Senin, 23 Februari 2015

Pendekatan Geografi - Adisa SMAN 6 Madiun



c.   Pendekatan-Pendekatan Geografi
Geografi merupakan  pengetahuan yang mempelajarai fenomena geosfer dengan menggunakan pendekatan keruangan, kelingkungan, dan kompleks wilayah. Berdasarkan definisi geografi tersebut ada dua hal penting yang perlu dipahami,
yaitu (1) obyek setudi geografi, dan (2) pendekatan geografi. Obyek studi geografi adalah fenomena geosfere yang meliputi  litosfer, hidrosfer, biosfer, atmosfer dan antrophosfer.
Mendasarkan pada obyek material ini, geografi belum dapat menunjukan entitas sebagai salah satu cabang disiplin ilmu. Sebab, disiplin ilmu lain juga memiliki obyek yang sama. Perbedaan geografi dengan disiplin ilmu lain terletak pada pendekatannya.  Sejalan dengan hal itu Hagget (1983)  mengemukakan tiga pendekatan, yaitu (1) pendekatan keruangan, (2) pendekatan kelingkungan, dan (3) pendekatan kompleks wilayah.
             1). Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau  kerangka analisis yang menekankan pada eksistensi ruang. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatial pattern), dan proses (spatial processes) (Yunus, 1997).
Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur, pola dan proses. Struktur keruangan  berkenaan dengan elemen-elemen penbentuk ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimpulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1) kenampakan titik  (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3)  kenampakan bidang (areal features).
Kerangka kerja analisis  pendekatan keruangan bertitik tolak pada  permasalahan susunan elemen-elemen pembentuk ruang.  Dalam  analisis itu dilakukan dengan  menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
(1)   What? Struktur ruang apa itu?
(2)   Where? Dimana struktur ruang tesebut berada?
(3)   When? Kapan struktur ruang tersebut terbentuk sperti itu?
(4)   Why? Mengapa struktur ruang terbentuk seperti itu?
(5)   How? Bagaimana  proses terbentukknya struktur seperti itu?
(6)   Who suffers what dan who benefits whats?  Bagaimana struktur keruangan tersebut didayagunakan sedemikian rupa untuk kepentingan manusia. Dampak positif dan negatif dari  keberadaan ruang seperti itu selalu dikaitkan dengan  kepentingan manusia pada saat ini dan akan datang.
Pola keruangan  berkenaan dengan distribusi  elemen-elemen pembentuk ruang. Penyebaran fenomena titik, garis, dan areal  memiliki kedudukan sendiri-sendiri, baik secara implisit maupun eksplisit (Coffey, 1989). Beberapa contoh seperti cluster pattern, random pattern,  regular pattern,  dan cluster  linier pattern untuk kenampakan-kenampakan titik dapat diidentifikasi (Whynne-Hammond, 1985; Yunus, 1989).
Agihan kenampakan areal (bidang)  dapat berupa kenampakan yang memanjang  (linier/axial/ribon); kenampakan seperti kipas  (fan-shape pattern), kenampakan membulat (rounded pattern), empat persegi panjang  (rectangular pattern), kenampakan gurita (octopus shape pattern), kenampakan bintang (star shape pattern), dan beberapa gabungan dari beberapa yang ada. Keenam bentuk pertanyaan geografi  dimuka selalu  disertakan dalam  setiap analisisnya.
Proses keruangan  berkenaan dengan perubahan  elemen-elemen pembentuk ruang. Analisis perubahan keruangan  selalu terkait dengan  dengan dimensi kewaktuan (temporal dimension). Dalam hal ini minimal  harus ada dua titik  waktu yang digunakan  sebagai dasar  analisis terhadap fenomena yang dipelajari.
Kerangka analisis pendekatan keruangan dapat dicontohkan sebagai berikut.
“....belakangan sering dijumpai banjir dan tanah longsor. Bencana itu terjadi di kawasan hulu sungai Konto Pujon Malang. Bagaimana memecahkan permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan keruangan?
Untuk itu diperlukan kerangka kerja studi secara mendalam tentang kondisi alam dan masyarakat di wilayah hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap pertama perlu dilihat struktur, pola, dan proses keruangan kawasan hulu sungai Konto tersebut. Pada tahap ini dapat diidentifikasi fenomena/obyek-obyek yang terdapat di kawasan hulu sungai Konto. Setelah itu, pada tahap kedua dapat dilakukan zonasi wilayah berdasarkan kerakteristik kelerengannya. Zonasi itu akan menghasilkan zona-zona berdasarkan kemiringannya, misalnya curam, agak curam, agak landai, landai, dan datar. Berikut pada tahap ketiga ditentukan pemanfaatan zona tersebut untuk keperluan yang tepat. Zona mana yang digunakan untuk  konservasi, penyangga, dan budidaya. Dengan demikian tidak terjadi kesalahan dalam pemanfaatan ruang tersebut. Erosi dan tanah langsung dapat dicegah, dan bersamaan dengan itu dapat melakukan budidaya tanaman pertanian pada zona yang sesuai.
Studi fisik demikian saja masih belum cukup. Karakteristik penduduk di wilayah hulu sungai Konto itu juga perlu dipelajari. Misalnya jenis mata pencahariannya, tingkat pendidikannya, ketrampilan yang dimiliki, dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Informasi itu dapat digunakan untuk pengembangan kawasan yang terbaik yang berbasis masyarakat setempat. Jenis tanaman apa yang perlu ditanam, bagaimana cara penanamannya, pemeliharaannya, dan pemanfaatannya. Dengan pendekatan itu terlihat interelasi, interaksi, dan intergrasi antara kondisi alam dan manusia di situ untuk memecahkan permasalahan banjir dan tanah longsor.
  2). Pendekatan Kelingkungan
Dalam pendekatan  ini  penekanannya bukan lagi pada eksistensi
ruang, namun pada keterkaitan  antara fenomena geosfera  tertentu  dengan varaibel lingkungan  yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak mengkaitkan hubungan  antara makluk hidup dengan  lingkungan alam saja,  tetapi  harus pula  dikaitkan dengan  (1) fenomena yang didalamnya terliput fenomena alam beserta relik fisik tindakan manusia. (2)  perilaku manusia yang  meliputi perkembangan ide-ide  dan nilai-nilai geografis serta kesadaran akan lingkungan.
Dalam sistematika Kirk ditunjukkan ruang lingkup lingkungan geografi sebagai berikut. Lingkungan geografi memiliki dua aspek,  yaitu  lingkungan perilaku (behavior environment) dan lingkungan fenomena (phenomena environment). Lingkungan  perilaku mencakup dua aspek, yaitu pengembangan nilai dan gagasan, dan kesadaran lingkungan. Ada dua aspek penting dalam  pengembangan  nilai dan gagasan geografi, yaitu  lingkungan budaya  gagasan-gagasan geografi, dan  proses sosial ekonomi dan  perubahan nilai-nilai  lingkungan. Dalam kesadaran lingkungan  yang penting  adalah perubahan pengetahuan  lingkungan alam manusianya.
Lingkungan fenomena mencakup dua aspek, yaitu   relik fisik  tindakan manusia dan fenomena alam.  Relic fisik tindakan manusia mencakup  penempatan urutan lingkungan dan  manusia sebagai agen perubahan lingkungan. Fenomena lingkungan mencakup produk dan proses organik termasuk  penduduk dan  produk dan proses anorganik.
Studi mandalam  mengenai interelasi antara fenomena-fenomena geosfer tertentu pada wilayah formal dengan variabel lingkungan inilah  yang kemudian diangap  sebagai ciri khas pada  pendekatan kelingkungan. Keenam pertanyaan geografi tersebut selalu menyertai setiap bentuk analisis geografi. Sistematika tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Kerangka umum analisis pendekatan kelingkungan dapat dicontohkan sebagai berikut.
Masalah yang terjadi adalah banjir dan tanah longsor di Ngroto Pujon Malang. Untuk mempelajari banjir dengan pendekatan kelingkungan dapat diawali dengan tindakan sebagai berikut. (1) mengidentifikasi kondisi fisik di lokasi tempat terjadinya banjir dan tanah longsor. Dalam identifikasi itu juga perlu dilakukan secara mendalam, termasuk mengidentifikasi jenis tanah, tropografi, tumbuhan, dan hewan yang hidup di lokasi itu. (2) mengidentifikasi gagasan, sikap dan perilaku masyarakat setempat dalam mengelola alam di kokasi tersebut. (3) mengidentifikasi sistem budidaya yang dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup (cara bertanam, irigasi, dan sebagainya). (4) menganalisis hubungan antara sistem budidaya dengan hasil dan dampak yang ditimbulkan. (5) mencari alternatif pemecahan atas permasalahan yang terjadi.
  3). Pendekatan Kompleks Wilayah
Permasalahan yang terjadi di suatu wilayah tidak hanya melibatkan elemen di wilayah itu. Permasalahan itu terkait dengan elemen di wilayah lain, sehingga keterkaitan antar wilayah tidak dapat dihindarkan. Selain itu, setiap masalah tidak disebabkan oleh faktor tunggal. Faktor determinannya bersifat kompleks. Oleh karena itu ada kebutuhan memberikan analisis yang kompleks itu untuk memecahkan permasalahan secara lebih luas dan kompleks pula.
Untuk menghadapi permasalahan seperti itu, salah satu alternatif dengan menggunakan pendekatan kompleks wilayah. Pendekatan itu merupakan kombinasi antara pendekatan yang pertama dan pendekatan yang kedua. Oleh karena sorotan  wilayahnya sebagai  obyek bersifat multivariate, maka kajian bersifat  hirisontal  dan  vertikal. Kajian horisontal  merupakan analisis yang menekankan pada keruangan, sedangkan kajian yang bersifat vertikal menekankan pada aspek kelingkungan. Adanya perbedaan antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain  telah menciptakan hubungan fungsional  antara unit-unit wilayah  sehingga tercipta suatu wilayah, sistem yang kompleks sifatnya dan pengkajiannya membutuhkan  pendekatan yang multivariate juga.
Kerangka umum analisis pendekatan kompleks wilayah dapat dicontohkan sebagai berikut.
Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana memecahkan masalah urbanisasi. Masalah itu merupakan masalah yang kompleks, melibatkan dua wilayah, yaitu wilayah desa dan kota. Untuk memecahkan masalah itu dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut. (1) menerapkan pendekatan keruangan, seperti dicontohkan pada pendekatan pertama. (2) menerapkan pendekatan kelingkungan, sebagaimana dicontohkan pada pendekatan kedua. (3) menganalisis keterkaitan antara faktor-faktor di wilayah desa dengan di kota.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar