Kamis, 19 Februari 2015

Pemecahan Pembelajaran - Adisa SMAN 6 Madiun



            Salah satu pernasalahan pendidikan yang dihadiapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjaang pendidikan, pada khususnya pendidikan dasar dan menengah. Berbagai usaha tekah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, 
pengadaan buku dan alat pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
            Berdasarkan masalah ini, maka berbagai pihak mempertanyakan apa yang salah dalam penyelenggaran pendidikan kita? Dari berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
           Dalam reformasi pendidikan tujuan utama adalah pengembangan masyarakat (baik institusi, proses dan budaya) demokrasi salah satu pilar membangun masyarakat madani. Dalam rangka itu cara pengelolaan pemerintahan dan pembangunan yang perlu dilakukan adalah berdasarkan good governance. Dalam upaya reformasi itu ada 3 kondisi dan upaya strategis yang perlu mendapat perhatian.
1.    Mempertegas visi dan misi
2.    Memperkuat kehidupan dan lembaga-lembaga demokrasi dalam rangka mewujudkan masyarakat madani.
3.    Pemulihan ekonomi untuk mencapai kondisi perekonomian yang memilik ketahanan dan daya saing tinggi.
4.    Kesadaran yang tetap tinggi akan urgensi
5.    Kerjasama tim dalam tatanan manajemen puncak
6.    Bisa menciptakan dan mengkoordinasikan visi yang efektif
7.    Pemberdayaan besar-besran baik individu, organisasi, maupun masyarakat.
8.    Pendelegasian yang sangat baik kepada manajemen bawah untuk kinerja jangka pendek 
9.    Tidak saling ketergantungan yang tidak perlu
10. Budaya organisasi yang adaptif dan penggunaan analisis kinerja
           Menurut Irfan Islamy (1998), reformasi itu mencakup berbagai aspek kehidupan kenegaraan kita secara total dan fundamental. Karena pada hakikatnya reformasi itu merupakan upaya yang perlu dilakukan tiada henti untuk selalu mencari dan menemukan format baru di berbagai bidang kehidupan dalam rangka menyempurnakan kualitasnya. Dan secara fundamental reformsai itu adalah merupakan a major cange of the mine-set untuk mengubah tata pikir yang keliru, yang perlu direvisi menuju ke arah tata pikir yang lebih mendasar sesuai dengan cita-cita dan kepentingan masyarakat dan bangsa.
1.    Merumuskan Visi, Misi, dan Nilai Organisasi
Visi adalah cara pandang jauh ke depan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat hidup, antisipatif, dan inovatif dalam menghadapi perubahan global. Dengan kata lain, visi adalah suatu gambaran yang menantang, menarik, terpercaya, realistic tentang keadaan masa depan yang ingin diwujudkan suatu organisasi pada suatu waktu tertentu.
2.    Perencanaan lingkungan intern, eksternal dan asumsi (ASI)
a.    Analisis  lingkungan internal (ALI),  pada dasarnya adalah proses identifikasi yang menguraikan menjadi kekuatan dan kelemahan yang mencakup organisasi, SDM, pembiayaan, efektifitas dan efisiensi sarana dan prasarana serta lain-lainnya yang memiliki pengaruh terhadap pembuatan kebijakan/keputusan organisasi. 

           Setelah identifikasi meta masalah, selanjutnya dilakukan pendefinisian masalah dengan tujuan untuk menentukan masalah yang substantib. Masalah substantib adalah masalah yang  didefinisikan dalam istilah yang paling mendasar, misalnya apakah masalah ini merupakan, masalah sosial, ekonomi, atau politik jika masalah substantib didefinisikan sebagai masalah ekonomi, maka faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut berada diseputar aspek produksi dan distribusi barang dan jasa. Transformasi masalah substantif ke masalah formal dilakukan melalui spesifikasi masalah secara tipikal, yang meliputi pengembangan model matematis formal dari maasalah substantif.
            Mustopadidjaja AR (2000) menyebutkan bahwa ada 7 tahapan atau langkah-langkah yang perlu dilakukan sejak dari perumusan masalah samapi perumusan rekomendasi kebijakan. Langkah-langkah tersebut antara lain:
1.   Pengkajian masalah
Kegiatan ini bertujuan untuk menemukan dan memahami persoalan dari suatu permsalahan kebijakan dan kemudian merumuskannya dalam hubungan sebab-akibat. Tiga bekal pokok yang perlu dimiliki dalam pengkajian persoalan ini adalah teori, metodologi, perumusan masalah dan informasi.
2.   Penentuan tujuan
Tujuan adalah akibat yang secara sadar ingin dicapai atau ingin dihindari. Secara umum suatu kebijakan selalu bertujuan untuk mencapai kebaikan. Yang lebih banyak dan lebih baik atau mencegah terjadinya keburukan/kerugian. Tujuan harus dirumuskan secara jelas, realistis dan teratur.
3.  Perumusan alteratif
Beberapa alternatif dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengembangan alternatif dilakukan berdasarkan : a. pengamatan terhadap kebijakan yang ada dan kemudian diperbaiki secara bertahap (incremental), b. melakukan semacam annalogidari suatu kebijakan dalam suatu bidang dan dicoba menerapkan dalam bidang yang sedang dipelajari (branching), c. merupakan hasil pengkajian dari persoalan tertentu (inventive).
4.    Penyusunan model       
Model adalah penyederhanaan dari kenyataan persoalan yang dihadapi diwujudkan dalam hubungan kausal atau fungsional. Model dapat dituangkan dalam berbagai bentuk yang dapat digolongkan sebagai berikut: scematic model (seperti flowchart atau diagram), model fisik seperti miniatur, game model seperti adegan latihan manajemen. Model akan bermanfaat dalam melakukan prediksi akibat-akibat yang timbul dari ada atau tiadanya perubahan dalam tujuan dan pengembangan serta penentuan pilihan alternatif kebijaksanaan.
5.    Penentuan kriteria
Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan konsisten untuk menilai alternatif. Ini menyangkut bukan saja hal-hal yang bersifat pragmatis seperti ekonomi (efisien dan sebagainya), politik (konsensus antar stakeholders dan sebagainya), administratif (efektif dan sebagainya) tapi juga hal-hal yang menyangkut nilai-nilai abstrak yang fundamental, seperti etika dan filsafat (pemerataan, persamaan dan sebagainya).
6.    Penilaian  alternatif
Alternatif yang dikembangkan selanjutnya dinilai berdasarkan kriteria yang disepakati. Tujuan penilaian alternatif adalah untuk mendapatkan gambaran lebih jauh tentang efektifitas, efisiensi dan kelayakan masing-masing alternatif dalam pencapaian tujuan, sehingga diperoleh kesimpulan mengenai alternatif mana yang paling efektif dan efisien atau layak.
            Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, serta kebijakan pada pembangunan di sektor pendidikan dititik beratkan pada 4 ( empat ) strategi sesuai dengan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional, yaitu, :
1.      Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan
2.      Peningkatan mutu pendidikan
3.      Efisiensi dan efektifitas pengelolaan pendidikan
4.      Relevansi pendidikan
            Karena pendidikan merupakan gambaran karkteristik yang diinginkan serta memiliki keunggulan, yang didasarkan pada iman, taqwa dan budaya yang tercermin di dalam prinsip prinsip pendidikan nasional melalui isyarat :
1.      Berorientasi ke masa depan, untuk jangka waktu yang lama
2.      Menunjukkan keyakinan masa depan yang jauh lebih baik, sesuai dengan norma dan harapan masyarakat
3.      Mencerminkan standar keunggulan dan cita cita yang ingin dicapai
4.      Mencerminkan dorongan yang kuat akan tumbuhnya inspirasi, semangat dan komitmen warga.
5.      Mampu menjadi dasar dan mendorong terjadinya perubahan dan pengembangan sekolah ke arah yang lebih baik
6.      Menjadi dasar perumusan misi dan tujuan sekolah.
Sebagaimana yang diuraikan diatas bahwa visi “ unggul prestasi berdasarkan iman dan taqwa dapat dirumuskan  dengan kalimat filosofi yang memiliki  indikator. :
a. Unggul dalam peningkatan skor ( gain score achievement – GSA )
b. Unggul dalam berbagai lomba karya ilmiah remaja
c. Unggiul dalam kegiatan keagamaan
d. Unggul dalam berprestasi olahraga
e. Unggul dalam berprestasi kesenian
f. Memiliki lingkungan sekolah yang nyaman dan kondosif untuk belajar.
g. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
Selaian adanya Visi sekolah juga terdapat Misi Sekolah. Dan misi ini merupakan penjabaran visi dalam bentuk rumusan tugas, kewajiban, dan rancangan tindakan yang dijadikan arahan untuk mewujudkan visi. Dengan kata lain misi adalah bentuk layanan untuk memenuhi tuntutan yang di tuangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya antara lain :
a.   Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
b. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah
c.  Mendorong dan membantu, setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan lebih optimal
d.   Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya bangsa,. Sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak
e.   Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah.
      Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka dapat diidentifikasi kelemahan, ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah siswa kurang disiplin, guru krang mampu memperdayakan siswa dan umumnya tidak banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang digunakan kurang efektif. Sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang pulang. Disamping itu suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai karena berdekatan dengan pusat keramaian kota.
      Selanjutanya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari alternatif alternatif dan langkah langkah memecahkan persoalan sebagai berikut :

      a.   Pengaktifan kegiatan MGMP sekolah
                  Melalui MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) sekolah diharapkan persoalan dapat diatasi, termasuk bagaimana mensiasati kurikulum yang padat serta mencari alternatif pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi, metoda dalam mengajarkan setiap mata pelajaran yang diajarkan. Dalam kegiatan MGMP sekolah ini minimal mengadakan pertemuan satu kali per minggu, guna menyusun strategi pengajaran dan mengatasi masalah yang timbul.
                  MGMP sekolah juga menyusun dan mengevaluasi perkembangan  kemajuan belajar sekolah. Evaluasi kemajuan sekolah dilakukan secara berkala dan hasilnya digunakan untuk penyempurnaan rencana berikutnya.
      Kegiatan MGMP sekolah yang dilakukan dengan intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang yang diajrkan, terutama ditujuan untuk gururu yang mengajar bukan bidangnya ( teacher mismatch )
b. Pengiriman guru mengikuti pelatihan.
                  Sekolah dapat mengirimkan guru guru secara bergiliran untuk mengikuti pelatihan pada lembaga yang dianggap potensial dan berpengalaman. Pengiriman guru ini, dimaksudkan memberikan tambahan pengetahuan dan ketrampilan guru, baik dalam bidang keahlian, metode pengajaran maupun berbagai metode, evaluasi, setelah melalui proses identifikasi kebutuhan yang dilakukan secara cermat oleh sekolah. Program ini mendorong sekolah untuk mengalokasikan sebagai anggarannya peningkatan SDM. Yang selama ini belum secara optimal dilakukan.
      Selain itu untuk mengatasi kelemahan tersebut, sekolah melalui kegiatan MGMP dapat mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun  berbagai metode pengajaran untuk menenukan cara yang paling sesuai dalam memberkan materi mata pelajaran tertentu.
c.   Peningkatan disiplin siswa.
                  Melihat hasil pengkajian di lapangan dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti pelajaran dan mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif. Hal ini diperlukan adanya peningkatan disiplin siswa untuk menciptakan iklim sekolah yang lebih kondusif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
                  Adanya dukungan guru, siswa, komite sekolah, masyarakat dan masyarakat pendidikan yang cukup, sekolah dapat membuat aturan dan tata tertib yang baik dan memadai. Tata tertib yang dibuat dan disepakati tersebut harus ditaati, khusunya siswa dan warga sekolah terutama guru dan karyawan serta Kepala Sekolah
      Dengan meningkatnya disiplin siswa, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas jam belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan meningkatkan iklim belajar yang lebih kondusif untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar