugas berhubung dengan usia siswa. Ini berarti bahwa kematangan individu ikut menjadi indikator Atas berat atau ringannya tugas bagi siswa yang bersangkutan. Dapat dibuktikan bahwa tugas – tugas yang terlalu ringan atau mudah akan mengurangi tantangan belajar, sedangkan tugas – tugas yang terlalu berat atau sukar membuat jera bagi siswa untuk belajar.
e.   Suasana lingkungan Eskternal
Suasana lingkungan eksternal menyangkut banyak hal antara lain : cuaca, waktu, kondisi, tempat, penerangan dan sebagainya. Faktor – faktor ini mempengaruhi sikap dan interaksi siswa dalam aktifitas belajarnya, sebab siswa yang belajar adalah interaksi dengan lingkungannya.
2)   Faktor – faktor metode belajar
Faktor metode belajar menyangkut hal – hal sebagai berikut :
a.   Kegiatan berlatih dan praktek
Berlatih dapat diberikan secara maraton (non stop) atau secara distribusi (dengan selingan waktu istirahat). Latihan yang diberikan secara marathon dapat melelahkan dan membosankan, sedangkan latihan yang didistribusi menjamin terpeliharanya stamina dan kegairahan belajar. Jam pelajaran yang terlalu panjang kurang efektif, makin pendek distribusi waktu untuk latihan semakin efektif latihan itu. Latihan memerlukan waktu istirahat yang sedang, lamanya tergantung tugas atau keterampilan yang dipelajari atau lamanya waktu pelaksanaan seluruh kegiatan.
b.   Resitasi selama belajar
Kombinasi lamanya dengan resitasi (transfer belajar) sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan membaca itu maupun untuk menghafalkan tanpa melihat bacaannya. Jika setelah menguasai suatu bagian dapat melanjutkan ke bagian selanjutnya. Resitasi sangat cocok diterapkan pada belajar membaca atau menghafal.


c.    Pengenalan tentang hasil belajar
Dalam proses belajar, sering mengabaikan tentang perkembangan hasil belajar selama dalam belajarnya. Hasil penelitian para ahli psikologi menunjukkan bahwa pengenalan seorang terhadap hasil atau kemajuan belajarnya adalah penting, karena dengan mengetahui yang telah dicapai seseorang akan lebih berusaha meningkatkan hasil belajar selanjutnya.
d.   Bimbingan dalam belajar
Bimbingan yang terlalu banyak yang diberikan oleh seorang guru atau orang lain cenderung membuat siswa tergantung.
Bimbingan menjadi dapat diberikan dalam bAtas yang diperlukan siswa. Hal yang paling penting yaitu perlunya pemberian odal kecakapan pada individu. Sehingga yang bersangkutan dapat melaksanakan tugas yang diberikan dengan sedikit saja bantuan dari pihak lain.
3)   Faktor – faktor individual
Kecuali faktor stimulasi dan metode belajar, faktor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar siswa. Adapun faktor itu menyangkut hal – hal sebagai berikut :
a.   Kematangan
Kematangan diapai individu dari proses pertumbuhan psikologisnya. Kematangan terjadi akibat perubahan kuantitatif di dalam struktur dibarengi dengan perubahan kuantitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan memberi kondisi pada fungsi psikologis termasuk sistem saraf dan otak menjadi berkembang.
b.   Minat
“Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan memegang beberapa kegiatan yang diminati seseorang. Diperhatikan terus – menerus yang disertai rasa senang” (Slameto, 1988 : 57).
Minat besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar, karena apabila bahan pelajaran tidak diminati siswa – siswi tersebut akan malas dalam belajarnya. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar biarkan atau dapatlah diusahakan agar ia lebih mempunyai minat yang lebih besar dengan menjelaskan hal – hal menarik.
c.    Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar karena kemampuan itu baru terealisir menjadi kecakapan yang nyata setelah belajar dan berlatih (Slameto, 1988 : 59).
Bakat itu juga mempengaruhi prestasi belajar siswa jika bahan pelajaran sesuai dengan bakat siswa, hasil, pelajaran akan lebih baik karena ia akan senang terhadap bahan pelajaran tersebut, selanjutnya mereka akan lebih giat lagi, oleh karena itu penting sekali untuk mengetahui bakat dari siswa, dan menempatkan siswa di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.
d.   Kesiapan
Kesiapan itu timbul dan siswa itu sendiri dan juga berhubungan dengan kesiapan fisik dan mental dan siswa yang bersangkutan. Dengan sudah siapnya untuk menerima pelajaran, hasil pelajaran akan lebih baik, lain halnya apabila belum siap menerima pelajaran. Prestasi yang dihasilkan akan lebih rendah. Dengan demikian faktor kesiapan juga berpengaruh pada prestasi siswa.
e.   Faktor usia kronologis
Pertambahan dalam usia selalu dibarengi dengan proses pertumbuhan dan perkembangan. Semakin tua usia anak semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologisnya. Anak yang lebih tua lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup melaksanakan tugas – tugas yang lebih berat, lebih mampu mengarahkan energi dan perhatiannya dalam waktu yang lebih lama, lebih memiliki koordinasi gerak kebiasaan kerja dan ingatan yang lebih baik dan tingkat kemampuan belajar siswa.
f.     Faktor perbedaan jenis kelamin
Hingga saat ini belum ada petunjuk yang menguatkan tentang adanya perbedaan skill, sikap, minat, temperamen, bakat dan pola – pola tingkah laku sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin. Misalnya dalam prestasi akademik dapat kita lihat banyak anak perempuan yang menunjukkan prestasi yang lebih baik tidak kalah dengan prestasi anak  laki – laki. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada yang perbedaan berarti antara anak laki – laki dan perempuan dalam hal intelegensi.



g.   Pengalaman sebelumnya
Pengalaman yang diperoleh individu ikut mempengaruhi belajar yang bersangkutan, terutama dalam hal transfer belajarnya.
h.    Kondisi kesehatan jasmani
Siswa yang belajar membutuhkan kondisi yang sehat. Siswa yang badannya sakit akibat penyakit – penyakit tertentu serta kelemahan tidak akan dapat belajar dengan efektif. Cacat – cacat fisik juga mengganggu belajar.
i.     Kondisi kesehatan rohani
Gangguan terhadap cacat – cacat mental pada seseorang sangat mengganggu belajar orang yang bersangkutan.
j.     Motivasi
Motivasi yang berhubungan dengan kebutuhan, motif dan tujuan, sangat mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar. Motivasi adalah sangat penting bagi proses belajar karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan serta memilih tujuan belajar yang dirasakan penting bagi siswa.

B.  Pengertian Prestasi Belajar
Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa, penulis memberikan pengertian tentang belajar. Dalam kamus umum Geografi  oleh W.J.S. Poerwodarminto disebut bahwa : “Prestasi adalah kemampuan siswa yang semaksimal mungkin dari hasil yang dicapai” (W.J.S. Poerwodarminto, 1982 : 108). Menurut Suhartono, “Belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan hasil yang tinggi dalam belajar, yang dicapai melalui kemampuan dalam mengerjakan sesuatu pada saat tertentu pula.”
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa adalah nilai yang mewujudkan hasil belajar yang menunjukkan kemampuan dalam mengerjakan pada saat tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Jadi dari pengertian prestasi belajar tersebut di Atas dan peristiwa mengajar yang mengarah pada tujuan, maka untuk mengetahui apakah kegiatan belajar mengajar akan berhasil atau sudah mencapai tujuan, yang diperlukan adalah nilai. Penilaian itu diperlukan untuk mengetahui hasil usaha pendidikan kita terhadap siswa, hasil inilah yang kita sebut prestasi belajar siswa.

C.  Pengertian STAD
Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran STAD  secara ekstensif, Atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep – konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep – konsep itu dengan temannya (Slavin, 1995).
Menurut Thomson, et al (1995), pembelajaran STAD  turut menambah unsur – unsur interaksi sosial pada pembelajaran Geografi . Di dalam pembelajaran STAD  siswa belajar bersama dalam kelompok – kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku (Thomson, 1995). Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran STAD  diajarkan keterampilan – keterampilan khusus agar dapat bekerjasama di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).
Perlu ditekankan kepada siswa bahwa mereka belum boleh mengakhiri diskusinya sebelum mereka yakin bahwa seluruh anggota timnya menyelesaikan seluruh tugas. Siswa diminta menjelaskan jawabannya di lembar kerja siswa (LKS). Apabila seorang siswa memiliki pertanyaan, teman satu kelompok diminta untuk menjelaskan, sebelum menanyakan jawabannya kepada guru. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok, guru berkeliling di antara anggota kelompok, memberikan pujian dan mengamati bagaimana kelompok bekerja. Pembelajaran STAD  dapat membuat siswa menverbalisasi gagasan–gagasan dan dapat mendorong munculnya refleksi yang mengarah pada konsep – konsep secara aktif (Thomson et al. 1995).
Pada saatnya, kepada siswa diberikan evaluasi dengan waktu yang cukup untuk menyelesaikan tes yang diberikan. Diusahakan agar siswa tidak bekerjasama pada saat mengikuti evaluasi, pada saat ini mereka harus menunjukkan apa yang mereka pelajari sebagai individu.
     a). Langkah – langkah Pembelajaran STAD
Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran STAD  (Arends, 1997 : 113). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti siswa dengan penyajian informasi, sering dalam bentuk teks bukan verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim – tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerjasama menyelesaikan tugas mereka. Fase terakhir dari pembelajaran STAD  yaitu penyajian hasil akhir kerja kelompok, dan mengetes apa yang mereka pelajari, serta memberi penghargaan terhadap usaha – usaha kelompok maupun individu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar